Home Opini Prabowonomics: Gagasan Ekonomi untuk Rakyat

Prabowonomics: Gagasan Ekonomi untuk Rakyat

Oleh: Suparman*

1,065
0
Social Media Share
Prabowonomics: Gagasan Ekonomi untuk Rakyat

Dr Suparman, Sekjen IKA Universitas Tadulako. FOTO: DOK

KONGRES Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXII yang akan dilaksanakan di Solo, 19-20 September, akan menjadi momentum penting bagi para ekonom dan intelektual Indonesia untuk mempertimbangkan dan mengembangkan strategi ekonomi yang sesuai dengan tantangan saat ini. Kongres ini menjadi lebih istimewa karena diadakan di tengah terpilihnya Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia. Bagaimana ISEI dan anggotanya bertindak dalam mendukung gagasan ekonomi Presiden Terpilih Prabowo Subianto di tengah arus globalisasi dan ketidakpastian ekonomi global?

Selama kampanye dan narasi politiknya, Prabowo Subianto sering menyatakan komitmennya untuk membangun ekonomi yang berpusat pada kesejahteraan rakyat. Prinsipnya jelas: "Economy for the people, not people for the economy”. Ungkapan ini menunjukkan pendekatan kebijakan yang mengutamakan kebutuhan rakyat. Prabowo menulis buku berjudul Paradoks Indonesia dan Solusinya, yang memberikan analisis mendalam tentang bagaimana Indonesia, meskipun memiliki banyak sumber daya alam, masih terjebak dalam penyakit Dutch Disease atau kutukan sumber daya alam. Kondisi ini menyebabkan ketergantungan yang berlebihan pada industri ekstraktif. Sementara itu, industri produktif lainnya, seperti manufaktur, justru mengalami penurunan.

Untuk mengatasi masalah ini, Prabowo menawarkan pendekatan big push, di mana negara bertindak sebagai kekuatan utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Prabowo percaya bahwa negara harus memainkan peran penting dalam mempercepat ekonomi, terutama untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat yang sektor swasta tidak dapat memenuhi sepenuhnya. Ia menggambarkan ide ini sebagai "Ekonomi Konstitusi", yang berfungsi sebagai titik tengah antara paradigma ekonomi sosialis dan liberal. Dalam struktur ekonomi ini, sektor publik dan swasta bekerja sama untuk bekerja sama, menciptakan keseimbangan antara tindakan pemerintah dan mekanisme pasar.

Menyelesaikan "Penyakit Belanda": Prabowonomics bertujuan untuk melepaskan Indonesia dari kutukan sumber daya alam. Meskipun pendekatan big push yang dia tawarkan tidak baru dalam literatur ekonomi, ia telah terbukti berhasil dalam mendorong ekonomi di banyak negara Asia yang mengalami kebangkitan ekonomi, yang dikenal sebagai Miracle Asia. Negara-negara seperti Korea Selatan, Jepang, dan China berhasil keluar dari jerat ketergantungan pada sumber daya alam dengan mengembangkan sektor manufaktur dan teknologi. Mereka melakukan ini tanpa mengorbankan peran negara selama tahap awal pembangunan.

Prabowo percaya bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk mengikuti jejak kesuksesan tersebut. Namun, untuk mencapainya, paradigma pengelolaan ekonomi harus diubah. Investasi besar-besaran dari pemerintah dan sektor swasta diperlukan untuk menghidupkan kembali sektor-sektor yang selama ini terabaikan. Di sini, peran negara sangat penting, terutama dalam menyediakan infrastruktur dasar yang diperlukan untuk pertumbuhan industri dan menciptakan iklim investasi yang baik.

ISEI dan Prabowonomics

ISEI adalah organisasi yang mengumpulkan praktisi ekonomi, ekonom dan akademisi, memiliki tugas strategis untuk mendukung pelaksanaan Prabowonomics. Sebagai think tank kebijakan ekonomi, ISEI dapat memberikan kontribusi nyata dalam merumuskan kebijakan yang berbasis data dan penelitian yang mendalam. Sinergi antara ISEI dan pemerintah Prabowo diharapkan dapat menghasilkan kebijakan yang tidak hanya efektif dalam jangka pendek, tetapi juga berkelanjutan dalam jangka panjang. ISEI juga diharapkan dapat berfungsi sebagai penghubung antara pemerintah dan sektor swasta, memastikan bahwa kebijakan yang dibuat mampu dalam konteks seperti ini, akan lebih mudah untuk mewujudkan kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta—pilar utama Prabowonomics—jika anggota ISEI mendukung ide-ide cerdas dan kreatif.

Prabowonomics menawarkan kerangka kerja yang tegas dan fleksibel di tengah ketidakpastian global di mana perang dagang, perubahan iklim (climate change), dan disrupsi teknologi menjadi ancaman yang nyata. Prinsip ekonomi konstitusi Prabowo, yang menggabungkan kekuatan pemerintah dan sektor swasta, memungkinkan Indonesia untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perkembangan dunia. Investasi dalam teknologi dan infrastruktur akan meningkatkan perhatian pada bidang yang selama ini terabaikan, seperti pertanian dan perikanan. Di sisi lain, industri manufaktur dan kreatif akan didorong untuk menjadi motor penggerak ekonomi nasional.

Di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, Indonesia diharapkan dapat memainkan peran yang lebih besar dalam struktur ekonomi politik dunia. Indonesia dapat memperoleh posisi yang lebih menguntungkan dalam perdagangan internasional dan kerjasama ekonomi regional berkat populasi yang besar dan ekonomi yang terus berkembang. Fokus kemandirian ekonomi dan kesejahteraan rakyat dalam Prabowonomics membuat Indonesia lebih siap untuk menghadapi tantangan global dan memanfaatkan peluang.

Kongres ISEI XXII 2024 di Solo berfungsi sebagai titik temu strategis antara gagasan utama Prabowo Subianto dan para pakar ekonomi terkemuka di Indonesia. Diharapkan melalui kerja sama ini akan muncul kebijakan yang mampu mengatasi tantangan di dalam negeri dan menjadikan Indonesia sebagai kekuatan ekonomi yang kuat di dunia. Dengan anggotanya yang berpengalaman, ISEI diharapkan dapat membantu menerapkan Prabowonomics dengan memberikan umpan balik  yang berbasis riset dan pengalaman empiris.

Pada akhirnya, keberhasilan Prabowonomics tergantung pada seberapa cepat Indonesia dapat keluar dari "penyakit Belanda" dan seberapa kuat ekonomi Indonesia untuk bertahan dan berkembang di tengah dinamika global yang semakin kompleks. Indonesia memiliki peluang besar untuk mencapai kemajuan yang berkelanjutan dan menjadi pemain utama di panggung ekonomi dunia, dengan fondasi yang kuat, kerja sama antara negara dan sektor swasta, dan dukungan penuh dari komunitas intelektual dan profesional ekonomi di Indonesia.

*) Penulis adalah Sekretaris Jenderal IKA (Ikatan Keluarga Alumni) Universitas Tadulako

tengah 1