
Situr Wijaya semasa hidup.FOTO: IST
PALU, METROSULAWESI.NET- Kematian jurnalis Situr Wijaya (SW) di kamar Hotel D’Paragon, Kebon Jeruk, Jakarta, pada Jumat (4/4/2025), masih menimbulkan banyak pertanyaan.
Jenazah almarhum ditemukan dengan lebam di wajah dan pembengkakan di dahi yang diduga akibat benturan benda tumpul. Kejanggalan tersebut memicu spekulasi bahwa kematian SW mungkin bukan alami.
Tak hanya itu, terdapat pula sejumlah kejanggalan dari sejak awal jenazah ditemukan di kamar hotel tersebut.
1. Kondisi Kamar
Dari foto awal yang beredar menunjukkan lantai dalam keadaan retak. Hal itu bagi sebagian orang menjadi ragu apakah itu sesuai dengan standar interior Hotel D’Paragon.
Hal ini pun membuka spekulasi mengenai dugaan apakah lokasi kematian sesuai dengan yang dilaporkan.
2. Jenazah difoto dalam posisi miring
Foto awal yang diterima istri almarhum SW, Selviyanti di Palu dari seseorang memperlihatkan posisi jenazah layaknya orang tidur dengan posisi miring.
Foto tersebut diduga untuk menyembunyikan kondisi wajah yang lebam dan bengkak.
Kondisi wajah lebam dan bengkak baru diketahui setelah diperoleh foto saat jenazah ditemukan di dalam mobil ambulance yang terparkir di RS Duta Indah.
Bahkan, jenazah almarhum SW baru ditemukan berkat bantuan salah seorang anggota TNI yang merupakan saudara dari tetangga istri almarhum, yang sedang bertugas di Jakarta.
"Kebetulan ada tetangga yang punya sepupu anggota TNI bertugas di Jakarta. Berkat beliau jenazah almarhum berhasil ditemukan," sebut Selviyanti saat ditemui pada Minggu malam (13/4/2025).
"Setelah menemukan lokasi jenazah, anggota TNI bernama Rafli langsung telpon saya dan bilang bahwa jenazah sudah ditemukan. "Tante, ini jenazah om Situr sudah ketemu tapi masih di dalam mobil Ambulace. Di sini hanya ada orang foto-foto saja," tutur Selviyanti menirukan ucapan anggota TNI yang saat itu berusaha keras mencari keberadaan jenazah SW.
"Kalau tidak ada anggota TNI saudara tetangga saya itu, mungkin jenazah alamarhum suami saya itu tidak ketemu. Makanya, saat pemulangan jenazah, saya langsung mempercayakan dia untuk mengurus sampai mengantarkan untuk dibawa ke Palu," tambahnya.
3. Petugas Hotel Tidak Lapor Polisi
Mengutip berita Tempo, jenazah pertama kali ditemukan oleh pihak hotel, tetapi mereka tidak segera melapor kepada pihak kepolisian terkait penemuan jenazah Situr Wijaya tersebut.
Lazimnya, jika menemukan orang dalam keadaan meninggal dunia langsung melaporkan ke pihak kepolisian dipasangkan police line untuk olah TKP.
Bahkan Situr Wijaya diduga meninggal pada Jumat malam sekitar pukul 22.25 WIB. Namun, pengelola hotel baru memanggil ambulans untuk mengangkut jenazah keesokan harinya. "Informasi dari pihak hotel kami terima pukul 12.57, mereka pesan Ambulans bilang atas nama pasien Situr Wijaya mau dibawa ke RS Ukrida yang terdekat dari lokasi," ujar sopir ambulance yang tidak mau disebutkan namanya seperti dilansir Tempo.
Menurutnya, tim ambulance yang bertugas mengangkut tubuh korban melihat posisi Situr sudah tergeletak di bawah kasur hanya mengenakan celana boxer. Tim segera membawa pria itu ke RS Duta Indah untuk diperiksa. "Sampai di sana, korban dinyatakan meninggal dan badan sudah biru semua."
4. Handphone masih Aktif
Kejanggalan lainnya adalah saat istri almarhum Selviyanti menerima kabar duka melalui panggilan telepon dari handphone Realme milik suaminya, Jumat (4/4/2025) siang, sekitar pukul 13.10 WITA atau pukul 12.10 WIB.
Seorang perempuan yang mengaku sebagai teman Situr mengabarkan kematian tersebut, sambil menyebut tidak ada biaya untuk membawa jenazah ke rumah sakit.
