Saatnya Ormas Islam Berkaca pada Muhammadiyah: Melayani Tanpa Tebang Pilih

Oleh: Mohsen Hasan Alhinduan*

Juli 16, 2025 - 06:00
 0
Saatnya Ormas Islam Berkaca pada Muhammadiyah: Melayani Tanpa Tebang Pilih
Mohsen Hasan Alhinduan. FOTO: DOK PRIBADI

DI tengah kompleksitas kehidupan umat dan bangsa hari ini, kiprah organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam menjadi sangat penting. Namun, tak semua ormas mampu menjaga keseimbangan antara identitas ideologis dan pelayanan sosial yang inklusif. Dalam konteks ini, Muhammadiyah layak dijadikan cermin oleh ormas-ormas lain di tanah air.

Kenapa Muhammadiyah? Karena organisasi ini telah menunjukkan bahwa kekuatan ormas Islam tidak hanya terletak pada retorika keagamaan atau dukungan politik, tetapi pada daya guna dan manfaat nyata bagi umat—bahkan lintas golongan.

1. Dakwah Tanpa Gaduh

Muhammadiyah tidak sibuk mencari panggung. Tidak gaduh di media. Tidak berlomba memvonis atau mengklaim kebenaran tunggal. Mereka menjalankan dakwah yang berakar pada ilmu, berorientasi pada solusi, dan berujung pada aksi nyata. Rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, layanan kebencanaan, dan pemberdayaan ekonomi mereka terbuka untuk siapa saja—Muslim dan non-Muslim, kaya dan miskin.

Ini bukan soal pujian, tapi teladan. Sudah waktunya ormas Islam di negeri ini merenung: Apakah keberadaan kita memudahkan atau malah membingungkan umat?

2. Islam Tanpa Sekat Golongan

Salah satu keunggulan Muhammadiyah adalah keikhlasannya melayani tanpa melihat warna politik, aliran mazhab, atau afiliasi organisasi. Ketika banjir melanda, Muhammadiyah turun. Ketika pandemi datang, mereka tanggap. Mereka tidak menanyakan “dari ormas mana Anda?”, tapi “apa yang bisa kami bantu?”.

Inilah Islam rahmatan lil ‘alamin yang sejati—yang tak dibatasi sekat simbolik. Apakah ormas-ormas lain sudah bersikap serupa? Atau justru masih sibuk memperdebatkan siapa paling salih, paling benar, dan paling pantas memimpin?

3. Berkarya, Bukan Sekadar Berorasi

Seringkali ormas-ormas Islam terjebak dalam ritual seremonial: tablig akbar, pernyataan sikap, hingga deklarasi demi deklarasi. Tetapi, seberapa banyak yang benar-benar menyentuh kehidupan akar rumput? Muhammadiyah menunjukkan bahwa kerja sunyi lebih penting dari sorak sorai. Sekolah-sekolahnya hadir di daerah terpencil. Rumah sakitnya menjadi sandaran harapan masyarakat kecil. Inilah ketauladanan yang dibutuhkan negeri ini, bukan sekadar jargon keislaman.

4. Keikhlasan yang Melampaui Kekuasaan

Muhammadiyah tidak berdagang dengan kekuasaan. Mereka bersikap kritis ketika perlu, tetapi tetap konstruktif. Mereka tidak meminta-minta jabatan, tetapi justru diminta. Dan yang lebih penting: mereka tahu kapan bicara, dan kapan bekerja diam-diam.

Di sinilah banyak ormas Islam perlu belajar: bahwa pengaruh tidak selalu datang dari kedekatan dengan penguasa, tetapi dari kepercayaan publik yang tumbuh karena karya nyata.

Menyerukan Introspeksi, Bukan Kompetisi

Tulisan ini bukan untuk membandingkan secara sempit, tetapi untuk mengundang muhasabah. Semua ormas tentu punya niat baik. Tetapi niat saja tak cukup tanpa arah dan cara yang tepat. Jika setiap ormas Islam mengambil semangat Muhammadiyah—melayani umat tanpa pamrih, membangun bukan menjatuhkan, dan membuka bukan membatasi—maka Islam akan benar-benar menjadi rahmat, bukan hanya bagi umatnya, tetapi bagi seluruh bangsa Indonesia. Indonesia tidak kekurangan ormas Islam.

Yang kita butuhkan adalah ormas Islam yang jujur melayani, tidak tebang pilih, dan siap menjadi mata air kebaikan—seperti yang dicontohkan Muhammadiyah sejak lebih dari satu abad lalu.

Jakarta, 15 Juli 2025

*) Pemerhati Sosial, Politik,Budaya & Isu Global, Direktur Studi Islam & Filsafat

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow