Home Opini Ahmad Ali dan Politik Kuvava

Ahmad Ali dan Politik Kuvava

Oleh: Afifah Ghita Shafwah

535
0
Social Media Share
Ahmad Ali dan Politik Kuvava

Calon Gubernur Sulteng, H Ahmad Ali saat menghadiri Konser BerAmal.

SEBUAH harapan baru muncul di arena demokrasi Sulawesi Tengah di tengah kondisi politik yang sering dipenuhi dengan ketegangan, perpecahan, dan konflik. Harapan baru itu berasal dari Ahmad Ali dan filosofi politiknya yang disebut Politik Kuvava. Istilah ini mungkin terdengar asing bagi banyak orang, tetapi bagi Ahmad Ali, Politik Kuvava adalah ajakan untuk politik yang menghindari kekerasan, kebencian, dan fitnah serta mengutamakan nilai-nilai luhur kemanusiaan. Politik Kuvava adalah politik yang gembira, merangkul, menghargai, dan menghormati satu sama lain—sebuah lawan dari politik kekerasan dan politik kebencian yang sering mencemari demokrasi kita dalam kontestasi politik.

Politik Kuvava:  Antitesis Politik Kekerasan

Ahmad Ali mendefinisikan politik Kuvava sebagai kebalikan dari segala jenis politik yang mendukung kekerasan, kebencian, dan fitnah. Politik Kuvava muncul sebagai antitesis terhadap politik yang mengadu domba, yang menempatkan perbedaan sebagai senjata untuk menghancurkan persatuan dan lawan dalam meraih kekuasaan.  Sebagai calon gubernur Sulawesi Tengah untuk tahun 2024–2029, Ahmad Ali dengan tegas menyatakan bahwa politik yang ia perjuangkan bertujuan untuk menciptakan persatuan, bukan untuk memanfaatkan kebencian.

 “Di mana ada cinta, di sana ada kehidupan,” kata Mahatma Gandhi, seorang filsuf dan pemimpin politik India. Frase ini dengan sangat baik menggambarkan dasar politik Kuvava. Ahmad Ali menyadari bahwa cinta dan saling menghargai adalah yang akan menyatukan kita, bukan kebencian. Kuvava adalah politik yang menentang penggunaan kekerasan fisik atau lisan. Ini adalah politik yang anti-rasial, anti-diskriminasi, dan menjunjung tinggi keberagaman dan kemajemukan warga masyarakat, yang sangat penting bagi masa depan menjaga persatuan dan kesatuan di Bumi Tadulako Sulawesi Tengah.

Apakah ada alasan Ahmad Ali memilih politik kuvava?

Untuk alasan apa Ahmad Ali memilih jalan yang berbeda ini daripada yang lain? Jawabannya sederhana, tetapi mendalam, karena dia percaya bahwa politik harus membantu semua orang bahagia dan sejahtera daripada memecah belah mereka. Kita telah melihat terlalu banyak kasus dalam sejarah politik terutama di Indonesia di mana politik yang didasarkan pada kebencian dan fitnah merusak prinsip persaudaraan. Jalan keluar dari siklus ini adalah politik Kuvava yang dipromosikan Ahmad Ali.

Pemimpin seperti Ahmad Ali tidak ingin melihat orang-orangnya terbelah oleh masalah suku, etnis, agama dan rasial. Dia menyadari bahwa konflik hanya akan merusak rakyat dan menghambat pembangunan di Sulawesi Tengah.  Ahmad Ali, seorang visioner, melihat Sulawesi Tengah sebagai tempat di mana keberagaman dan kemajemukan merupakan kekuatan daripada kelemahan. Dengan mengadopsi politik Kuvava, ia berharap dapat menciptakan lingkungan politik yang aman di mana semua orang dapat berpartisipasi dengan senang hati tanpa takut atau merasa terancam.

 “Tidak ada yang dilahirkan dengan membenci orang lain karena warna kulitnya, latar belakangnya, atau agamanya,” kata Nelson Mandela. Orang harus belajar membenci, dan jika mereka dapat melakukannya, mereka juga harus belajar mencintai, karena cinta lebih masuk ke dalam hati manusia daripada kebalikannya. Semangat ini dimasukkan ke dalam Politik Kuvava oleh Ahmad Ali. Dia percaya bahwa kasih sayang, riang gembira,  dan pemahaman harus menjadi dasar politik, dan inilah yang dia berikan kepada masyarakat yang dia cintai di Sulawesi Tengah.

