
SAYA teringat sebuah nama: Anton Chekhop. Dia sastrawan besar Rusia. Buku kumpulan cerpennya berjudul "Pengakuan" sudah saya tuntaskan. Buku sastra itu diterjemahkan dari bahasa Rusia ke bahasa Indonesia oleh Koesalah Soebagyo Toer. Koesalah dan Pramoedya Ananta Toer: bersaudara.
Buku "Pengakuan" Anton Chekhop: banyak bercerita tentang siasat-siasat kepalsuan manusia. Misalnya: kemunafikan, penjilatan, korupsi, mengorbankan orang lain, egois, sombong, butuh sanjungan, anti kritik, mau menang sendiri, mau disebut hebat, dan kecenderungan untuk memanipulasi.
Secuil sudah terungkap, lalu mengapa dokumen-dokumen rahasia milik Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang dititipkan ke Prof Connie Rahakundini Bakrie untuk dinotariskan ke negeri Rusia: mirip dengan tema-tema cerpen karya Anton Chekhop?
Anton Chekhop: dikenal penulis kritis. Bukan hanya di negerinya. Tapi di seluruh dunia. Kritik-kritik dan ulasan-ulasannya, baik berupa esai maupun dalam bentuk prosa: tajam, peka, dan bersifat universal, meski settingnya terjadi di Rusia.
Betapa lihainya Anton Chekhop mengungkap "wajah-wajah bertopeng" penguasa. Saya teringat negeri ini, Indonesia: banyak tokoh ingin merebut citra pahlawan di tengah masyarakat, misalnya citra kejujuran, sementara perbuatannya lebih tepat disebut pecundang.
Lihatlah mereka yang pernah menikmati belenggu borgolnya KPK. Dulunya, mereka sukses memamerkan citra karakter kebaikan-kebaikan yang dibangun seakan-akan ikhlas dan jujur, padahal semua itu kepalsuan dan kamuflase.
Andaikan Anton Chekhop masih hidup dan sempat jalan-jalan ke negeri ini: betapa banyaknya bahan esai dan prosa yang dia bisa tulis.
*
Dalam podcast di kanal YouTube Abraham Samad, 1 Januari 2025, menghadirkan narasumber Prof Connie Rahakundini Bakrie. Video berdurasi 48 menit 20 detik dengan judul "Di sini Prof Connie buka rahasia yang Hasto titipkan. Terbongkar aib keluarga Jokowi" itu telah ditonton lebih dua juta kali di YouTube.
Mantan Ketua KPK Abraham Samad: memviralkan hasil wawancaranya dengan Prof Connie, seorang pengamat militer dan hubungan internasional, yang berada di Rusia. Beberapa tahun terakhir ini Prof Connie mengajar dan menjadi guru besar di perguruan tinggi terbesar dan tertua di Rusia.
Apakah dokumen-dokumen rahasia itu berkaitan dengan Jokowi dan pejabat-pejabat tinggi lainnya saat menjalankan kekuasaan di negeri ini selama sepuluh tahun? Pertanyaan Abraham itu langsung dijawab Prof Connie. "Kalau tak berkaitan Jokowi dan sejumlah pejabat, serta bukan rahasia: untuk apa Hasto menitipkan ke saya, lalu saya menotariskan di Rusia?" Mendengar jawaban itu, Abraham tersenyum, lalu mengucapkan satu kata: baik.
Pertanyaan-pertanyaan Abraham: nakal dan berani. Lelaki asal Tanah Bugis ini: memang cerdas dan berani. Kini banyak manusia Indonesia berilmu tinggi, cerdas, pintar, tapi tak memiliki karakter atau nyali: pemberani.
Mereka sebenarnya ingin mengkritik tingkah dan kebijakan penguasa yang tak benar, tapi hidupnya tak mau beriziko, akhirnya memilih zona nyaman: diam. Itulah pilihan hidup mereka. Silakan. Tapi jangan salahkan manusia-manusia pemberani yang kini kian menampakkan pikiran-pikirannya dengan cara cerdas dan tak gentar, misalnya: Abraham Samad, Prof Connie, Said Didu, Refly Harun, Rocky Gerung, Ray Rangkuti, Ubedillah Badrun, Eep Saefullah Fatah, dan masih banyak nama lainnya.
Dalam bernegara kita butuh manusia-manusia penggerak peradaban demokrasi. Sejak dulu, bangsa besar ini memiliki manusia seperti itu, sebutlah: Mochtar Lubis, Arbi Sanit, Faisal Basri, Rizal Ramli, Kwik Kian Gie, Salim Said, Arief Budiman, WS Rendra, Emha Ainun Nadjib, Amran Razak dari Makassar, Wiji Thukul, dan masih banyak tokoh lainnya.
*
Kembali ke Prof Connie di Rusia. Sepuluh dokumen rahasia lengkap dengan video dan data-data milik Hasto yang kini sudah aman di Rusia, belum terungkap secara transparan, namun sudah memicu keributan.
Baru terungkap prolognya lewat suara sumbang Prof Connie sebagai hasil dialog bersama Abraham, kaum fanatisme Jokowi melaporkannya ke pihak kepolisian. Padahal kata-kata Prof Connie, ibarat penulisan buku: baru pengantar. Belum isi.
Tidakkah bijak: biarkan dulu semua dokumen rahasia itu terungkap, simaklah baik-baik tanpa rasa emosional. Setelah itu: silakan bereaksi. Seorang Abraham dan Prof Connie: bukanlah manusia pecundang. Baginya: penjara adalah sebuah perjalanan.
Saya merindukan gaya mantan-mantan presiden: Jimmy Carter, setelah tak lagi di istana, memilih tinggal di pinggiran Amerika: berkebun dan memelihara hewan ternak. BJ Habibe: memilih mendirikan lembaga riset Habibie Center dan mengembangkan ICMI. Susilo Bambang Yudoyono: memilih membangun museum, melukis, dan menyanyi. *
LEAVE A REPLY