Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulteng Nomor Urut 1, pasangan Ahmad Ali-Abdul Karim Aljufri. FOTO: DOK AMC
PADA dasarnya, rumah jabatan gubernur bukanlah sekadar gedung megah yang menunjukkan kemewahan dan kekuasaan. Ia seharusnya menjadi simbol kehadiran pemimpin untuk melayani rakyatnya, membuka pintu bagi mereka yang membutuhkan, terutama mereka yang berasal dari wilayah terpencil provinsi ini. Di tengah semua janji dan harapan, Ahmad Ali, calon gubernur Sulawesi Tengah yang berpasangan dengan Abdul Karim Aljufri dalam pasangan BERAMAL (Bersama Ahmad Ali-Abdul Karim Aljufri), memiliki visi yang jelas: rumah jabatan harus menjadi rumah rakyat.
Ahmad Ali berulang kali menyatakan keinginan untuk menjadikan rumah jabatan gubernur sebagai "rumah singgah" bagi seluruh penduduk Sulawesi Tengah. Tidak hanya akan menjadi struktur yang dihormati, tetapi juga akan berfungsi sebagai rumah bagi komunitas untuk beristirahat, dan menyampaikan aspirasi mereka.
Ahmad Ali ingin menghadirkan sosok pemimpin yang tertutup oleh jeratan aturan birokrasi yang formalistik, tetapi juga terbuka, jujur, dan benar-benar memperhatikan rakyatnya. Rumah jabatan ini akan menjadi milik masyarakat jika saya diberi Amanah memimpih Sulawaesi Tengah. "Ini bukan rumah jabatan, ini rumah kita semua."
Rumah Jabatan sebagai Simbol Pelayanan Publik
John Stuart Mill menyarankan peran pemimpin untuk melayani masyarakat, dan gagasan Ahmad Ali ini sejalan. Menurut Mill, nilai suatu negara atau pemerintahan terletak pada bagaimana negara itu melayani rakyatnya. Dalam situasi ini, rumah jabatan gubernur bukan sekadar tempat tinggalnya. Rumah jabatan itu juga merupakan representasi pelayanan yang efisien, yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pemerintahan untuk rakyat.
Ahmad Ali berusaha untuk menjamin bahwa masyarakat merasa dekat dengan pemimpinnya bukan karena jarak sosial atau batas kekuasaan. Ia mengatakan bahwa rumah jabatan adalah tempat di mana pemerintah dan rakyat dapat bertemu langsung, dan seharusnya terbuka bagi siapa saja yang membutuhkan bantuan dari pemerintah. Rumah jabatan dapat menjadi tempat terakhir untuk mencari perlindungan dan harapan, terutama bagi mereka yang berasal dari desa-desa yang jauh dari ibu kota provinsi.
Keterbukaan dan Kepedulian Pemimpin
Rumah jabatan sering kali menjadi simbol eksklusif yang sulit dijangkau oleh orang-orang di bawah (Masyarakat bawah). Namun, Ahmad Ali berkomitmen untuk mengubahnya. Beliau dengan penuh semangat berusaha untuk memberikan kesempatan bagi orang-orang dari seluruh masyarakat Sulawesi Tengah, kesempatan untuk merasa seperti di rumah sendiri saat berada di sana. “There can be no greater gift than that of giving one’s time and energy to help others without expecting anything in return,” kata Nelson Mandela, seorang tokoh pejuang kebebasan dan keadilan di Afrika Selatan. Ahmad Ali memahami bahwa rumah jabatan dengan memberikan kesempatan bagi Masyarakat untuk menjadikan tempat singgah, maka itu adalah cara seorang pemimpin benar-benar hadir dan terlibat dalam kehidupan masyarakatnya.
Ahmad Ali berpendapat bahwa melayani masyarakat berarti benar-benar menjadi bagian dari mereka. Pelayanan langsung tanpa sekat dan birokrasi yang sering memisahkan rakyat dari pemimpinnya dapat dicapai, melalui penggunaan rumah jabatan sebagai tempat yang ramah dan terbuka. Ahmad Ali ingin rumah jabatan menjadi tempat di mana orang dapat berbicara bebas, menyuarakan aspirasi mereka, dan berkeluh kesah. Tidak ada yang lebih penting daripada menunjukkan kepedulian yang tulus dan keterbukaan untuk mendengarkan, dan itulah yang akan mereka tunjukkan di rumah jabatan mereka di masa mendatang.
