
Poster film Uwentira yang akan diputar di Bioskop XXI Palu Grand Mall pada 13 Maret 2025. (Foto: Dok) Foto lain: Suaib Djafar. (Foto: Dok)
PALU, METROSULAWESI.NET - Kisah misteri tentang kota ghaib Uwentira banyak diangkat dalam berbagai versi. Kali ini diangkat dalam sebuah film berjudul Uwentira.
Film garapan Celebest Film Production akan diputar di bioskop XXI Palu Grand Mall pada tanggal 13 Maret 2025.
Film Uwentira disutradarai Nur Afni Eka Muslim diangkat dari kisah rakyat wilayah Palu dan Donggala yang diwariskan secara turun temurun. Para pemeran antara lain Mariam Muslim, Vial Maghfira Ramadhani, Candra Ferdinad, dan Muh. Alif Ramadhan.
Film ini berkisah seorang ibu yang bersama meletakkan bayinya di atas batu di tengah hutan belantara, lalu kembali ke dasar laut. Ajaibnya bayi itu tumbuh besar dengan cepat, menjadi wanita dewasa yang cantik.
Dia tinggal sendiri di hutan yang disebut Uwentira, di mana makanan dan buah-buahan tersedia secara ajaib.
Di sisi lain hutan, seorang lelaki pemburu tiba-tiba bertemu dengan perempuan itu. Setelah berkenalan, perempuan itu mengajak lelaki tersebut ke tempat tinggalnya. Kisah kemudian berlanjut tentang kota ghaib bernama Uwentira.
Direktur Eksekutif Dr Suaib Djafar mengatakan, kisah Uwentira mengandung pesan moral yang mendalam.
Pertama, pentingnya menghormati semua ciptaan Tuhan, baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Kedua, menjaga kelestarian hutan sebagai sumber kehidupan dan harmoni bagi alam semesta.
"Masyarakat Kaili telah lama menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal, seperti menjaga tutur kata, sikap ramah, serta saling menghargai. Prinsip ini menciptakan kehidupan yang damai dan sejahtera, harmonis dengan alam dan sesama makhluk hidup," kata Suaib Djafar.
Menurut budayawan Sulteng ini, Uwentira bukan sekadar mitos, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Sulawesi Tengah. Cerita Uwentira mengajarkan masyarakat untuk menghormati alam, memelihara hubungan yang baik dengan sesama, serta menjaga warisan leluhur.
"Dalam dunia modern sekalipun, legenda seperti Uwentira mengingatkan kita akan pentingnya menjaga nilai-nilai kearifan lokal," kata Suaib Djafar yang tercatat sebagai Dewan Pakar Badan Musyawarah Adat (BMA) Sulawesi Tengah.
Mantan kepala Dinas Pariwisata Sulteng ini menambahkan, pengambilan gambar film ini di beberapa lokasi di Palu memiliki keindahan alam. Hal ini memang untuk mengenalkan keindahan dalam sebagai tempat wisata kepada penonton.
Suaib Djafar bersyukur proses pembuatan film ini mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah khususnya Gubernur H Rusdy Mastura.
Reporter: Syahril Hantono
LEAVE A REPLY