Home Opini Mahasiswa Sudah Bangun

Mahasiswa Sudah Bangun

250
0
Social Media Share
Mahasiswa Sudah Bangun

SAYA salut Presiden Prabowo Subianto yang "mendadak" memerintahkan Menteri Sekertaris Negara Prasetyo Hadi menemui massa demontrasi di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Februari 2025. 

Hal itu sebuah tanda: Prabowo tidak memandang enteng suara sumbang mahasiswa. Sukses menutup kian beringasnya aksi yang sedang menuju istana hari itu. Dan berhasil meredam gemuruh kemarahan mahasiswa. Sebuah pendekatan yang cantik. 

Keputusan Prabowo itu membuktikan: dia berbeda dengan sikap Joko Widodo saat menjadi presiden dalam "memperlakukan" aksi-aksi unjuk rasa. Ada kesan Jokowi membelakangi aksi demo. Prabowo menghadapi demo.

Demo, siang hingga sore, itu ribuan mahasiswa yang tergabung dalam BEM SI (Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia) bersama elemen masyarakat mengusung tajuk: Indonesia Gelap!

Aksi yang tampaknya terencana matang ini berjejak menuju istana. Di sana mereka hendak menyampaikan tuntutan kepada Presiden Prabowo.

Tuntutan mereka, antara lain: pencabutan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025. Transparansi status pembangunan. Transparansi dan evaluasi program makan bergizi gratis. Penolakan revisi Undang-Undang Minerba. Penolakan dwifungsi militer. Pengesahan RUU perampasan aset. Tuntutan untuk menangkap dan mengadili mantan Presiden Joko Widodo.

Pada mulanya aksi itu berjarak jauh dari istana. Pihak kepolisian menahan mereka mendekat. Salah satu caranya: membuat benteng dari "pagar-pagar" beton berjajar sebagai tirai. 

Mahasiswa dan elemen masyarakat tak kehilangan pikiran untuk meruntuhkan beton-beton itu. Caranya: mengeluarkan tali ukuran besar dan panjang yang mereka sudah persiapkan. Tali itu diikatkan ke beton-beton yang berjajar. Serentak tali itu dipegang erat oleh ratusan pendemo. Mereka seketika menariknya beramai-ramai sembari berteriak sebagai penyemangat persatuan aksi. Satu persatu beton-beton itu jebol. Seperti luapan banjir, mereka pun merasa menang berlarian menuju istana. Pihak kepolisian "panik" melihat aksi yang kian kacau. 

Dalam suasana yang menegangkan: ada info, petinggi kepolisian segera melapor ke istana. Sungguh berbahaya bila aksi ini benar-benar mendekat ke istana. Bisa terjadi tindakan brutal. Laporan itu pun sampai ke Presiden Prabowo. Tanpa pikir panjang, Prabowo yang kader militer itu paham: aksi ini dapat berujung entah seperti apa. Seketika dia memerintahkan Mensesneg Prasetyo Hadi: segera menemui pengunjuk rasa. Di atas mobil komando Prasetyo berteriak lantang menyambut baik kehadiran aksi mahasiswa dengan antusias. Menerima semua tuntutan mahasiswa untuk disampaikan kepada Presiden Prabowo.

Tuntutan sudah diserahkan. Pendemo merasa menang. Istana merasa senang. Hari menjelang malam itu pun berakhir damai: untuk sementara.

"Kita buktikan hari ini mahasiswa dan elemen masyarakat yang ada di Patung Kuda hari ini, menang," teriak Herianto, Koordinator BEM SI. 

*

Tak main-main: demo "Indonesia Gelap", hari itu dan esoknya, muncul komando keterpanggilan mahasiswa dan elemen masyarakat: membuktikan mereka bisa " melawan" lantaran ada luka yang terjadi di negerinya. Begitu parahnya luka itu mereka menyebut bangsanya: Indonesia Gelap. 

Serentak mereka turun jalan. Bukan hanya di ibu kota Jakarta, tapi juga terjadi di kota-kota lainnya: Bandung, Lampung, Surabaya, Malang, Samarinda, Banjarmasin, Makassar, Aceh, Bali, dan sejumlah kota.

Saya pernah menulis di kolom CERMIN: tak ada lagi kekuatan kontrol kekuasaan di negeri ini. Oposisi sudah berkompromi dengan kekuasaan. Wakil rakyat tak lagi mewakili rakyatnya, kecuali janji-janji saat pemilu. Pers tidak bisa lagi diharap suara kritiknya. Aktivis ikut-ikutan masuk ke kekuasaan. Untung ada segelintir yang bersuara nyaring. Tapi nyanyiannya dianggap angin lalu. Bila terus berteriak, penguasa membuinya. Bagaimana dengan mahasiswa? Mereka ini pun memilih "tidur".

Untung tidak tidur panjang. Hari ini: mahasiswa sudah bangun dari tidurnya. Mereka tak tahan lagi melihat akrobat kekuasaan yang sedang mempermainkan negerinya. 

Lihatlah mahasiswa ITB itu sudah turun jalan yang selama ini memilih diam. Fidela Marwa Huwaida adalah seorang mahasiswi ITB yang cerdas dan berani. Dengan suara lantang dia melawan kekuasaan. Wajarlah bila dia dipercaya sebagai Presiden Keluarga Mahasiswa ITB. 

Saya hanya mau katakan: Hati-hati bila ITB sudah bergerak turun jalan!