BANTAH TUDUHAN - Kepala Desa Siweli, Juniar memberikan klarifikasi kepada wartawan, Senin 29 Januari 2024. (Foto: METROSULAWESI/ Tamsyir Ramli)
DONGGALA, METROSULAWESI.NET - Kades Siweli Kecamatan Balaesang Juniar akhirnya angkat bicara terkait program Gercep yang selama ini menjadi pemberitaan dan perbincangan sehingga menyudutkan pemerintahan desa Siweli.
“Tidak benar semua tuduhan itu pak seperti yang diberitakan, saya tidak mau juga bilang fitnah orang yang lapor, program Gercep belum tuntas masih berjalan,” kata Juniar di kantor Pengadilan Agama, Senin 29 Januari 2024.
Juniar menjelaskan pemerintah desanya mengelola dana gercep sebesar Rp1 miliar lebih, dengan penerima 117 sebanyak kepala keluarga (KK). Namun di tengah perjalan program Gercep ini ada ketambahan jumlah penerima sebanyak 26 KK, sehingga total penerima dana gercep 143 KK.
Kemudian dalam satu KK itu menerima bantuan sebesar Rp10 juta, tetapi dana Rp10 juta tersebut tidak utuh diterima karena menyesuaikan dengan proposal.
“Dana Gercep 2023, Rp1 miliar lebih, dana ini kemudian dibagi ke 143 KK, 1 KK itu terima Rp10 juta, tapi tidak semua Rp10 juta dikasi. Nominalnya bervariasi antara Rp7 juta, sampai Rp9 juta, tergantung proposal warga, jadi bukan kades atau saya yang potong uang,” sebutnya.
“Selisih uang dari Rp10 juta yang dipotong itu untuk menambah ketambahan warga penerima dana gercep, yang awalnya 117 KK menjadi 143 KK, tidak ada kades mau potong uang, dokumen saya lengkap juga pak,” bebernya.
Menyangkut tuduhan bantuan kambing, sendok, dan meja tidak sesuai serta berujung pada pelaporan di Kecabjari sabang, Juniar mengatakan persoalan pengadaan kambing supliyernya sudah siap bertanggung jawab menggantikan kambing yang mati. Bahkan supliyer tersebut, siap memelihara kambing jika warga tidak mau menerima.
“Pengadaan sendok semua supliyer pak, satu paket dengan garpunya, warga penerima harusnya datang ke kami kalau barangnya tidak sesuai, nanti kami antar lagi ke supliyer. Ini pekerjaan kan belum tuntas program gercep masih jalan ada namanya evaluasi, saya langsung dihajar,” jelasnya.
“Begitu juga dengan tuduhan pembuatan meja saya dituduh lagi ba potong, padahal yang bikin meja warga ku juga. Saya berdayakan warga desa Siweli angkanya pun dibicarakan, karena warga pembuat meja butuh uang pada waktu itu sebesar Rp700 ribu jadi saya kasi. Kalau tulis tangan buku tabungan bank BPD itu pegawai bank yang tulis bukan saya,” tuturnya.
Yuniar juga menyesalkan pelaporan warga di Kecabjari Sabang karena menurutnya mengganggu kosentarsi dalam bekerja.
“Apanya saya mau dilaporkan ke kacabjari Sabang? Program Gercep masih berjalan belum tuntas, kalau dilapor begini bikin pecah konsentrasi dalam bekerja, tapi saya juga punya bukti dokumen,” pungkasnya.
Reporter: Tamsyir Ramli
Editor: Udin Salim

LEAVE A REPLY