
H. Sofyan Farid Lembah (kedua dari kiri) dalam suatu kesempatan foto bersama. FOTO: DOK PRIBADI
TAK ada catatan pasti siapa yang pertama kali memulai tradisi ini. Namun setiap kali bulan Syawal tiba, umat Muslim di Indonesia serentak menebar hangatnya pelukan, maaf yang tulus, dan senyum yang tak lagi menyisakan sekat. Inilah Halal bil Halal—tradisi khas Indonesia, yang tak dijumpai di negeri-negeri Muslim lain, namun begitu mengakar di hati sanubari umat di tanah air.
Setelah sebulan penuh berpuasa, menunaikan salat malam, dan memperbanyak doa di bulan Ramadhan, suasana Syawal menjadi momentum istimewa. Di Sulawesi Tengah, semangat ini menjelma dalam rangkaian Halal bil Halal yang digelar oleh tiga komunitas alumni Universitas Tadulako: Angkatan 83, 84,85 hingga angkatan 89 Fakultas Hukum, serta Study Club Ibnu Khaldun lintas fakultas.
Tak sekadar berkumpul, acara ini adalah perjamuan rindu. Tawa lepas, senda gurau yang tak lekang waktu, kisah-kisah masa kuliah yang mengundang nostalgia, hingga doa-doa syahdu untuk para sahabat yang telah lebih dulu dipanggil Ilahi, mengisi ruang hati yang lama tak disentuh.
Bagi kami, alumni Ibnu Khaldun, Halal bil Halal bukan sekadar reuni. Ia adalah ikhtiar menjaga nyala silaturahmi yang tak pernah padam. Jauh lebih berharga dari sekadar materi, ikatan ini membuat banyak di antara kami rela menempuh perjalanan panjang—dari Jakarta, Ampana, Toli-Toli, Banggai—demi sebuah peluk haru dan maaf yang mungkin tertahan bertahun.
Puncak emosi mengalir di kaki Bukit Kalora, tempat almarhum Firdaus Basuni bersemayam. Di sana, di tengah udara pagi yang hening, surat Yasin dan doa-doa dilantunkan untuk beliau, seorang sosok besar yang telah banyak memberi jalan bagi kami menapaki dunia akademik. Air mata jatuh tanpa bisa dicegah—bukan hanya karena kehilangan, tapi karena syukur atas jejak kebaikan yang ditinggalkannya.
Insya Allah, tahun depan kami akan bertemu kembali. Hidup harus terus berjalan, dan pengabdian harus tetap ditorehkan dalam medan jihad masing-masing. Sebagai guru, dosen, birokrat, pengacara, hakim, jaksa, politisi, notaris, pengusaha, juru dakwah, artis, hingga ibu rumah tangga—kami adalah kader umat, yang punya tanggung jawab moral untuk terus memberi manfaat.
Halal bil Halal mengingatkan kami pada misi yang lebih besar: pendidikan, sosial-ekonomi, lingkungan, hukum, dan solidaritas antarumat. Semua itu tak boleh kita lupakan. Dari Bukit Kalora yang penuh kenangan, kami haturkan salam kasih, dan doa:
Taqabbalallahu minna wa minkum. Mohon maaf lahir dan batin.
Palu, 7 Syawal 1446.
*) H. Sofyan Farid Lembah, Social Worker

LEAVE A REPLY