
Ilustrasi.
DALAM politik Indonesia, fenomena politisi karbitan semakin marak. Ini adalah istilah yang mengacu pada individu yang mengambil kekuasaan bukan karena keahlian, atau pengalaman politik yang kuat, tetapi karena memanfaatkan hubungan kekuasaan mereka. Politisi karbitan biasanya berasal dari keluarga pejabat atau tokoh berpengaruh. Untuk mencapai posisi strategis di legislatif dan eksekutif, hubungan kekuasaan digunakan sebagai cara pintas. Fenomena ini mirip dengan fenomena aji mumpung, di mana orang mendapatkan kesempatan bagus hanya karena memiliki akses ke kekuasaan daripada karena memiliki kemampuan yang baik.
Politisi seperti ini tidak berasal dari perjalanan politik yang matang dan stabil. Mereka diorbitkan secara instan, seperti buah karbitan yang dipercepat untuk dipanen dengan cepat. Dalam karyanya The Prince, filsuf Italia Niccolò Machiavelli mengatakan, "Orang yang memperoleh kekuasaan melalui jalan yang cepat dan tidak alami akan menemukan banyak tantangan dalam mempertahankan kekuasaannya." Dalam hal politisi karbitan, kekuasaan mereka tidak memiliki dasar yang kuat karena mereka tidak memiliki pengalaman yang panjang dalam dunia politik yang penuh dengan tekanan.
Kejatuhan Politisi Tanpa Proses Tempaan
Di dunia politik, menjadi seorang pemimpin yang tangguh membutuhkan proses pembelajaran dan tempaan. "Sukses bukanlah akhir, kegagalan bukanlah fatal: yang penting adalah keberanian untuk terus melanjutkan," kata Winston Churchill. Churchill menyadari bahwa kepemimpinan yang tangguh adalah hasil dari pengalaman yang panjang—dari kegagalan hingga keberhasilan. Seorang pemimpin yang baik belajar dari kesalahannya, dan belajar dari kesulitan.
Namun, politisi karbitan sering kali mengabaikan proses ini. Mereka melanggar proses natural yang diperlukan untuk memahami secara mendalam dinamika politik. Kekuasaan mereka berasal dari aji mumpung—memanfaatkan posisi keluarga atau kerabat untuk menduduki posisi strategis—bukan dari perjalanan politik yang panjang. Fenomena ini sering menyebabkan politisi tidak memiliki kemampuan untuk menangani masalah masyarakat.
Politisi yang tidak memiliki pengalaman politik yang lama dan pendidikan politik yang mendalam tidak akan dapat menangani dunia politik yang sangat kompleks. Mereka kurang siap untuk memahami kebutuhan masyarakat atau membuat keputusan sulit. Dalam The Social Contract, Jean-Jacques Rousseau menyatakan bahwa "Kekuasaan yang diperoleh dengan cara yang tidak alami tidak akan dapat membawa kesejahteraan bagi rakyatnya." Pernyataan ini relevan dengan fenomena politisi karbitan yang seringkali tidak memiliki tujuan yang jelas dan hanya mengandalkan nama keluarga.
Pengaruh Politisi Karbitan pada Demokrasi
Politisi karbitan menghalangi proses politik yang efektif dan melemahkan dasar demokrasi itu sendiri. Demokrasi yang baik mengharuskan setiap orang, terlepas dari latar belakang keluarga atau koneksi politik, memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing secara adil berdasarkan kemampuan dan kualitas pribadi. Namun, politisi karbitan merusak prinsip ini dengan mengutamakan hubungan keluarga dan kekuasaan di atas kemampuan.
Dengan demikian, politisi yang tidak kompeten muncul, didorong oleh keinginan untuk mempertahankan dinasti kekuasaan daripada kemajuan negara. Seorang pemimpin tidak boleh dipilih hanya karena kerabat atau keturunan pejabat; sebaliknya, mereka harus diuji oleh kesulitan dan dilatih oleh pengalaman. Ini adalah cara politik yang efektif.
Plato mengingatkan, "Ketika kekuasaan berada di tangan mereka yang tidak berkompeten, maka negara akan terjebak dalam kemunduran," dalam Republik. Kutipan ini berkaitan dengan kenyataan bahwa politisi karbitan lebih cenderung membawa kemunduran daripada kemajuan. Mereka tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang pemerintahan, pengalaman yang cukup, dan tujuan yang jelas untuk menghasilkan perubahan sosial yang signifikan.
Mekanisme yang lebih ketat diperlukan dalam proses rekrutmen politik untuk mencegah lebih banyak politisi karbitan masuk ke panggung politik. Perkuat partai politik untuk lebih selektif dalam mengusung calon pemimpin adalah salah satu solusinya. Partai politik seharusnya menjadi tempat bagi politisi muda untuk belajar dan bersatu, bukan sekadar alat bagi mereka yang ingin naik ke puncak kekuasaan dengan memanfaatkan relasi kekuasaan.
Dalam dialog yang ditulis oleh Plato, Socrates mengatakan bahwa "Pemerintah yang baik harus dipimpin oleh mereka yang paling memahami prinsip-prinsip keadilan dan kebenaran, bukan oleh mereka yang hanya berambisi memegang kekuasaan." Partai politik harus memainkan peran penting sebagai lembaga yang seharusnya memberikan pelatihan kepada anggota kelompok politiknya. Mereka harus memastikan bahwa para calon yang diusung tidak dipilih karena hubungan keluarga, tetapi karena mereka memiliki kapasitas, integritas, dan visi yang kuat untuk memimpin.
Pilih Pemimpin yang Layak, Bukan yang Instan Dalam menghadapi gelombang politisi yang korup, masyarakat harus lebih cerdas dalam memilih pemimpin politik. Mereka yang memilih harus lebih kritis dalam memilih latar belakang dan kemampuan calon pemimpin. Tidak cukup hanya melihat calon yang terkenal atau memiliki hubungan politik yang kuat; Anda juga harus mempertimbangkan perjalanan politik mereka untuk melihat apakah mereka memiliki visi yang jelas, pengalaman yang matang, dan keahlian yang diperlukan untuk memimpin.
Sebagai pemilih, kita harus menghindari terjebak dalam jebakan politisi yang tidak berpengalaman yang hanya bergantung pada hubungan kekuasaan. Thomas Jefferson mengatakan, "Demokrasi yang sejati adalah ketika masyarakat memilih pemimpin berdasarkan kualitas kepemimpinan, bukan karena nama besar atau hubungan keluarga." Mari kita bersama menjaga kualitas demokrasi kita dengan memilih pemimpin yang benar-benar teruji oleh pengalaman, bukan mereka yang hanya sekadar mendompleng kekuasaan keluarga.
Demokrasi yang kuat memerlukan pemimpin yang kuat, jujur, dan memiliki tujuan untuk memajukan masyarakat. Masa depan negara kita tidak boleh dirusak oleh politisi karbitan dengan kepemimpinan cepat yang tidak berdasar. Sekarang adalah saatnya untuk memilih pemimpin yang berasal dari pengalaman, bukan dari keturunan.
*) Pengamat Sosial Ekonom

LEAVE A REPLY