.jpg)
Maksy Sarkawi - Idham Pagaluma - Akris Fatah. (Foto: Ist)
Saat ini telah masuk tahapan pilkada Donggala. Pada Mei mendatang masuk pada tahapan proses pendaftaran calon calon bupati (Cabup) atau calon wakil bupati (cawabup). Tujuh kursi syarat utama untuk memperoleh tiket Pilkada, Cabup dipastikan berlomba-lomba mendekati Pimpinan Partai. Akankah Parpol berani memajukan kadernya? Atau “merentalkan” partainya demi mencari uang pengganti Pileg?
Laporan: TAMSYIR RAMLI
MENGANALISA, ya kalimat awal yang digunakan penulis, sebab politik bukan ilmu pasti, setiap saat berubah sesuai kepentingan dan bahkan bisa saja pesanan.
Sejauh ini atau tiga bulan jelang pendaftaran calon di KPU Donggala tanda-tanda akan adanya perkawinan politik belum ada. Kemungkinan cabupnya masih malu-malu takut ditolak partai karena elektabilitas dan isi tas belum mencukupi.
Kembali ke proses menganalisa, tanpa mendahului penetapan KPU Donggala, hasil pileg 14 Februari berdasarkan C1 yang diperoleh Metrosulawesi di 16 kecamatan se kabupaten Donggala, Partai Nasdem kokoh menjadi pemenang pileg 2024 dengan raihan tujuh kursi total suara 27.127 suara (ketua DPRD), Perindo 4 kursi total suara 20.0110, (wakil 1), Gerindra 4 kursi total suara 17683 (wakil II), Golkar 4 kursi total suara 17.602, PKS 4 kursi total suara 17.405, PKB empat kursi dengan total suara 15.077, Demokrat 4 kursi total suara 15.608 suara.
Kemudian ada PAN di urutan berikutnya tiga kursi, PDI-P dua kursi, sisanya tidak mendapat kursi.
Jika melihat komposisi raihan kursi di DPRD, dipastikan Nasdem mulus tanpa harus bersusah payah mencari teman koalisi, syarat mengusul satu pasang telah terpenuhi tujuh kursi.
Nah bagaimana dengan Perindo, Gerindra, PKS, PKB, Golkar, dan Demokrat yang hanya mendapat 4 kursi? Artinya di posisi enam partai ini cabupnya pasti saling sikut berebut mendapatkan dukungan, karena masih harus mencari kekurangan tiga kursi untuk mengusung satu pasang calon, bisa saja di tengah jalan mentok, akhirnya parpol dijadikan rental mencari duit pengganti uang pileg.
Kembali ke proses analisa tapi penulis bukan RG (Rocky Gerung) Pilkada Donggala 2024 mendatang bisa saja koalisi Nasional berimbas ke daerah. Misalnya Nasdem, PKS, PKB jika ini benar terjadi Nasdem akan mengusung kadernya sebagai bupati Donggala sebut saja Moh Taufik, atau ada Sayafiah Basir, untuk posisi wakil bakal menjadi rebutan PKS dan PKB, PKS ada Abd Rasyid ketua DPD PKS, dan Sudirman ketua DPC PKB. Seru untuk dinanti.
Koalisi nasional berikutnya yang bisa berimbas ke daerah Gerindra, Golkar, PAN, Demokrat. Di sini ada Moh Yasin ketua DPC Gerindra yang bakal menjadi cabup, dan Rahmad Arsyad dari Golkar yang juga mau menjadi bupati. Jika benar terjadi di posisi ini lobi-lobi tingkat tinggi pasti terjadi, karena Moh Yasin dan Rahmad Arsyad pasti mau menjadi bupati bukan wakil bupati.
Kemudian koalisi nasional yang juga bisa berimbas ke daerah adalah Perindo, PDI-P dan P3, sudah pasti perindo akan mengusung ketua DPCnya Vera elena Laruni menjadi Cabup tetapi tantangannya Perindo belum bisa mendapat tiket satu pasang, karena PDI-P hanya dapat dua kursi, P3 sama tidak ada kursinya. Artinya Perindo bisa keluar mencari tambahan koalisi.
Nah di akhir proses analisa kita sebut saja tiga calon bupati Donggala yang bukan pimpinan parpol berkeinginan maju menjadi bupati ada Akris Fattah Yunus, Maksy Sarkawi, Idham Pagaluma.
Dan mungkin masih ada Calon lain yang penulis belum sebut, ketiganya tentu akan berebut dukungan parpol dengan catatan kemungkinan syahwat menjadi orang nomor satu sulit, paling banter menjadi ban serep, atau sialnya sama sekali layu sebelum berkembang batal berkompetisi.
Dunia politik penuh dengan intrik cubit sana cubit sini itu sudah lumrah. Seperti orang pacaran kalau nggak nyubit nggak asik. Syair Iwan Fals ini mengantar penulis ke pembaringan, bismillah semoga pemimpin Donggala bisa amanah sedikit bicara tapi kerjanya banyak,,amin. (*)

LEAVE A REPLY