Home Politik Cita-Cita Hanya Ingin Jadi PNS, tapi Tak Terangkat

Cita-Cita Hanya Ingin Jadi PNS, tapi Tak Terangkat

Kisah Marbot Masjid Yang Lolos Jadi Anggota DPRD Donggala

686
0
Social Media Share
Cita-Cita Hanya Ingin Jadi PNS, tapi Tak Terangkat

Zulkifli, honorer Pemda yang sehari-harinya juga bekerja mengurus masjid (marbot). Dia meraih suara terbanyak dan lolos menjadi anggota DPRD Donggala. (Foto: METROSULAWESI/ Tamsyir Ramli)

DONGGALA, METROSULAWESI.NET - Zulkifli calon anggota DPRD Donggala Dapil 1 (Kecamatan Banawa-Banawa Tengah) tidak menyangka akan menjadi anggota DPRD Donggala periode 2024-2029.

Pria yang memiliki tiga anak ini berprofesi ganda di Pemerintahan Kabupaten Donggala. Selain menjadi honorer di Dinas Keuangan dengan gaji Rp500.000/bulan, ia juga dipercayakan mengurus masjid (marbot) Masjid Al-Habir yang persis bersebelahan dengan kantornya.

“Saya mulai mengurus masjid itu pada masa bupati Habir Ponulele, sekarang kan ada masjid Al Habir di pemda Donggala,” kata Zulkifli mengawali bincang-bincangnya.

Pekerjaan itu dilakoninya dengan penuh rasa tanggung jawab. Setiap hari, Zulkifli mengurus segala kebutuhan masjid. Itu semua dia lakukan demi kenyamanan para Jemaah untuk melaksanakan ibadah di masjid itu.

Pada Pemilu 14 Februari lalu, Zulkifli terdaftar sebagai caleg Partai Demokrat urut lima. Tidak menyangka, dia berhasil menduduki peringkat pertama dengan raihan 914 suara mengungguli empat rekannya. Raihan suara sebanyak itu, mengantarkan dirinya untuk duduk sebagai wakil rakyat di DPRD Donggala.

Capaian itu membuat Zulkifli kaget. Masalahnya, dia mengaku tidak pernah bermimpi untuk menjadi anggota DPRD.

“Cita-cita saya itu hanya mau menjadi PNS, tetapi tidak pernah terangkat. Setia menjadi honorer Pemda Dongga di Dinas Keuangan dari zaman bupati almarhum Adam Arjad Lamarauna,” kata Zulkifli.

Zulkifli pun mengaku masuk dalam partai politik karena ajakan dosennya di Stisipol bernama Marlela yang kebetulan sebagai ketua DPC Partai Demokrat Donggala. Selain itu, Zulkifli mengaku mendaftar sebagai caleg karena ada desakan warga.

Selama proses pencalegan, Zulkifli mengaku sama sekali tidak mengerti pileg itu seperti apa, konsekuensi politik itu bentuknya bagaimana.

“Jadi hanya mengalir saja mengikuti proses,” ujarnya. 

Bahkan honorer yang mengabdi sejak zaman bupati Donggala, Adam Arjad Lamarauna ini tidak memiliki kekuatan finansial untuk berkompetisi di pileg 2024.

 “Saya tidak menyangka juga atas dorongan masyarakat maju pileg bisa menang di tujuh TPS yang ada di kelurahan Gunung Bale. Satu TPS lagi di Ampera kelurahan Kabonga kecil. Padahal saya tidak punya doi hanya kekuatan doa saja,” tuturnya.

Meski begitu, Zulkifli mengaku sudah menyiapkan mental kuat memasuki dunia yang baru itu. Bahkan baru-baru ini saat PSU (pemilihan suara ulang) di empat TPS, sempat merasakan guncangan.

 “Memang berpolitik itu harus punya mental kuat, guncangan sangat dirasakan. Apalagi ketika KPU memerintahkan PSU sangat terasa juga, alhamdulliah kuasa Allah swt, PSU empat TPS bukan mengurangi suara saya, tetapi menambah suara saya, waktu di kelurahan Boneoge pemilu 14 Februari tidak dapat suara, pas PSU dapat 22 suara,” kisahnya.

Ditambahkannya apa yang diperoleh sekarang ini adalah buah dari bekerja ikhlas, bersikap sabar menghadapi segala cobaan.

 “Alhamdulillah Allah SWT menakdirkan saya menjadi pelayanan masyarakat perpanjangan tangan masyarakat di pemerintah menjadi anggota DPRD bukan menjadi PNS,” tutup pria bergelar Sarjana Sosial ini.

Reporter: Tamsyir Ramli 
Editor: Udin Salim 

tengah 1