
Dr Suparman, Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Alumni Universitas Tadulako.
PRESIDEN Joko Widodo secara resmi membuka Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII dan Seminar Nasional 2024, Kamis, 19 September di Kota Surakarta, yang mengumpulkan ekonom dari seluruh negeri. Kegiatan akbar ini mengusung tema utama ‘Memperkuat Fondasi Transformasi Ekonomi dan Kebijakan Publik yang Inklusif dan Berkelanjutan’. Tema utama ini tidak hanya membahas pencapaian ekonomi selama dua periode pemerintahan Jokowi, tetapi juga memungkinkan diskusi tentang prospek ekonomi ke depan, yang diusung Presiden Terpilih, Prabowo Subiantor, atau dikenal sebagai "Prabowonomics".
Warisan Nawa Cita Presiden Joko Widodo, dan "Jokowinomics" adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan strategi ekonomi yang diambil oleh Presiden Joko Widodo sejak awal pemerintahannya. Kebijakan ini berpusat pada pembangunan yang merata dan inklusif, berdasarkan Nawa Cita. Salah satu tonggak utamanya adalah pembangunan infrastruktur secara masif, termasuk jalan tol, bandara, pelabuhan, dan proyek mercusuar, seperti pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara.
Salah satu cara untuk menyatukan Indonesia yang terpisah oleh laut adalah dengan membangun Tol Laut, yang memperkuat konektivitas maritim. Semua ini dimaksudkan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan mengatasi disparitas regional. Di satu sisi, upaya tersebut menghasilkan kemajuan ekonomi, tetapi masih ada masalah, seperti meningkatkan produktivitas untuk menghindari middle-income trap, dan menjaga pertumbuhan tetap berjalan di tengah ketidakpastian global.
Prabowonomics dan Asta Cita
Gagasan Prabowonomics mulai muncul dalam diskusi publik sebagai strategi untuk mempersiapkan masa depan. Jika Jokowinomics bersandar pada Nawa Cita, Prabowonomics mengusulkan Asta Cita, yang menawarkan tujuan Indonesia yang berbeda. "Makan Bergizi Gratis" adalah salah satu konsep utama Asta Cita, sebuah kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat melalui penyediaan makanan sehat dan murah.
Kepemimpinan Prabowo menunjukkan pergeseran fokus ke arah hilirisasi pangan dan upaya untuk memberikan pemenuhan kebutuhan dasar yang lebih merata kepada semua orang. Diharapkan masalah penurunan kelas menengah yang semakin mencemaskan dapat diselesaikan dengan memprioritaskan akses pangan yang sehat ini. Namun, masalah besar bagi Prabowonomics, seperti halnya Jokowinomics, adalah bagaimana menjamin bahwa kebijakan ini efektif dalam menghadapi ancaman ketimpangan, kemiskinan, krisis pangan, dan trap middle-income.
Tantangan Bersama Hilirisasi, Digitalisasi, dan Ekonomi Berkelanjutan akan kita hadapi. Meskipun mereka memiliki pendekatan yang berbeda, Jokowinomics dan Prabowonomics akan menghadapi masalah yang sama di masa depan. Hilirisasi hasil sumber daya alam dan pangan adalah yang paling mendesak. Mereka berdua menekankan betapa pentingnya menjadi negara penghasil bahan mentah dan meningkatkan nilai tambah domestik melalui industrialisasi.
Selain itu, digitalisasi menjadi kunci penting untuk kedua pendekatan tersebut. Baik Jokowinomics maupun Prabowonomics melihat transformasi digital sebagai cara untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata dan inklusif, tetapi masih ada masalah besar dengan penguatan infrastruktur digital.
Keberlanjutan ekonomi juga sangat penting. Kedua pendekatan ini mengakui bahwa untuk menyeimbangkan pertumbuhan dan kelestarian lingkungan, mereka perlu memasukkan konsep ekonomi hijau ke dalam kebijakan mereka. Pertanyaan mendasarnya adalah sejauh mana masing-masing pendekatan ini mampu memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak mengorbankan ekosistem yang harus tetap lestari.
Momentum Kongres ISEI XXII kali ini, menyiapkan sumber daya nasional menuju Masa Depan, berfungsi sebagai ruang diskusi terbuka antara ideologi Jokowinomics dan Prabowonomics. Ini adalah tempat kedua metode ini diuji untuk memberikan solusi nyata untuk masa depan Indonesia yang penuh dengan masalah. Meningkatkan daya saing ekonomi, memperkuat kelas menengah, dan menciptakan pertumbuhan yang berkelanjutan adalah tantangan yang harus ditangani oleh kedua pemerintahan, baik Jokowinomics, yang berfokus pada pembangunan infrastruktur dan konektivitas maupun Prabowonomics, yang berfokus pada kesejahteraan melalui akses pangan dan digitalisasi.
Pidato Presiden Jokowi di Surakarta menyatakan bahwa warisan Jokowinomics akan tetap kuat untuk penerusnya, meskipun masa kepemimpinannya akan berakhir. Namun, sebagai visi ekonomi yang baru, Prabowonomics harus mampu menyelesaikan isu-isu lama dengan solusi yang inovatif dan adaptif.
Tantangan masa depan yang terasa sulit, seperti perlambatan ekonomi global, peningkatan otomasi, dan ekonomi paruh waktu, namun Indonesia memiliki peluang besar untuk meningkatkan jumlah kelas menengah dan menjadi kekuatan ekonomi yang lebih seimbang dan berkelanjutan. Kita semua berharap Kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan dilanjutkan Presiden Terpilih, Prabowo Subianto, dapat mencapai tujuan yang sama: membangun Indonesia yang kuat, sejahtera, dan berkelanjutan.
*Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Ikatan Keluarga Alumni Universitas Tadulako

LEAVE A REPLY