
Peserta mendapatkan kesempatan praktik menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). FOTO: IST
PALU, METROSULAWESI.NET – Pelatihan TEGAR (Towards a Gender-Inclusive Disaster Resilience) resmi dimulai hari ini di Kota Palu, diikuti 100 peserta dan relawan dari berbagai latar belakang dan usia. Seluruh peserta adalah perempuan yang ingin berperan aktif dalam membangun ketangguhan komunitas menghadapi keadaan darurat. Dari yang berusia 18 tahun hingga 52 tahun, serta orang dengan disabilitas mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengikuti pelatihan ini.
Pertemuan pertama mengangkat dua topik utama, yaitu Kesiapsiagaan Bencana dan Pemadaman Kebakaran, yang mencakup teori dan praktik langsung. Materi ini dibawakan oleh perwakilan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Palu dan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Palu. Para peserta dengan antusias mempelajari keterampilan dasar ini sebagai bekal penting menghadapi situasi darurat.
Dalam sambutannya, Sukma Impian Riverningtyas, Project Leader TEGAR, menyatakan bahwa program ini bertujuan untuk memberdayakan perempuan sebagai agen perubahan dalam kesiapsiagaan bencana.
“Melalui pelatihan ini, kami ingin memberikan ruang bagi perempuan untuk memimpin dan berkontribusi nyata dalam membangun komunitas yang tangguh dan inklusif,” ujarnya.
Proyek TEGAR, yang didukung oleh Kedutaan Besar Amerika Serikat, terinspirasi dari pengalaman Sukma saat mengikuti Community Emergency Response Team (CERT) training di Kota Tukwila, AS. Pengalaman itu kini diadopsi untuk meningkatkan ketangguhan komunitas di Kota Palu, yang juga rentan terhadap bencana.
Dalam video sambutan, Emily Magaziner, Pejabat Diplomasi Publik Kedutaan Besar AS di Jakarta, memberikan apresiasi atas inisiatif ini dan menegaskan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam membangun komunitas yang tangguh.
Pelatihan TEGAR akan berlangsung dalam empat pertemuan dengan topik menarik lainnya, seperti Respon Medis Dasar, Respon Penyelamatan, dan Psikologi Kebencanaan. Peserta yang mengikuti minimal tiga pertemuan akan mendapatkan sertifikat partisipasi dan souvenir kit kesiapsiagaan.
Melalui program ini, diharapkan tercipta komunitas yang tidak hanya siap menghadapi bencana, tetapi juga memiliki semangat solidaritas dan inklusivitas. (*)

LEAVE A REPLY