
INILAH Surat Keputusan (SK) Pemecatan yang diorkestrakan. Didemonstrasikan. Disebarluaskan ke seluruh penjuru lewat jumpa pers. Serentak informasi itu menyebar: dari kota hingga ke pelosok.
Mengapa Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum PDI Perjuangan, memamerkan pemecatan Joko Widodo atau Jokowi? Sebuah refleksi: kekecewaan dan kemarahan atas "tingkah" petugas partainya yang menjadi presiden selama sepuluh tahun?
*
"... telah menyalahgunakan kekuasaan untuk mengintervensi Mahkamah Konstitusi yang menjadi awal rusaknya sistem demokrasi, sistem hukum, dan sistem moral-etika kehidupan berbangsa dan bernegara, merupakan pelanggaran etik dan disiplin partai dikategorikan sebagai pelanggaran berat."
Bukan hanya itu. Ada alasan pemecatan lainnya. ".... Saudara Joko Widodo, selaku kader PDI Perjuangan yang ditugaskan oleh partai sebagai Presiden Republik Indonesia Masa Bakti 2014 - 2019 dan 2019 - 2024, telah melanggar AD/ART Partai Tahun 2019 serta Kode Etik dan Disiplin Partai."
Demikian sebagian isi surat keputusan pemecatan Jokowi dari PDI Perjuangan: SK Nomor 1649/KPTS/DPP/XII/2024. Ditandatangani Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri dan Sekjen Hasto Kristiyanto.
Di depan wartawan, menampakkan wajah serius, Ketua DPP Bidang Kehormatan PDI Perjuangan Komarudin Watubun: membacakan surat keputusan pemecetan itu, Senin, 16 Desember 2024.
"Ini perintah langsung dari Ibu Megawati Soekarnoputri," kata Komaruddin Watubun saat hendak memulai membaca surat keputusan pemecatan Jokowi.
*
"Telah Menyalahgunakan Kekuasaan". Kalimat atau tiga kata yang tercantum jelas dalam sk pemecatan Jokowi itu: menggambarkan suasana hati Megawati yang emosional. Terlampiaskan perasaan yang membuncah selama ini. Setelah Jokowi tak lagi di istana, tak ada lagi keraguan Megawati untuk menumpahkan semua yang tersimpan rapat dalam dirinya.
Mengapa Megawati begitu marah kepada Jokowi? Lantaran sebagai petugas partai: Jokowi tak lagi patuh pada partainya.
Megawati mengenang: dari Walikota Solo ke Gubernur DKI Jakarta, lalu menjadi Presiden Republik Indonesia: PDI Perjuangan dengan ikhlas, membuka karpet untuk perjalanan politik kekuasaan Jokowi. Termasuk anaknya, Gibran Rakabuming Raka, untuk menduduki kursi Walikota Solo. Juga menantunya, Bobby, dimuluskan langkah-langkahnya menjadi Walikota Medan.
Kurang apa pemberian Megawati bersama PDI Perjuangan untuk keluarga besar Jokowi?
*
Membaca aura wajah Jokowi di depan sejumlah wartawan, setelah mengetahui surat pemecatannya disebarluaskan dengan cara jumpa pers: di sana ada keheranan. Ada kegelisahan. Ada kesakitan. Bukan terbitnya pemecatan itu. Tapi gaya PDI Perjuangan mendemontrasikan surat pemecatan itu. Dia paham: ini adalah bentuk mengecilkan dirinya sebagai presiden selama sepuluh tahun. Terasa ada "penghinaan" dalam hatinya. Dia merasa: telah dibenci oleh Megawati. Terutama kalimat itu: Jokowi telah menyalahgunakan kekuasaan.
Setelah semua orang menyaksikan orkestra pemecatan itu: Megawati merasa puas telah melampiaskan apa yang disimpannya selama ini. Sementara Jokowi meresponnya dengan hati-hati, sedikita kata: "...waktu akan menjawabnya," kata Jokowi meninggalkan wartawan.
Dengan "diamnya" Jokowi memendam tuduhan dalam surat pemecatannya, boleh jadi renungan: meniti menimbang-nimbang sebuah perlawanan.
*
Beberapa hari setelah meredamnya orkestra pemecatan, muncul spanduk-spanduk di kota Jakarta: bunyinya nyaring. Bernuansa negatif menyerang PDI Perjuangan dan Megawati. Terpasang di sejumlah titik: terang terbaca bebas oleh warga Jakarta. Petinggi PDI Perjuangan: berang. Marah. Mulai menuduh.
Spanduk perlawanan dari mereka yang tersakiti lahirnya surat pemecatan? Serangan balikkah ini? Adakah yang tak tega akan ketegasan Megawati mengorkestrakan surat pemecatan, lalu melawan secara sembunyi-sembunyi. Pemasangan spanduk dipasang saat Jakarta: sunyi senyap?
Kongres PDI Perjuangan kian dekat: April 2025. Megawati menuding: ada pihak tertentu yang ingin mengganggu jalannya Kongres PDI Perjuangan. "Saya perintahkan semua jajaran dan kader PDI Pejuangan untuk siaga satu." Terbayang: peperangan itu. *

LEAVE A REPLY