Home Opini Qawwam: Saat Cinta Bertemu Amanah

Qawwam: Saat Cinta Bertemu Amanah

Oleh: Dr. Ir. Hj. Ayu Alwiyah Aljufri, M. Si*

236
0
Social Media Share
Qawwam: Saat Cinta Bertemu Amanah

Dr.Ir.Hj.Ayu Alwiyah Segaf Aljufri,M.Si. FOTO: DOK PRIBADI

DALAM struktur rumah tangga Islami, peran suami bukan sekadar sebagai pencari nafkah. Ia adalah qawwam, yaitu pemimpin, pelindung, dan penopang utama yang menjaga agar bahtera keluarga tetap kokoh di tengah gelombang kehidupan. Peran ini tidak datang dari budaya semata, tetapi merupakan amanah yang ditetapkan langsung oleh Allah SWT sebagaimana firman-Nya dalam Surah An-Nisa ayat 34:

 “Ar-rijālu qawwāmūna ‘alan-nisā’i bimā faḍḍalallāhu ba‘ḍahum ‘alā ba‘ḍin wa bimā anfaqū min amwālihim…”

“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka…”

Ayat ini menunjukkan bahwa suami bukan hanya pelengkap hidup, tetapi pilar utama dalam mendirikan dan menjaga bangunan rumah tangga. Peran qawwam bukanlah kekuasaan, melainkan tanggung jawab besar yang harus dijalani dengan kasih sayang, keadilan, dan keteguhan iman.

1. Suami sebagai Pemimpin (Imam)

Dalam Islam, suami berperan sebagai imam dalam shalat berjamaah keluarga, sebuah simbol bahwa ia juga menjadi pemimpin dalam arah hidup keluarganya. Ia bukan sekadar memberi instruksi, tetapi membimbing, memberi teladan, dan memastikan keluarganya berada di jalan yang diridhai oleh Allah swt.

2. Suami sebagai Pelindung dan Penjaga

Seorang qawwam adalah pelindung. Ia melindungi istrinya dari kesulitan, menjaga kehormatannya, dan memberikan rasa aman secara lahir dan batin. Dalam hadis Nabi SAW disebutkan:

 “Kalian semua adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perlindungan ini tidak hanya fisik, tetapi juga mencakup perlindungan spiritual dan emosional.

3. Suami sebagai Penopang dan Pembangun Visi Keluarga

Qawwam berarti juga penopang. Suami menata arah perjalanan keluarga, menetapkan tujuan, dan berusaha menciptakan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Ia menggandeng istrinya sebagai mitra sejajar dalam mendidik anak-anak dan membangun keluarga yang kuat secara iman dan nilai.

Realita Hari Ini: Ketika Qawwam Mulai Menghilang

Namun, di tengah gempuran zaman dan perubahan nilai sosial, kita menyaksikan realita yang menyedihkan: banyak suami telah kehilangan figur qawwam dalam dirinya.

Krisis Kepemimpinan dalam Diri Pria

Banyak pria dewasa kini tumbuh tanpa pembinaan ruhiyah yang cukup. Mereka tidak dibekali dengan nilai kepemimpinan Islami sejak muda. Akibatnya, saat menikah, mereka tidak siap menjadi imam dan pemimpin yang adil dan bijak.

Budaya Modern yang Mengaburkan Peran

Budaya populer dan narasi media sering merendahkan peran laki-laki dalam keluarga. Pria digambarkan sebagai pasif, tidak berguna, atau sekadar pelengkap. Ini menanamkan krisis identitas yang dalam di banyak kepala laki-laki muslim.

Tekanan Ekonomi dan Sosial

Tidak sedikit suami yang terjebak dalam tekanan ekonomi dan sosial. Mereka lelah, stres, dan akhirnya menjauh dari tanggung jawab spiritual serta emosional dalam keluarga. Waktu habis untuk bekerja, tapi hati kosong dari visi kepemimpinan keluarga.

Minimnya Pendidikan Peran Rumah Tangga Islami

Pendidikan sebelum menikah lebih banyak fokus pada teknis dan adat. Jarang ada pembinaan yang menanamkan hakikat qawwam sebagai tanggung jawab mulia di mata Allah.

Kesamaan Nilai: Pandangan Psikolog Barat tentang Kepemimpinan Suami

Menariknya, sejumlah tokoh psikologi modern juga mengakui peran sentral laki-laki sebagai pemimpin dan pelindung keluarga, walau tidak memakai istilah “qawwam” secara eksplisit:

Jordan Peterson menekankan bahwa pria harus berdiri kokoh memikul tanggung jawab hidup, terutama bagi keluarganya: “A man’s job is to stand upright and face the chaos of life—especially for those he loves.”

(Tugas seorang pria adalah berdiri tegak dan menghadapi kekacauan hidup terutama demi orang-orang yang ia cintai). Ini sejalan dengan konsep qawwam sebagai sosok tegar dalam badai kehidupan.

John Gottman, pakar pernikahan, menyimpulkan bahwa suami yang hadir secara emosional dan memimpin dengan empati memberikan stabilitas besar dalam rumah tangga.

David Popenoe, sosiolog keluarga, menyatakan bahwa absennya figur ayah/pemimpin dalam rumah tangga berpengaruh besar pada gangguan perilaku dan identitas anak.

Erik Erikson seorang pakar psikologi perkembangan yang terkenal dengan teori tahap-tahap perkembangan psikososial manusia, menegaskan bahwa ayah yang hadir secara tegas dan terlibat berperan penting dalam pembentukan identitas dan kepercayaan diri anak.

Mengembalikan Spirit Qawwam

Untuk menghidupkan kembali peran qawwam:

Bangun kesadaran ruhiyah dalam diri laki-laki muslim bahwa menjadi suami adalah amanah akhirat.

Perkuat pendidikan dan pembinaan tentang kepemimpinan rumah tangga Islami.

Tanamkan adab dan visi kepemimpinan sejak dini kepada anak laki-laki.

Dorong kolaborasi suami-istri, agar istri menjadi penopang, bukan pesaing, dalam menegakkan qawwam dalam rumah.

Penutup: Pilar yang Dirindukan Keluarga dan Umat

Suami sebagai qawwam adalah figur yang hari ini semakin dirindukan. Keluarga membutuhkan nahkoda yang tegas namun penuh kasih, pelindung yang kokoh namun lembut dalam tutur, dan pemimpin yang bukan hanya hadir secara jasad, tapi juga membimbing secara ruh dan visi.

Namun bahtera kehidupan tidak akan seimbang tanpa istri sebagai madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Ia adalah penjaga nilai, pengasuh cinta, dan penguat karakter. Ketika suami berperan sebagai qawwam, dan istri menjadi pendidik dengan hati yang jernih dan penuh keimanan, maka keduanya akan saling melengkapi dalam menjalankan amanah kehidupan.

Inilah duet peran yang membangun rumah tangga Islami: kepemimpinan yang bijak dan pendidikan yang mendalam. Dari sinilah lahir keluarga yang kokoh, generasi yang tangguh, dan masyarakat yang bermartabat.

Mari kita bangkitkan kembali semangat qawwam dan mulia-nya peran seorang istri. Karena ketika keduanya berjalan seiring dalam visi akhirat, rumah tangga tak hanya kuat menempuh badai, tapi juga menjadi cahaya bagi umat.

Jakarta, 9 Mei 2025

*) Dirut Beena Klinik Pratama Rawat Jalan; Konsultan & Pemerhati Ibu dan Anak Jakarta

tengah 1