Home Opini ISEI dan Masa Depan Indonesia Melalui Hilirisasi

ISEI dan Masa Depan Indonesia Melalui Hilirisasi

Oleh: Suparman *)

440
0
Social Media Share
ISEI dan Masa Depan Indonesia Melalui Hilirisasi

Dr Suparman, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Alumni Universitas Tadulako.

MUATAN penting dan strategis dalam Pembukaan Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024, Ketika dibuka Presiden Joko Widodo di Surakarta pada 19 September 2024, menekankan pentingnya hilirisasi sebagai langkah strategis untuk meningkatkan ekonomi nasional. Presiden menekankan dalam pidatonya bahwa kebijakan hilirisasi, terutama di bidang nikel, tembaga, bauksit, dan sektor padat karya seperti rumput laut, sangat penting bagi Indonesia untuk menuju masa depan yang lebih sejahtera dan memperkuat posisinya di dunia.

Realitas empiris terlihat, bagaimana kebijakan hilirisasi telah meningkatkan penerimaan negara dalam pidatonya. Ekspor nikel Indonesia hanya bernilai Rp45 triliun pada 2015. Namun, setelah kebijakan hilirisasi diterapkan pada tahun 2023, nilai tersebut akan meningkat pesat menjadi Rp520 triliun. Ini bukan hanya peningkatan angka; itu adalah ilustrasi nyata tentang bagaimana optimalisasi sumber daya alam dapat secara signifikan meningkatkan nilai tambah ekonomi.

Tetapi sektor nikel masih menghadapi banyak masalah. Presiden juga menekankan hilirisasi industri tembaga dan bauksit. Kesuksesan industri nikel dengan dua smelter besar di Amman, Sumbawa, dan Freeport, Gresik, akan segera mengikuti. Dua proyek besar ini, masing-masing dengan nilai investasi sekitar Rp50-60 triliun, diharapkan akan menghasilkan manfaat besar, termasuk penerimaan negara, penciptaan lapangan kerja, dan transfer teknologi yang penting untuk meningkatkan daya saing industri nasional.

Begitu pentingnya hilirisasi, Presiden Jokowi menekankan pentingnya hilirisasi di bidang lain yang dapat menghasilkan nilai tambah yang signifikan, selain mineral. Salah satunya adalah sektor padat karya seperti rumput laut. Dengan garis pantai terpanjang di dunia, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan industri rumput laut. Hilirisasi industri ini dapat meningkatkan nilai ekspor dan membuka peluang kerja di sektor padat karya yang berbasis maritim. Pada akhirnya, ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.

Presiden juga menekankan prospek komoditas seperti kopi dan kakao, selain rumput laut. Namun, paradoksnya, meskipun Indonesia telah membuat kopi lebih awal daripada Vietnam, produktivitas kopi Indonesia masih kalah jauh. Dalam hal ini, Presiden menekankan pentingnya peningkatan penelitian dan pengembangan (R&D) di sektor pertanian untuk meningkatkan produktivitas dan daya saing komoditas unggulan Indonesia di pasar internasional.

ISEI Mewujudkan Hilirisasi Berkelanjutan

Sebagai wadah akademisi dan praktisi ekonomi, ISEI memiliki peran strategis dalam memberikan saran dan desain taktis untuk mendorong hilirisasi berkelanjutan di berbagai industri. Presiden Jokowi berharap ISEI dapat membantu pemerintah saat ini dan mendatang menyusun rencana untuk Indonesia Emas dengan memberikan arahan yang praktis dan strategis.

Hilirasasi yang berkelanjutan memerlukan dukungan riset, kebijakan industri yang berpihak, dan kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan dunia usaha. ISEI memiliki kesempatan yang luar biasa untuk berfungsi sebagai jembatan antara ide-ide akademik dan aplikasi praktis di dunia nyata. ISEI tidak hanya bertanggung jawab atas perumusan kebijakan dalam hal ini, tetapi juga bertanggung jawab untuk membangun skenario strategis untuk masa depan yang lebih fleksibel dan tahan terhadap dinamika global.

Tidak dapat disangkal bahwa hilirisasi memainkan peran penting dalam proses transformasi ekonomi Indonesia. Kesuksesan kebijakan ini di bidang nikel dan upaya untuk memperluasnya ke bidang lain menunjukkan bahwa Indonesia mampu memaksimalkan potensi sumber daya alamnya dengan pengelolaan yang tepat. Namun, keberhasilan hilirisasi bergantung pada efek jangka panjangnya terhadap pembangunan inklusif dan peningkatan penerimaan negara.

Jika dilakukan dengan benar, hilirisasi industri non-mineral seperti rumput laut, kopi, dan kakao akan menghasilkan rantai nilai yang lebih kuat dari hulu ke hilir. Selain itu, pembangunan industri berbasis sumber daya alam ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah yang sebelumnya bergantung pada sumber daya alam.

Tantangan dan Harapan Menuju Indonesia Emas

Meskipun ada banyak potensi untuk hilirisasi, kita juga harus mempertimbangkan tantangan yang akan datang. Memperkuat infrastruktur, baik fisik maupun non-fisik, termasuk teknologi dan sumber daya manusia, merupakan tantangan utama. Meningkatkan kemampuan teknologi Indonesia, mempercepat penelitian dan pengembangan, dan memastikan undang-undang yang mendukung keberlanjutan industri akan sangat penting untuk keberhasilan hilirisasi di masa depan.

Diharapkan ISEI dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mengatasi masalah ini. ISEI dapat berperan penting dalam pembuatan strategi hilirisasi yang mempertimbangkan manfaat ekonomi dan sosial, lingkungan, dan keberlanjutan dengan mempertimbangkan kekayaan intelektual para anggotanya.

Hilirisasi menunjukkan bahwa masa depan Indonesia tidak hanya ditentukan oleh jumlah sumber daya alam yang tersedia, tetapi juga oleh cara kita mengelolanya dengan bijak. Kebijakan hilirisasi adalah lebih dari sekadar kebijakan ekonomi; itu adalah bagian dari transformasi besar yang akan membawa Indonesia ke masa depan yang lebih cerah pada tahun 2045.

Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi kekuatan ekonomi global dengan kerja sama yang kuat antara pemerintah, akademisi, dan dunia usaha, serta dukungan dari organisasi seperti ISEI. Indonesia siap mengambil peran strategis dalam percaturan ekonomi dunia melalui hilirisasi, salah satu jalan menuju masa depan.

* Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Alumni Universitas Tadulako

tengah 1