Mendengarkan dan Menyelesaikan Masalah
Sebagai pemimpin yang memahami berbagai masalah yang dihadapi masyarakat, Ahmad Ali berkomitmen untuk menemukan solusi yang efektif. Dia menyadari kompleksitas masalah yang ada di Sulawesi Tengah, mulai dari keterbatasan pendidikan dan Kesehatan hingga masalah ekonomi yang dihadapi masyarakat. Rumah jabatan disebut sebagai "rumah rakyat" karena memungkinkan semua orang untuk berbicara dan mencari solusi bersama.
Layanan tanpa pamrih kepada rakyat adalah bentuk pelayanan tertinggi dalam pemerintahan, seperti yang dikatakan Mahatma Gandhi, “The best way to find yourself is to lose yourself in the service of others.” Ahmad Ali berpendapat bahwa seorang pemimpin harusnya, tidak hanya memimpin tetapi juga hadir untuk mendengar dan merasakan kebutuhan masyarakatnya secara langsung. Rumah jabatan, yang akan menjadi "rumah singgah" ini, adalah upaya untuk menciptakan pemimpin yang selalu siap dan dekat dengan masyarakat.
Pemimpin yang Merakyat
Pemerintah yang baik adalah yang selalu mendengarkan kebutuhan rakyatnya. Selain itu, dengan mengubah rumah jabatan menjadi rumah rakyat, Ahmad Ali membuat janji yang lebih dari sekadar janji politik. Ia memberikan contoh nyata dari kepemimpinan yang dekat dengan rakyat, yang masyarakat Sulawesi Tengah dapat merasakan manfaatnya secara langsung. Menurut Lao Tzu, "A leader is best when people barely know he exists, when his work is done, his aim fulfilled, they will say: we did it ourselves." Ini adalah visi yang sangat baik. Seorang pemimpin yang baik memungkinkan rakyatnya merasa diberdayakan dan mendukung mereka hingga mereka dapat membangun kemandirian bagi mereka sendiri.
Ahmad Ali berpendapat bahwa pemimpin yang baik adalah satu-satunya cara bagi masyarakat untuk maju, berjuang, dan pada akhirnya berdiri sendiri. Ahmad Ali ingin menjadikan rumah jabatan rumah rakyat dengan tujuan memupuk kepercayaan bahwa rakyat tidak pernah sendirian. Dalam setiap kesulitan yang mereka hadapi, pemerintah selalu ada untuk mereka, mendengar, dan hadir.
Pada akhirnya, janji Ahmad Ali untuk menjadikan rumah jabatan sebagai rumah rakyat merupakan representasi dari perubahan yang diinginkan masyarakat Sulawesi Tengah. Di tengah banyak pandangan skeptis tentang pemerintah dan pemimpin yang jauh dari rakyatnya, Ahmad Ali ingin menghadirkan kepemimpinan yang dekat dan melayani secara langsung. Ini adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang ingin bertindak sebagai pelayan masyarakat. Menjadi pemimpin berarti memberi rakyatnya tempat yang layak, bukan hanya untuk dihormati, tetapi untuk memberikan layanan dan kenyamanan terbaik.
Rumah jabatan adalah tempat yang terbuka bagi rakyatnya. Dengan menjadikan rumah jabatan sebagai rumah rakyat, Ahmad Ali tidak hanya membuat janji, tetapi juga memberikan sebuah konsep kepemimpinan yang melibatkan, mendengar, dan melayani. Diharapkan janji ini akan membawa harapan baru bagi masyarakat Sulawesi Tengah. Rumah jabatan akan menjadi tempat di mana pemerintah dapat hadir secara langsung, di mana rakyat dapat merasa dihargai, dan di mana setiap keluhan dapat didengarkan.
Ahmad Ali percaya bahwa rumah jabatan akan menjadi tempat yang mengayomi, melindungi, dan menawarkan solusi bagi rakyatnya jika diberikan amanah. Biarlah rumah jabatan itu menjadi tempat di mana setiap tindakan kebaikan kecil dilakukan untuk rakyat, agar setiap langkah kecil dapat membawa perubahan besar bagi masyarakat Sulawesi Tengah, seperti yang dikatakan Khalil Gibran, "Setiap tindakan kebaikan kecil lebih berharga daripada niat yang paling besar."
*Pengamat Sosial, Politik dan Ekonomi
LEAVE A REPLY