Tak lama setelah itu, Selviyanti kembali dihubungi via video call menggunakan iPhone milik almarhum. Kali ini, seorang pria yang mengaku dari pihak hotel menyampaikan kabar duka. Namun saat ia meminta melihat kondisi jenazah secara langsung, permintaan itu ditolak.
“Dia hanya mengirimkan foto dan menolak menunjukkan jenazah secara live,” ungkap Selviyanti.
Dalam video call itu, Selviyanti melihat ciri-ciri pria tersebut mengenakan jaket dan topi, sementara di latar belakang tampak seorang wanita memakai helm.
Lebih membingungkan lagi, tiga ponsel milik almarhum tetap aktif setelah ia dinyatakan meninggal. Padahal, hanya almarhum yang mengetahui kode akses ponsel tersebut. Bahkan Selviyanti pun sebagai istri selama ini tidak mengetahui kode aksesnya.
Hal itu juga diakui sejumlah rekan almarhum Situr Wijaya, yang dinilai tergolong saffety dalam berbagai hal.
"Bukan hanya untuk buka HP yang pakai kode akses, untuk membuka aplikasi WhatsApp (WA) almarhum juga pasang sandi," sebut Hidayat, salah satu rekan dekat SW.
5. Kacamata, Keset dan Sepatu
Foto-foto awal yang beredar termasuk yang diterima istri almarhum SW, terlihat kacamata tergeletak di dekat kepala korban. Hal itu seperti menunjukkan terlepas saat almarhum SW terjatuh.
Menurut Selviyanti, almarhum SW memiliki kebiasaan saat sudah naik ke pembaringan pasti akan melepas kacamata dan meletakkannya di sisi kanan atau di rak yang ada di kamar.
"Tidak pernah dia naik ke tempat tidur pakai kacamata. Pasti dia lepas saat akan naik ke pembaringan. Jadi sangat aneh kalau dia terjatuh dari tempat tidur dengan kacamatanya," tutur Selviyanti saat ditemui usai tahlilan dan baca doa untuk almarhum SW di rumah yang belum lama ditempati itu, pada Minggu malam (13/4/2025).
Selain kacamata, dalam foto tersebut juga terlihat sepatu yang tergeletak tak beraturan dan terkesan asal. Sementara kebiasaan almarhum SW, setiap memasuki kamar hotel atau penginapan ia akan meletakan sepatu atau sandalnya dengan rapi sebagaimana kebiasaannya di rumah.
Hal itu juga diamini salah satu rekannya. Hidayat yang beberapa kali melakukan perjalanan dan menginap bersama. Menurutnya, bukan tipikal almarhum SW yang membiarkan keadaan kamar terlihat berantakan sebelum dia tidur.
"Bahkan keadaan keset yang bergeser dari tempat semestinya seperti yang ada dalam foto itu tak akan dia biarkan. Saya teringat beberapa kali menginap bersama dengan almarhum, melihat prilakunya saat memasuki kamar hotel. Dia akan merapikan hal-hal yang bagi sebagian mungkin dianggap tidak terlalu penting," ujarnya sembari mengamini kebiasaan-kebiasaan SW seperti dituturkan istrinya.
Seperti diberitakan, Situr Wijaya bernagkat ke Jakarta pada Kamis (3/4/2025) dengan berpamitan kepada istrinya untuk mudik ke Jawa sekaligus ada urusan di Jakarta. Namun Situr ditemukan meninggal dunia di kamar hotel D'Paragon Kebon Jeruk Jakarta pada Jumat, 4 April 2025.
Informasi terbaru menyebutkan, bahwa Situr Wijaya janjian dengan seseorang akan berangkat ke Jakarta untuk membawa laporan ke Kejaksaan Agung (Kejagung) setelah lebaran Idul Fitri.
Belum diketahui apakah laporan yang akan dibawa ke Kejagung itu terkait dengan kasus sengketa lahan di Morowali Utara, yang 2 tahun terakhir ia dampingi.
Beragam kejanggalan ini memicu pertanyaan besar bagi keluarga dan sejumlah teman dekatnya. Apakah kondisi kamar sengaja diatur sedemikian rupa? Mengapa pihak hotel tidak segera melapor ke polisi? Dan yang paling utama, apakah kematian SW adalah hasil rekayasa dari pihak tertentu?
Hingga kini, misteri kematian Situr Wijaya terus menjadi perhatian dan masih menyisakan banyak pertanyaan yang belum terjawab. *

LEAVE A REPLY