Dansatgas TMMD Ke-122 Kodim 1306/Kota Palu, Kolonel Inf Rivan Rembudito Rivai, saat meninjau ke lokasi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-122 Kodim 1306/ Kota Palu, di Desa Bambasiang, Kabupaten Parigi Moutong. Foto kanan: TNI bersama warga saling bahu membahu, dalam mengerjakan bronjong antisipasi banjir. (Foto: Dok. Kodim 1306/ Kota Palu)
POHON cengkeh tinggi menjulang, membelah jalanan di Desa Bambasiang, Kecamatan Palasa, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah. Daunnya melambai ditiup angin, seolah ingin mengabarkan bahagia. Sementara bunganya yang terlihat ranum, coklat, menggoda, ingin mengungkapkan bahwa ia siap dipetik.
Sementara mentari sore perlahan mulai condong ke barat. Sinarnya menghangat berusaha menghapus peluh. Angin berhembus, mengerakkan dahan-dahan, mengombang-ambingkan daunnya.
Dan aku, Kolonel Inf Rivan Rembudito Rivai, Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) ke-122 Kodim 1306/ Kota Palu, tetap bertahan dengan rasa takjub.
“Duh….begitu kayanya Desa Bambasiang ini jika hasil kebun cengkehnya mampu dikelola dengan baik,” ujarku lirih nyaris tak terdengar.
Cengkeh atau cengkih atau dari bahasa latin syzygium aromaticun adalah kuncup kering bunga beraroma dari keluarag pohon myrtacease. Tanaman asli Indonesia yang banyak digunakan untuk bumbu makanan pedas di Eropa, selain sebagai bahan utama rokok kretek khas Indonesia. Dan dari 3.003 jiwa Warga Bambasiang, hampir 80 persen mengantungkan hidup pada tanaman rempah yang satu ini.
Hanya saja, tanaman cengkeh yang memiliki potensi yang cukup besar itu terkendala dalam pendistribusian. Untuk ke Kota Palu, warga harus menempuh perjalanan hingga 236 km dengan waktu tempuh 5 jam 15 menit. Itu pun dalam kondisi normal. Padahal wilayah Bambasiang merupakan daerah rawan longsor, sehingga bila bencana itu tiba, maka hasil kebun tidak lagi bisa terangkut ke kota.
Kendala Daerah Rawan Longsor
Kualihkan pandangan pada para prajurit yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) TMMD Kodim 1306/Kota Palu yang tengah sibuk melakukan cuttingan jalan sepanjang 610 meter lebar 1,5 meter. Sebanyak 150 personel dari unsur TNI, Kepolisian, Satpol PP, hingga warga, terus mengerjakan cuttingan jalan, dengan merapikan tebing di pinggiran jalan yang rawan timbunan longsor.
“Hujan sering turun Komandan, dan itu sangat menghambat pekerjaan. Bayangkan tiba-tiba akses jalan terputus akibat longsor sehingga pendistribusian bahan material terhambat. Ketika truk tidak bisa masuk ke lokasi sasaran, ya harus mengangkut secara manual. Kita pikul ramai-ramai. Beruntung warga membantu, Komandan. Alhamdulillah, akhirnya pengerjaan pun lancar,” ungkap Komandan Satuan Setingkat Kompi (Dan SSK) Letda Inf Aripin memberi laporan.
“Hebat. Tapi ingat, kerja keras, wajib, namun jangan lupa jaga kesehatan. Saya tahu cuaca tidak menentu kadang cerah kadang hujan. Dan ketika hujan turun, tahu sendiri kan jalanan licin. Jadi harus hati-hati. Dan sekali lagi jaga kesehatan,” pesanku. seraya menepuk pundak Letda Aripin.
Sejurus kemudian kulangkahkan kaki, berjalan mendekati prajurit yang tergabung dalam Satgas TMMD ke-122 ini. Satu per satu, kusalami, menanyakan kabar, dan meminta bekerja sebaik mungkin demi selesainya pengerjaan cuttingan jalan.
Lalu berjalan menjauh ditemani Dan SSK, memeriksa cuttingan jalan yang hampir tuntas. Setelah sekian belasan langkah akupun berhenti, kemudian berjongkok, memastikan kekuatan juga ketahanannya.
Setelah itu aku kembali berdiri dan berjalan balik ke arah prajuritku sambil mengacungkan dua jempol, “Kalian semua prajurit yang hebat, ucapnya bangga. Yang lagi-lagi berbalas, ”Siap Komandan!” teriak mereka kompak.
