Bocor Lagi, Mutu Proyek SPAM Rp551 Miliar Diragukan
Kebocoran kembali terjadi pada jaringan pipa proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Saluki Gumbasa di Desa Sidera, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Pipa transmisi utama yang menjadi jalur vital pasokan air baku dari Bendung Saluki menuju instalasi pengolahan air (WTP) ini dilaporkan bocor di dua titik berbeda.

SIGI, METROSULAWESI.NET - Kebocoran kembali terjadi pada jaringan pipa proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) IKK Saluki Gumbasa di Desa Sidera, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Pipa transmisi utama yang menjadi jalur vital pasokan air baku dari Bendung Saluki menuju instalasi pengolahan air (WTP) ini dilaporkan bocor di dua titik berbeda.
Yang lebih memprihatinkan, salah satu titik kebocoran bahkan telah diperbaiki berulang kali, namun tetap rusak. Kebocoran ini juga berdampak pada infrastruktur lain, seperti penurunan U-Ditch di sekitar lokasi. Hingga kini, Balai Wilayah Sungai Sulawesi III (BWSS III) Palu sebagai pelaksana proyek belum memberikan keterangan resmi.
Pantauan lapangan sejak Sabtu hingga Minggu (11 - 08 - Agustus 2025) memperlihatkan genangan air dan rembesan cukup besar di dua lokasi. Pipa yang bocor berada di jalur transmisi penting yang menghubungkan Bendung Saluki ke WTP Simoro dan jaringan distribusi air bersih untuk wilayah Palu dan Sigi.
“Yang di dekat bangunan instalasi pengolahan air itu sudah pernah diperbaiki dua kali. Dikeruk, ditambal, ditimbun lagi. Tapi sekarang bocor lagi,” ujar Amrin (45), warga setempat.
Senada dengan itu, Anto (41), warga Desa Sidera, mengaku mulai meragukan kualitas pengerjaan proyek.
“Kalau baru beberapa bulan FHO (Final Hand Over ) atau Serah Terima Akhir Pekerjaan sudah bocor, kita jadi ragu apakah ini dikerjakan sesuai standar atau tidak. Padahal nilainya besar sekali.”
Proyek SPAM IKK Saluki didanai dari pinjaman Asian Development Bank (ADB) dengan total anggaran mencapai Rp551.571.455.000. Pekerjaan dibagi dalam dua paket. Paket 1: PT WIKA–Minarta KSO, nilai kontrak Rp250.869.435.000, dan paket 2: PT Adhi–Nindya–BRP KSO, nilai kontrak Rp300.702.020.000
Sistem ini dirancang memiliki jaringan pipa transmisi sepanjang 40,74 km, dengan kapasitas distribusi 600 liter per detik, melayani hingga 60.000 sambungan rumah (SR) selama 20 tahun ke depan.
Namun, kebocoran yang muncul sejak awal pengoperasian memunculkan dugaan adanya masalah pada mutu pipa dan lemahnya pengawasan teknis selama pelaksanaan. Beberapa warga juga menyayangkan minimnya keterbukaan informasi dari pihak proyek.
“Kalau memang ada masalah, harusnya dijelaskan ke masyarakat. Ini uang besar, dampaknya besar juga buat warga,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Kepala Satker SNVT Air Tanah dan Air Baku BWSS III, Elieser Palantik, yang dikonfirmasi belum memberi respons. Pesan WhatsApp yang dikirim hingga berita ini naik, belum dibalas.
Sebelumnya, Kepala BWSS III, Dedi Yudha Lesmana, ST, MT, pernah menyatakan bahwa SPAM Regional Pasigala akan menjadi solusi jangka panjang pasokan air bersih pasca-bencana. Namun kenyataan di lapangan justru memunculkan kekhawatiran baru akan ketahanan infrastruktur yang seharusnya menjadi andalan.
Sejumlah LSM dan pemerhati infrastruktur kini mendesak adanya audit independen terhadap pelaksanaan proyek.
“Kalau kebocoran terjadi bahkan sebelum sistem difungsikan penuh, bagaimana dengan target umur 20 tahun ke depan?” tegas salah satu aktivis pemerhati proyek publik di Sigi.
Masyarakat berharap pemerintah segera mengusut tuntas penyebab kerusakan, mengevaluasi ulang pelaksanaan proyek, serta memastikan spesifikasi teknis tidak dilanggar dalam pembangunan berskala nasional tersebut.
Reporter: Udin Salim
Apa Reaksimu?






