Home Sulteng Rawan Pangan Meningkat Akibat Perubahan Iklim

Rawan Pangan Meningkat Akibat Perubahan Iklim

347
0
Social Media Share
Rawan Pangan Meningkat Akibat Perubahan Iklim

FOTO BERSAMA - Rapat Evaluasi Aksi Inovasi Terminal dan Transportasi Pangan Terpadu (Tetra-Pandu) Tahun 2024 dan Perencanaan Tahun 2025 di Palu, Selasa, 12 November 2024. (Foto: Ist)

PALU, METROSULAWESI.NET - Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Provinsi Sulteng, Ahfan, menyampaikan berdasarkan data dari Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA), untuk Sulawesi Tengah pada 2022, ada peningkatan daerah rawan pangan prioritas 1 meningkat sebanyak 25 kecamatan dari 4 kecamatan di tahun 2021.

Hal ini disampaikan saat Rapat Evaluasi Aksi Inovasi Terminal dan Transportasi Pangan Terpadu (Tetra-Pandu) Tahun 2024 dan Perencanaan Tahun 2025 di Palu, Selasa, 12 November 2024.

"Prioritas 2 (rawan) meningkat sebanyak 26 kecamatan tahun 2022 dari 10 kecamatan tahun 2021. Untuk prioritas 3 (agak rawan) juga meningkat sebanyak 35 kecamatan pada tahun 2022 dari sebanyak 27 kecamatan di tahun 2021," ungkapnya.

Kata Ahfan, dari hasil analisis penyebab peningkatan daerah rawan pangan yaitu jumlah produksi pertanian yang menurun akibat perubahan iklim yang tidak menentu. Kemudian, harga pangan naik yang menyebabkan inflasi dan yang paling utama yaitu distribusi pangan yang belum maksimal untuk mencapai daerah-daerah yang membutuhkan pangan seperti di daerah pegunungan, kepulauan, lembah dan wilayah perbatasan.

Untuk itu, Sulawesi Tengah memerlukan inovasi dalam rangka intervensi langsung terhadap permasalahan tersebut, yaitu menentukan mekanisme sentra (terminal) pangan dan distribusi (transportasi) pangan untuk meningkatkan masyarakat dalam hal penyediaan, pemanfaatan, dan keterjangkauan pangan.

Dijelaskannya, lokasi desa pilot project dari pelaksanaan inovasi tahun 2024 ini berada di Kabupaten Poso, Tojo Una-Una dan Donggala sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah tentang penetapan desa percontohan inovasi terminal dan transportasi pangan terpadu tahun 2024.

"Dari hasil evaluasi tahun 2024 dan  pelaksanaan inovasi di tahun 2025 akan disempurnakan dengan mekanisme pelibatan daerah penyangga atau desa penyangga sehingga intervensi penurunan daerah rawan pangan yang dilaksanakan 
dapat lebih dirasakan secara merata oleh masyarakat disekitarnya," papar Ahfan.

Reporter: Michael Simanjuntak
Editor: Yusuf Bj

tengah 1