
Ketua DPD PKS Donggala, Abd Rasyid. (Foto: Dok)
ABD RASYID adalah politisi muda dua periode Di DPRD Donggala, politisi PKS ini meniti karir politiknya tidak menggunakan uang, hanya lembaran kertas meyakinkan masyarakatnya dan terbukti ampuh, tahun pertama dipercayakan partainya menduduki wakil ketua I, tahun kedua dipercayakan menjadi ketua Fraksi PKS di DPRD.
Namun di tahun 2024, pria berkacamata ini tidak “mendapat restu” berkompetisi di Pileg 14 Februari lau, ia didorong naik satu tingkat, maju Pilkada Donggala, akankah politisi muda yang miskin ini lolos dengan mudah di Pilkada, bahkan bisa menjadi pemenang?
Penulis memohon maaf sebelumnya, Bukan ajang promosi calon, kampanye, atau menyuruh masyarakat Donggala memilih Abd Rasyid, penulis hanya menilai dari kinerja serta kehidupan sehari-hari.
Ada satu ungkapan sederhana yang kira-kira begini kalimatnya “dengan kurang diliriknya kita dalam panggung politik barangkali disebabkan karena kelebihan dan keistimewaan yang kita miliki yaitu terlalu muda dan miskin”.
Selanjutnya ada lagi nih sambungannya “hal ini mungkin lebih baik untuk dakwah”.
Ungkapan tersebut jika dicermati pasti beragam tingkah kita, bisa saja marah, tersenyum, atau goyang-goyang kepala pura-pura mengerti, Karena memang kenyataan memang benar begitu.
Namun jika melihat konteks ungkapan politisi muda miskin, tentu la beda dengan situasi sekarang, tetapi secara substansial masih sangat relevan untuk dijadikan “spirit” dalam memandang politik terkini.
Penulis ulang lagi ungkapan itu politisi “Muda dan Miskin” merupakan dua kategori yang saat ini masih sulit dihubungkan dalam target capaian politik kekinian.
Dalam politik terkini bahwa basic elektoral sekurang-kurangnya harus memiliki dua syarat utama yaitu pengalaman (citra atau nama besar) dan duit (finansial memadai/kaya).
Kalau sudah seperti ungkapan diatas, stigma politisi muda miskin lagi akan susah masuk gelanggang politik khususnya Pilkada Donggala, apalagi bermimpi sampai jadi pemenang.
Tenang jangan pesimis, bisa saja ungkapan terbalik politis muda dan miskin jadi terbaik, politisi muda dan miskin punya kelebihan dan keistimewaan, Kok bisa?
Untuk menjawabnya sederhana saja, Hari ini sudah terlihat dan bisa dijadikan perbandingan bahwa ternyata kedua hal tersebut (muda dan miskin) membuat gelanggang politik terlihat unik dan terkadang memperlihatkan kondisi sebaliknya.
Nah di sini ada teori ketidakmungkinan menjadi mungkin, contohnya Beberapa kepala daerah/wakil kepala daerah dari kalangan Muda (kurang terkenal) dan juga miskin (terbatas sumber daya) justru menang dan menjadi kepala daerah/wakil kepala daerah.
Jadi hemat penulis Lambat laun namun pasti politisi muda miskin lagi akan menjadi istimewa serta punya kelebihan tersendiri.
Karena sekali lagi hemat penulis politisi muda dan miskin bukan lagi sekedar ungkapan retoris dan motivasi semata, justru sudah jauh melampaui dan menjungkirbalikkan prediksi politik yang telah mapan.
Tentu akan menimbulkan tanya lagi, apa yang menjadi faktor penentu yang menjadikan politisi “muda dan miskin” menjadi kelebihan dan istimewa?
Jawabnya Ada hal diyakini bersama dalam sejarah dan dimensinya, bahwa manusia tak bisa berlepas dari kekuatan yang maha dahsyat dan diyakini menjadi penentu utama dalam gerak laju sejarah manusia, yaitu Allah SWT.
Sehingga sebagai manusia yang berkeyakinan, maka memahami ungkapan politisi Muda dan Miskin tidaklah rumit dan sulit, namun mesti menjadi renungan yang mencerahkan, politisi muda dan miskin itu adalah Keikhlasan.
Tak kalah pentingnya faktor penentu politisi muda dan miskin harus bergerak laju, Keikhlasan kerja tanpa peduli apa, keikhlasan berusaha meski sumber daya tidak ada.
Karena tujuan dari orang-orang ikhlas adalah ridho Allah SWT, yakinlah hasil dari capaian hanya efek samping dari gerak laju politisi muda tapi miskin dengan bekerja yang ikhlas, karena orang yang ikhlas tidak terdapat kamus untung-rugi karena memang tak punya apa-apa, politisi PKS muda dan miskin siap Maju Pilkada Dengan Hati Ikhlas! (*Penulis adalah pengamat sosial di Donggala)

LEAVE A REPLY