“Mari kita mengerahkan seluruh kekuatan yang ada untuk menyelesaikan semua target sesuai waktu yang sudah ditentukan. Kalian siap!” teriakku memberi semangat yang langsung dijawab dengan teriakan kompak, “Siap Komandan!”.
“Kita juga siapa komandan,” celetuk Kepala Desa Bambasiang, Abraham yang bersama Pak Yulius, warga yang mendapat program rehab rumah tidak layak huni (RTLH) yang tiba-tiba muncul.
“Kondisi sekarang sudah bagus dan lebar. Terima Kasih Pak TNI,” ungkap Abraham.
Kulemparkan senyumanan, kali ini lebih lebar, mendengar ungkapan tulus dari Kepada Desa dan warga Bambasing.
”Semua yang terbangun bukan semata-mata kerja kita para anggota satgas, melainkan kerja bersama,” balasku.
Ingatannya melayang pada saat awal datang, longsor dimana-mana, karena tidak dicutting sempurna, membuat Desa Bambasiang terisolir akibat akses jalan tertutup material longsor. Wilayahnya yang berbukit, tanahnya mudah longsor karena tanahnya labil, ditambah sungai yang ada di desa sering sekali banjir dan membawa batu-batu besar turun ke bawah menutupi jalan sehingga akses jalan tertutup.
Kemudian batunya pun menutupi saluran. air jembatan sehingga air sungai tidak bisa mengalir sebagaimana mestinya dan membuat jalan baru. Dan ketika Satgas TMMD ke-122 datang, akses jalan ada empat titik longsor. Sehingga semua komponen bergerak bersama melakukan perbaikan.
Program TMMD telah menjadi momentum penting bagi masyarakat Desa Bambasiang, yang antusias menyambut berbagai kegiatan pembangunan.
"Kami sangat bersyukur dengan adanya TMMD ini. Akses jalan yang lebih baik akan memudahkan kami dalam mengangkut hasil pertanian dan meningkatkan perekonomian desa. Makanya kami tidak mau tingggal diam, pokoknya semua kekuatan desa ikut bergerak," tambah Abraham yang diamini Pak Yulius.
Kemanunggalan TNI-Rakyat
Hal ini sejalan dengan yang dilontarkan Danrem 132/Tadulako, Brigjen TNI Deni Gunawan, SE, yang menekankan pentingnya sinergi dalam pembangunan nasional.
“Melalui TMMD, kami tak hanya membangun fasilitas fisik, tapi juga merajut kebersamaan. Kami ingin memperkuat kemanunggalan antara TNI dan rakyat serta meningkatkan ketahanan nasional melalui pembangunan berkelanjutan dan inklusif,” tutur padauk saat meninjau ke lokasi TMMD.
Sinergitas pulalah yang diapresiasi Pjs Wali Kota Palu Muchlis Husain Pakaya. Dia menyampaikan keterlibatan TNI dalam mendorong pembangunan di daerah ini menjadi bukti nyata bahwa Sinergi anatra TNI dan rakyat itu nyata.
“Kegiatan ini sebagai bukti sinergi antara TNI, pemerintah daerah, dan Masyarakat itu nyata,” tegasnya.
"Melalui kolaborasi ini, TMMD 2024 diharapkan membawa dampak positif bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Parigi Moutong, sekaligus memperkuat peran TNI dalam membangun wilayah-wilayah terpencil," katanya.
Dan sinergi itu menurut Pangdam XII Merdeka, Mayjen TNI Candra Wijaya, MA, terbangun nyata melalui program TMMD ke-122 ini. TMMD lanjutnya, merupakan salah satu upaya strategis untuk mewujudkan ketahanan nasional yang kuat, dengan dimulai dari tingkat desa.
Bukan hal yang mudah untuk mentransformasi sebuah sistem kemanunggalan seperti yg dilakukan oleh TNI saat ini. Juga bukan tugas yang sederhana pula untuk melaksanakan percepatan pembangunan dalam suatu wilayah.
“Dalam perjalanannya sampai pada titik ini, kita sadar bahwa membuat perubahan membutuhkan perjuangan dan pengorbanan, rasa lelah dan keringat pengabdian tentunya menyertai setiap langkah menuju perbaikan dan kemajuan dalam proses TMMD ini. Namun dengan rasa kecintaan kepada rakyat, pemerintah maupun masyarakat, program ini telah terlaksana sampai pada kali ke 122,” tegasnya.
Sasaran Fisik Non Fisik
TMMD Ke-122 Kodim 1306/Kota Palu berlangsung di dua kecamatan, yakni di Kecamatan Palasa dan Parigi Utara. Di Kecamatan Palasa, dilaksanakan di Desa Bambasiang, dengan sasaran fisik, selain cuttingan jalan sepanjang 610 meter dan lebar 1,5 meter juga ada pembangunan dueker plat panjang 2 meter dan lebar 5 meter, pengecatan jembatan, normalisasi sngai, pemasangan bronjong, pembangunan intake dan perbaikan jaringan pipa air bersih sepanjang 480 meter, rehab RTLH, dan pembangunan jamban 2 unit.