Politik Kuvava dan Kesejahteraan Sosial

Dalam konteks politik praktis, politik Kuvava adalah rencana pembangunan Sulawesi Tengah yang nyata. Politik ini mengutamakan solidaritas dan humanisme, yang sering kali terlupakan dalam dunia politik yang didominasi oleh kalkulasi kekuasaan dan pragmatisme.

Sebagai calon gubernur, Ahmad Ali berkomitmen untuk mewujudkan kesejahteraan yang merata bagi seluruh penduduk Sulawesi Tengah dengan menerapkan pendekatan yang inklusif. Kelompok mana pun tidak akan merasa ditinggalkan. Dengan mengadopsi Politik Kuvava, Ahmad Ali menentang setiap jenis politik sektarian yang hanya menghasilkan perpecahan sosial. Sebaliknya, ia mendukung kebijakan yang mendorong percakapan antar kelompok dan mendorong kerjasama lintas budaya, agama, dan etnis.

Selain itu, politik Kuvava menentang segala jenis politik fitnah, yang biasanya digunakan untuk menjatuhkan lawan politik. Fitnah, menurut Ali, adalah senjata orang yang lemah dan tidak memiliki substansi. Oleh karena itu, ia memilih untuk berkonsentrasi pada inisiatif nyata yang akan membawa kemajuan ke Sulawesi Tengah. Gagasan, bukan gosip; tindakan, bukan janji.

Ahmad Ali dan Jalan Menuju Perdamaian

Politik Kuvava adalah ajakan kepada rakyat Sulawesi Tengah untuk berpartisipasi dalam transformasi politik yang lebih baik, damai, dan sejahtera. Dengan memilih jalan ini, Ahmad Ali menunjukkan bahwa ia tertarik pada pembangunan sosial yang berkelanjutan, bukan hanya sekedar meraih kekuasaan semata. Ia berharap politik tidak mengandung kekerasan, kebencian, dan diskriminasi.

Masyarakat Sulawesi Tengah akan dihadapkan pada pilihan yang sangat berbeda dalam pemilihan kepala daerah mendatang: kandidat dan jalan politik yang dipilih. Politik Kuvava merangkul, mencintai, dan membangun. Di sisi lain, ada politik yang penuh dengan intrik, serangan pribadi, dan kekerasan.

“Mereka yang tidak dapat memaafkan orang lain, menghancurkan jembatan yang harus mereka lalui,” kata filsuf Tiongkok, Konfusius. Dengan Politik Kuvava-nya, Ahmad Ali berharap dapat membangun lebih banyak jembatan, seperti jembatan pengertian, jembatan perdamaian, dan jembatan kebersamaan. Dia yakin bahwa hanya dengan cara ini Sulawesi Tengah dapat berkembang dan berkembang.

Harapan Masa Depan untuk Sulawesi Tengah

Pada akhirnya, pemilihan gubernur bukan hanya tentang memilih pemimpin; itu juga tentang memilih prinsip-prinsip politik yang kita inginkan. Sulawesi Tengah memiliki kesempatan untuk menunjukkan bahwa politik dapat menjadi alat untuk menyatukan, bukan memecah, dengan bantuan Ahmad Ali dan Politik Kuvava. Rakyat Sulawesi Tengah dapat memilih jalan yang lebih baik menuju masa depan dengan mendukung politik yang menentang kekerasan, kebencian, dan fitnah.

Kita semua dapat mengambil tanggung jawab atas masa depan Sulawesi Tengah. Kita memilih jalan yang penuh dengan perselisihan dan kebencian, atau jalan yang penuh dengan cinta, kebersamaan, dan harapan? Dengan Politik Kuvava-nya, Ahmad Ali menawarkan pilihan yang jelas: politik yang damai, membangun, dan menyatukan.

Dengan menggunakan Politik Kuvava, Ahmad Ali berusaha untuk mengubah seluruh masyarakat Sulawesi Tengah menjadi sahabat dalam perjuangan bersama untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan. Ini sesuai dengan pernyataan Martin Luther King Jr., "Cinta adalah satu-satunya kekuatan yang mampu mengubah musuh menjadi sahabat."

*) Pengamat Sosial Ekonomi

tengah 1