Palu Ngataku, Kota Harmoni di Pelukan Alam dan Budaya
Palu Ngataku Palu tempat tinggalku. Sebuah kota yang tidak hanya dikenal karena letaknya yang strategis di teluk nan indah, tetapi juga karena jiwa masyarakatnya yang penuh dengan kasih sayang, toleransi, dan kearifan lokal yang kuat.

Oleh: Suaib Djafar*
PALU Ngataku Palu tempat tinggalku. Sebuah kota yang tidak hanya dikenal karena letaknya yang strategis di teluk nan indah, tetapi juga karena jiwa masyarakatnya yang penuh dengan kasih sayang, toleransi, dan kearifan lokal yang kuat.
Di Palu, keberagaman bukan sekadar slogan. Di sinilah berbagai suku, agama, dan latar belakang hidup berdampingan dalam harmoni. Hari-hari besar keagamaan dirayakan dengan semangat saling menghormati.
Saat Idul Fitri, rumah-rumah terbuka untuk sahabat dari berbagai keyakinan. Ketika Natal, Imlek, dan hari keagamaan lainnya tiba, masyarakat saling berkunjung, menyapa, dan memberi doa terbaik. Bahkan dalam upacara adat, semua elemen masyarakat hadir, menunjukkan bahwa persaudaraan di kota ini telah melewati batas sekat-sekat formal.
Nilai-nilai luhur masyarakat Kaili mengutamakan Libu ( musyawarah) menghasilkan Sintuvu (kesepakatan) Maroso Risi Norambanga Mbangungata (bersatu kuat untuk kebaikan bersama ) Nosipeili Nosimpoasi( (hidup rukun saling mengasihi) menjadi panduan dalam kehidupan sehari-hari. Inilah yang membuat Palu istimewa, sebuah kota kecil dengan jiwa besar.
Namun Palu bukan hanya tentang manusia dan nilai sosialnya. Kota ini adalah pertemuan harmoni antara alam dan budaya. Pantai Talise dengan lanskap senja yang menawan, Pegunungan Gawalise yang hijau menenangkan, dan Sungai Palu yang mengalir tenang seolah menjadi urat nadi kota ini. Keindahan alam Palu begitu mempesona, menyambut setiap tamu dengan keteduhan dan rasa syukur.
Bagi pecinta kuliner, Palu adalah surga rasa. Makanan khas seperti Kaledo (sup tulang kaki sapi dengan kuah segar), Uta Dada (sup ayam kampung), serta Makanan Mandura,Burasa Kalopa Putu serta kue-kue tradisional seperti Cicuru, Paranggi dan Onde-onde ,Tetu Palu, memperkaya identitas rasa kota ini.
Budaya masyarakatnya pun hidup dalam berbagai bentuk: seni tari tradisional, upacara adat, musik bambu, hingga artefak sejarah yang tersimpan di kampung-kampung tua dan bangunan peninggalan masa kolonial, Kerajaan Sepert Banua Oge Semua ini bersatu dalam kawasan budaya dan religi yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.
Palu bukan hanya kota tempat tinggal, ia adalah rumah bagi nilai-nilai kehidupan yang luhur. Kota ini mengajarkan kita bahwa kerukunan bukan sesuatu yang dipaksakan, tapi tumbuh dari kebiasaan saling menyapa, saling berbagi, dan saling menguatkan.
Palu Ngataku, kota yang menjadi cermin toleransi, warisan budaya, dan kecantikan alam yang tak ternilai. Di sinilah cinta dan damai menyatu.Palu kesayanganku (Palu Toveaku).
(*Budayawan dan pengurus Badan Musyawarah Adat (BMA) Sulteng)
Apa Reaksimu?






