.jpg)
Potret Ardin Wiranata, atlet Biliar Sulteng. (Foto: METROSULAWESI/ Adi Pranata)
PALU, METROSULAWESI.NET - Ardin Wiranata (29 tahun) duduk santai sembari memegang stik biliar. Di depannya berjajar empat buah meja biliard. Tiga terisi oleh pemain, satunya kosong tepat berada di depan Ardin.
"Lagi tunggu pelatih, sedikit lagi baru sampai," kata Ardy sapaanya ditemui jurnalis di rumahnya di Kota Palu, Rabu (03/07/2024).
Ardy merupakan satu-satunya atlet Sulteng yang lolos ke PON 2024 dari cabang olahraga biliar. Sebelum keberangkatan, ia menjalani pemusatan latihan daerah didampingi sang pelatih, Bobe Osman Ecca di kediamannya bertempat di jalan Maleo Atas, Kelurahan Lasoani, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu.
Rumah Ardy bersama keluarga disulap jadi tempat bermain biliar. Di tempat petak berukuran kurang lebih 4x8 meter itu, terpampang di dinding puluhan piagam dan tropi penghargaan Ardy selama belasan tahun berkompetisi. Di depan pintu masuk terpasang banner bertuliskan "The Killers Billiard & Cafe" lengkap dengan menu makanan.
Tempat yang berada di sebelah rumah itu, dibangun Ardy dengan modal dan keringatnya sendiri, tepatnya usai meraih medali perak PON ke-20 di Papua tahun 2021.
Awalnya hanya ada satu meja biliar. Selepas Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) Sulteng tahun 2022, bonus emas dari pengurus KONI Morowali digunakan Ardy untuk menambah lagi dua buah meja. Ardy bahkan rela membongkar beberapa kamar di rumahnya agar bisa memperluas tempat usaha.
Mau tak mau, tempat itu juga dijadikan Ardy tempat beristirahat di malam hari dengan hanya beralaskan karpet bersama empat orang adik laki-lakinya.
"Iya, tidur melantai,” katanya menunjuk lantai kosong sebelah meja. “Adik juga ada biasa hanya tidur di tempat kasir.”
Ardy merupakan anak sulung dari lima bersaudara. Empat adik laki-laki dan satu perempuan. Niat membantu keluarga, ia rela membongkar rumahnya yang dibeli sekitar tahun 2017. Sang adik turut diberdayakan untuk menjaga usaha yang digeluti.
“Sekarang penghasilan dari sini bisa sampai 300 ribu perhari,” kata Ardy yang Desember tahun ini tepat berusia 30 tahun.
Dari Pasar Masomba
Ardy yang berdarah Sidrap dibesarkan dari keluarga pedagang. Sejak kecil ia besar di kompleks pasar Masomba kota Palu. Bersama keluarga Ardy turut jadi korban kebakaran pertama pasar tradisional di Palu ini pada tahun 2008. Lapaknya ludes hingga akhirnya berpindah tempat tinggal di kos-kosan.
Sebelum fokus jadi atlet dan usaha biliar, Ardy hanya kerja serabutan. Ia lama membantu kedua orang tuanya jualan jagung iris, bawang goreng, dan beberapa hasil perkebunan lainnya.
“Jadi tiap hari itu, bantu kupas bawang, tapis jagung sama orang tua di lapak, kami juga jual cabai, tomat,” katanya.
Dari pasar Masomba juga Ardy berkenalan dengan olahraga Biliar, tepatnya saat masih duduk di bangku empat Sekolah Dasar. Ia masih ingat betul, tiap pulang sekolah selalu singgah bermain Biliar bersama orang yang jauh lebih tua dari umurnya.
BIODATA |
Nama: Ardin Wiranata TTL : Kota Palu, 14 / 12 / 1994 Hobi: Main Billiard/ Masak Prestasi: |
“Pulang sekolah itu masih pakai baju batik pokoknya langsung singgah di biliar,” ujarnya.
Ardy terkadang dimarahi kedua orang tuanya karena bandel dan tak ingat waktu.
"Dulu, uhh. Sempat saya disuruh jaga adikku yang masih kecil dirumah, tapi saya tinggal naik dokar ke biliar. Hama, disitu papa marah dan cari saya. Sampai patah stik biliar," katanya tertawa lepas.
Karena hobi Biliard, Ardy tak berniat melanjutkan pendidikan selepas tamat SD. Ia pun hanya fokus jadi pemain biliar dan membantu orang tua berjualan.
"Saya juga beberapa kali kerja di tempat biliar pindah-pindah. Sempat juga kerja di tambang sama teman,” ungkap dia.
Dulu Tapis Jagung, Kini Dulang Medali
Prestasi Ardy di cabang olahraga biliar muncul saat pertama kali ikut kejuaraan resmi di tahun 2011. Di debut perdananya, Ardy tak main-main langsung sukses merebut juara satu.
"Mulai dari situ akhirnya orang tua mulai mendukung saya menggeluti olahraga Biliar," katanya.
Siapa sangka, Ardy yang hanya dulu hanya menapis jagung di pasar Masomba kini sukses mendulang puluhan medali di berbagai event kejuaraan.
Berawal dari Situ Ardy akhirnya sukses jadi pebiliar hebat di kota Palu. Selain pagelaran nasional atau multievent resmi, Ardin bahkan dilarang ikut serta karena tak ada lawan sepadan di turnamen lokal.
Ia pun direkrut Parigi Moutong untuk bermain di Porprov Sulteng tahun 2019 hingga pertama kali tampil di PON Papua 2021.
Puncak prestasi Ardy meraih medali perak di PON Papua. Dari multi even terakbar ini Ardy punya julukan baru ‘The Killer’. Julukan yang memiliki arti sang pembunuh, disematkan kolega karena berhasil menumbangkan lawan rangking satu Indonesia. Nama “the killer” itu kini melekat, dan digunakan untuk tempat usaha sewa biliar di kediamannya.
Selain Biliar, di tempat itu Ardy menyediakan beberapa hidangan makanan untuk pengunjung. Ya, pasca Covid-19 di tahun 2021, Ardy punya hobi baru yakni memasak. Masakannya mulai dari mie goreng, hingga ayam geprek ternyata mengunggah lidah selera pembeli.
"Sekarang karena hanya fokus latihan untuk PON, makanya disetop dulu jualan makanan," ujar Ardy.
Kini Ardy berambisi meraih medali emas di PON Aceh-Sumut. Adapun nomor spesialis yang akan diikuti yakni Bola 8 dan Bola 9. Jika terwujud, Ardin berencana menggunakan bonus untuk membangun usaha di tengah kota di tempat yang lebih luas.
Ketika ditanya Rencana lain. Ardy menjawab sembari tertawa tipis.
"Rencana sih menikah, sudah ada calon yang menunggu." (Adi Pranata)

LEAVE A REPLY