Sri Mulyani Cerita Penjarahan Lukisan: Lukisan Bunga Yang Saya Lukis 17 Tahun Lalu

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani buka suara terkait aksi penjarahan di rumahnya. Dikutip dari akun instagramnya, Kamis 4 September 2025, bendahara negara itu menyebut ciri-ciri orang yang menjarah lukisan buatan tangannya.

Sep 4, 2025 - 08:05
 0
Sri Mulyani Cerita Penjarahan Lukisan: Lukisan Bunga Yang Saya Lukis 17 Tahun Lalu
Menteri Keuangan, Sri Mulyani. FOTO: INSTAGRAM

JAKARTA, METROSULAWESI.NET- Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani buka suara terkait aksi penjarahan di rumahnya. Dikutip dari akun instagramnya, Kamis 4 September 2025, bendahara negara itu menyebut ciri-ciri orang yang menjarah lukisan buatan tangannya.

“Laki-laki berjaket merah memakai helm hitam tampak memanggul Lukisan cat minyak Bunga diatas kanvas ukuran cukup besar. Dia membawa jarahannya dengan tenang, percaya diri keluar dari rumah pribadi saya yang menjadi target operasi jarahan hari minggu akhir Agustus 2025 dini hari,” tulis Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengatakan, lukisan bunga itu bagi penjarah pasti dibayangkan bernilai sekadar seperti lembaran uang.

“Lukisan Bunga yang saya lukis 17 tahun lalu adalah hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi diri, sangat pribadi. Seperti rumah tempat anak-anak saya tumbuh dan bermain, sangat pribadi dan menyimpan kenangan tak ternilai harganya,” tulisnya.


“Lukisan Bunga itu telah raib lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia,” tambahnya.

Sri Mulyani mengatakan, bagi penjarah, rumah dan barang-barang tersebut hanyalah sekedar target operasi. Para penjarah seperti berpesta, bahkan diwawancara reporter media: “dapat barang apa mas?” - dijawab ringan, dengan nada sedikit bangga tanpa rasa bersalah : “ lukisan”.

Liputan penjarahan dimuat di media sosial dan diviralkan secara sensasional. Menimbulkan histeria intimidatif yang kejam. Hilang hukum, hilang akal sehat dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan. Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan. Absurd…!

Minggu kelabu akhir Agustus itu, ada korban yang jauh lebih berharga dibanding sekedar lukisan saya, yaitu korban jiwa manusia yang melayang yang tak akan tergantikan. Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, Sumari. Menimbulkan duka pedih yang mendalam bagi keluarga. Tragedi kelam Indonesia.

Dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Yang ada adalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara kita, negara hukum yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab.

“Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu. Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa,” pungkasnya. (bs)

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow