Bandara SIS Al-Jufri Jadi Internasional, Pelaku Wisata Sulteng: Peluang Besar, Tantangan Nyata
Penetapan Bandara Mutiara SIS Al-Jufri Palu sebagai bandara internasional memunculkan rasa bangga sekaligus kekhawatiran di kalangan pelaku wisata Sulawesi Tengah.

PALU, METROSULAWESI.NET - Penetapan Bandara Mutiara SIS Al-Jufri Palu sebagai bandara internasional memunculkan rasa bangga sekaligus kekhawatiran di kalangan pelaku wisata Sulawesi Tengah.
Kebanggaan muncul karena status baru ini membuka akses langsung bagi wisatawan mancanegara (WNA) untuk masuk ke Sulteng tanpa harus transit di kota besar lain. Kesempatan ini dinilai menjadi momentum emas mengangkat pamor destinasi unggulan seperti situs megalitik Lore-Lindu di Kabupaten Sigi dan Taman Nasional Kepulauan Togean di Tojo Una-Una.
“Dengan penerbangan internasional, wisatawan bisa langsung datang menikmati keindahan dan kekayaan budaya kita. Ini akan memperkuat posisi Sulteng sebagai tujuan wisata berkelas dunia,” ujar pegiat pariwisata sekaligus pengurus AITTA Sulteng, Kang Yoga, di Palu, Selasa (12/8/2025).
Namun, di balik euforia tersebut, tersimpan kekhawatiran. Masuknya WNA berpotensi mendorong orientasi investasi yang lebih berat ke sektor pertambangan. Jika tidak diatur dengan bijak, hal ini dikhawatirkan berdampak pada kelestarian lingkungan dan merugikan sektor pariwisata.
“Kita tidak anti-investasi, tapi perlu pemetaan yang jelas. Jangan sampai tambang justru mengancam potensi wisata yang menjadi aset masa depan,” tegasnya.
Kang Yoga berharap pemerintah daerah mulai menempatkan pariwisata sebagai sumber pendapatan alternatif yang sejajar dengan sektor ekonomi lain. Menurutnya, diperlukan strategi yang jelas, mulai dari program jangka pendek, menengah, hingga jangka panjang.
“Harus ada roadmap pariwisata yang konkret, mulai dari promosi, infrastruktur, sampai pelatihan SDM. Semua ini akan membentuk ekosistem yang sehat untuk wisata berkelanjutan,” tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi seluruh pihak pengusaha, komunitas lokal, hingga pemerintah dalam merancang dan menjalankan program pengembangan wisata.
“Program BERANI HARMONI yang diusung Pemprov Sulteng harus benar-benar diimplementasikan. Tidak hanya menjadi jargon, tapi diwujudkan lewat kerja bersama,” ujarnya.
Dengan status internasional, Bandara SIS Al-Jufri kini menjadi pintu gerbang strategis bagi pariwisata Sulteng. Tantangannya adalah memastikan peluang ini tidak tergeser oleh kepentingan lain yang bisa mengorbankan keberlanjutan alam dan budaya daerah.
Pelaku wisata berharap momentum ini dimanfaatkan maksimal, sehingga Sulteng tak hanya dikenal sebagai daerah kaya sumber daya alam, tetapi juga sebagai destinasi wisata eksotis, berbudaya, dan lestari.
Reporter: Adi Pranata
Editor: Udin Salim
Apa Reaksimu?






