Calon Gubernur Sulteng Nomor Urut 1, Ahmad Ali menyalami warga saat tiba di lokasi kampanye dialogis di Desa Wana Mukti Utara, Kecamatan Bolano Lambunu dan Desa Palapi, Kecamatan Taopa, Parigi Moutong pada Kamis, 10 Oktober 2024.
PASANGAN Calon Gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah nomor urut 1, Ahmad Ali, dan calon wakil gubernur, Abdul Karim Aljufri, menawarkan pendekatan baru yang penuh harapan—politik riang gembira. Pasangan Beramal (bersama Ahmad Ali dan Abdul Karim Aljufri) berkomitmen untuk membawa semangat positif dan menyatukan seluruh elemen masyarakat Sulawesi Tengah di tengah arena pemilihan yang kadang-kadang dipenuhi dengan serangan, fitnah, dan politik identitas.
"Kampanye ini bukan untuk memecah belah, tetapi untuk mencari pemimpin terbaik bagi masyarakat," tegas Ahmad Ali. Dalam setiap pertemuan kampanyenya, ucapan tersebut bergema. Ali meminta semua pendukung untuk menghindari politik negatif dalam pernyataannya, mengatakan bahwa setiap kandidat adalah putra terbaik Sulawesi Tengah. Ajakan ini adalah bukti upaya tulusnya untuk memastikan bahwa Pilkada 2024 berlangsung dengan aman dan menyenangkan.
"To be in business today, our most important job is to be head marketer for the brand called You," kata Tom Peters, seorang pakar komunikasi. Dalam hal ini, Ali telah berhasil menjadi simbol kampanye yang mendukung kebahagiaan dan persatuan. Di tengah hiruk-pikuk politik yang sering menimbulkan emosi negatif, Ahmad Ali memilih menampilkan citra seorang pemimpin yang ramah, tenang, dan menyenangkan.
Semakin nyata di setiap kampanye yang berlangsung. Ali disambut dengan sangat antusias oleh warga ketika dia berpidato di Desa Wana Mukti Utara, Kecamatan Bolano Lambunu, dan Desa Palapi, Kecamatan Taopa, Parigi Moutong, pada 10 Oktober 2024. Masyarakat yang hadir menari bersama calon pemimpin mereka saat musik menggema dan tawa terdengar. Bahkan Ahmad Ali tidak ragu untuk berjoget di tengah kerumunan, mengiringi irama lagu "Beramal", yang dimaksudkan untuk mendukung pasangan nomor satu ini.
Ali dan warganya memiliki ikatan emosional yang kuat saat dia hadir. tidak hanya ucapan, tetapi interaksi yang hangat dengan orang lain. Di Desa Taopa, hampir semua orang dengan penuh semangat mengangkat jari telunjuk ke atas untuk mendukung pasangan Beramal. Ali dengan senang hati menyambutnya dan kembali menari bersama mereka. Kampanye tidak lagi menjadi tempat untuk mengungkapkan kemarahan. sebaliknya, itu sekarang menjadi tempat di mana orang berkumpul dan bersenang-senang.
Komitmen Pro-Rakyat
Pasangan Ahmad Ali-Abdul Karim Aljufri terus mendukung program yang jelas dan konkret untuk kepentingan rakyat di balik politik yang penuh warna dan kegembiraan. Mereka menunjukkan kepedulian mereka terhadap kebutuhan dasar masyarakat melalui program unggulan mereka, seperti peningkatan infrastruktur jalan, layanan kesehatan gratis, dan penyediaan seragam sekolah gratis. Selain itu, komitmen mereka untuk menghasilkan setidaknya 10.000 wirausahawan baru di Sulawesi Tengah menunjukkan tujuan mereka untuk pembangunan ekonomi lokal yang inklusif dan berkelanjutan.
Dalam hal ini, Ali menyadari bahwa politik bukan hanya tentang kemenangan atau kekalahan, itu adalah tentang cara meningkatkan kehidupan rakyat. Setiap kebijakan harus berfokus pada kebutuhan masyarakat lokal, seperti yang dikatakan Tip O'Neill, politisi terkenal Amerika Serikat. Ali menunjukkan keyakinan ini dalam setiap program yang dia tawarkan.
Politik Tanpa Fitnah
Ahmad Ali selalu menekankan pentingnya menjaga pemilu yang aman dan optimis. Ia secara terbuka menentang tindakan politik identitas dan fitnah yang dapat mengganggu kesatuan di Sulawesi Tengah. Dalam salah satu kampanyenya, Ali menyatakan, "Kita harus mencari pemimpin terbaik untuk masyarakat, bukan untuk memecah belah."
Hal ini menunjukkan kedewasaan politik yang tidak ada di banyak kampanye Indonesia. Metode ini adalah strategi komunikasi politik yang menempatkan rasionalitas dan emosionalitas seimbang. Ali tidak hanya berbicara tentang program kerja, tetapi dia juga membantu orang-orang yang memiliki pandangan politik berbeda bekerja sama. Di sinilah ia berhasil menerapkan "engineering of consent"—rekayasa kesepahaman—yang disebut oleh bapak public relations kontemporer, Edward Bernays.
Ali juga mengimbau orang-orang di Sulawesi Tengah untuk menggunakan hak pilih mereka pada 27 November mendatang. “Pastikan coblos di nomor 1, jangan coblos di nomor 2 atau 3, karena nanti suaranya tidak sah,” katanya dengan semangat. Pesan ini merupakan seruan yang penuh tanggung jawab kepada warganya, bukan sekadar ajakan untuk memilih. Ia mengingatkan bahwa setiap suara penting, dan pemilu ini adalah kesempatan bagi orang-orang di seluruh daerah, untuk memutuskan bagaimana masa depan mereka akan berjalan.
Ali menyadari bahwa seluruh rakyat Sulawesi Tengah adalah pemilik pesta demokrasi ini, bukan hanya para politisi. Pemilu akan menjadi cara untuk menciptakan masa depan yang lebih baik dengan partisipasi masyarakat yang aktif. Ini akan menghilangkan konflik, fitnah, dan politik identitas. Semangat ini sesuai dengan gagasan Jürgen Habermas tentang demokrasi deliberatif, yang mengatakan bahwa proses politik harus memungkinkan semua pihak untuk berbicara secara terbuka dan jujur.
Akhirnya, kita sadari bahwa pasangan Ahmad Ali dan Abdul Karim Aljufri membawa semangat baru ke Pilkada Sulawesi Tengah 2024 melalui pendekatan politik mereka yang ceria. Mereka menunjukkan bahwa politik tidak selalu harus serius dan penuh intrik. Sebaliknya, itu dapat menjadi tempat untuk saling berbagi, bersenang-senang, dan merayakan demokrasi. Pasangan ini telah memberikan contoh baru tentang cara kampanye politik dapat berjalan bersama-sama, dengan janji mereka untuk menjaga Pilkada tetap positif dan damai.
Ahmad Ali dan Abdul Karim Aljufri tidak hanya berharap untuk menang dalam Pilkada ini, tetapi mereka juga berharap untuk membawa perubahan yang nyata dan damai bagi Sulawesi Tengah, seperti yang dikatakan Eleanor Roosevelt, "The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams." Rakyat bertanggung jawab atas harapan masa depan yang cerah. Dengan optimisme ini, Kita berharap pesta demokrasi di Sulawesi Tengah akan menjadi contoh bagi seluruh Indonesia tentang bagaimana politik dapat mempersatukan daripada membagi.
*) Pengamat Sosial dan Ekonomi
LEAVE A REPLY