Sementara di Kecamatan Parigi Utara, tepatnya di Desa Sakinah, sasaran fisik berupa pembuatan sumur bor. Sedangkan sasaran nonfisik di antaranya pemasang KB gratis, penyuluhan stunting, sosialisasi mitigasi bencana, penyuluhan bela negara, wawasan kebangsaan (wasbang), hukum dan kantibmas, juga pertanian ketahanan pangan, pelayanan publik dan kependudukan,
Selain itu juga ada program unggulan KASAD, berupa TNI Manunggal Air, penanaman 3.000 pohon, rehab RTLH. MCK jambanisasi, penurunan angka stuntung, dan pembersihan lingkungan. Serta sasaran tambahan, perbaikan jembatan. Dan ada bantuan Pemda, 19 bungkus bibit jagung dan 250 buah tanaman penghijauan.
Dampak Positif TMMD
Dan, sasaran TMMD ke-122 tuntas dikerjakan dan tepat waktu. Hal itulah yang membuatku bisa tersenyum lebar. Senyum itu semakin melebar ketika kerja keras diapresiasi Tim Pengawas dan Evaluasi (Wasev) Mabes TNI AD yang diketuai oleh Brigjen TNI Agus Firman Yusmono SIP, MSi, yang meninjau progres pelaksanaan program TMMD ke-122 di Kodim 1306/Kota Palu di Desa Bambasiang. Ia pun langsung memuji semua sasaran dikerjakan dengan baik dan berjalan sesuai target serta memberi dampak positif bagi masyarakat setempat.
Dia juga mengungkapkan kepuasannya atas kerja sama yang solid antara TNI dan masyarakat dalam mewujudkan pembangunan di daerah terpencil.
“Program TMMD ini mencerminkan semangat gotong royong dan sinergi antara TNI dan masyarakat. Kami melihat kemajuan yang sangat baik di Desa Bambasiang, dan optimis bahwa hasil dari program ini akan berkelanjutan,” katanya.
Dan kini, aku pun bisa tersenyum lepas, melihat wajah-wajah bahagai warga Bambasiang, yang siap menatap masa depan lebih baik. Semua yang kini terbangun dalam proyek TMMD ke-122 Kodim 1306/Kota Palu ini akan menjadi pengingat, betapa ratusan prajurit dari TNI AD pernah berjibaku, membangun desa ini,
Dampak positif dari keberadaan TMMD ke-122 semoga akan terus berkelanjutan seperti harapan Tim Wasev. Seperti pembangunan cuttingan jalan dan jembatan mampu mendukung percepatan pembangunan infrastruktur guna meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat yang menggantungkan dari hasil pertanian dan perkebunan.
Begitupun rehab RTLH, diberikan pada masyarakat kurang mampu nantinya bisa hidup sehat, meningkatnya tarap hidup mereka, sehingga mereka mampu melaksanakan peran dan fungsi dalam memberikan perlindungan, bimbingan dan pendidikan.
Penyuluhan wasbang dilakukan untuk menghadapi pesatnya perkembangan globalisasi dan media sosial yang dapat membawa masyarakat kearah fragmentasi dan kohesi dengan penyebaran narasi-narasi yang mengandung paham radikalisme. Salah satunya melalui ujaran kebencian, provokasi, fitnah serta hoaks.
Begitupun penanaman pohon, menjadi wujud kepedulian lingkungan. Kegiatan bukan hanya untuk menghijaukan wilayah saja, melainkan mencegah erosi dan memperkuat bantaran sungai. Dan pembangunan sumur bor, untuk membantu ketersedian air bersih bagi warga, khusunya di wilayah yang sangat kekurangan air saat musim kemarau.
Angin bertiup pelan, menerpa ujung daun cengkeh, melambai, serasa ikut merasakan bahagia yang kini kurasa. Sekali lagi kucoba membalikkan badan, menatap kembali jalanan yang terbentang membelah pepohonan cengkeh. Dan kusunggingkan senyum sekali lagi, merasa yakin kehidupan di Bambasiang akan menjadi lebih baik.
Kulangkahkan kaki semakin cepat, rasa optimis mengelayut memenuhi seisi kepalaku. Perjuangan membangun desa ini sudah sampai di ujung, dan siap meninggalkan desa ini dengan kemenangan. (*)
LEAVE A REPLY