Ekonomi Tumbuh 7,7 Persen, Sulteng Masih Menghadapi Berbagai Tantangan
Di tengah ketidakpastian ekonomi global, kinerja perekonomian Sulawesi Tengah masih tumbuh tinggi. Pada triwulan III 2025, ekonomi Sulawesi Tengah tumbuh 7,7 persen. Namun di tengah pertumbuhan positif itu, Sulteng menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
PALU, METROSULAWESI.NET- Di tengah ketidakpastian ekonomi global, kinerja perekonomian Sulawesi Tengah masih tumbuh tinggi. Pada triwulan III 2025, ekonomi Sulawesi Tengah tumbuh 7,7 persen. Namun di tengah pertumbuhan positif itu, Sulteng menghadapi berbagai tantangan ekonomi.
Demikian antara lain diungkapkan Deputi Kepala Kantor Perwakilan BI Sulteng, Miftachul Chairi pada pertemuan Tahunan Bank Indonesia Perwakilan Sulawesi Tengah di Palu, Jumat 28 November 2025.
Miftachul mengatakan, pertumbuhan ekonomi sebesar 7,7 persen itu membawa Provinsi Sulteng dengan pertumbuhan tertinggi kedua se-Indonesia, di bawah Maluku Utara, sebesar 39,10% year on year.
Menurut Miftachul capaian tersebut, mencerminkan ketahanan ekonomi daerah yang kuat. Capaian itu didorong oleh aktivitas industri, industri pengolahan, logam dasar yang tetap ekspansif, serta kinerja ekspor yang solid.
Menurutnya, kuatnya perekonomian Sulawesi Tengah pada 2025, terutama ditopang oleh akselerasi investasi dan kinerja sektor eksternal. Pembentukan modal tetap bruto atau PMTB tumbuh solid sejalan dengan berlanjutnya ekspansi industri pengolahan berbasis hilirisasi nikel yang terus meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas rantai nilai di kawasan industri.
Dari sisi eksternal, ekspor komunitas nikel tetap menjadi penopang utama didorong oleh permintaan global yang masih cukup tinggi.
Secara sektoral, ada tiga lapangan usaha yang berkontribusi tinggi dalam mendorong perekonomian Sulawesi Tengah. Yang pertama adalah lapangan usaha di bidang industri pengolahan. Kedua, lapangan usaha di bidang pertambangan, dan ketiga lapangan usaha di bidang pertanian, kehutanan, dan perikanan.
“Industri pengolahan logam dasar berbasis dililisasi nikel tumbuh tinggi seiring penanaman penambahan kapasitas produk olahan stainless steel dan bahan baku baterai listrik yang signifikan,” kata Miftachul.
Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan ilmu pertambangan tetap kuat seiring dengan permintaan bahan baku industri yang tetap kuat.
Ada pun ilmu pertanian, kehutanan, dan perikanan yang merupakan sektor utama manta pecarian masyarakat Sulawesi Tengah juga tumbuh, menjaga konsumsi rumah tangga di Sulawesi Tengah tetap tinggi.
Pada kesempatan itu, Miftachul juga menyampaikan bahwa di tengah pertumbuhan ekonomi yang baik tersebut, terdapat sejumlah tantangan yang perlu menjadi perhatian bersama.
Salah satunya adalah inflasi. Capaian inflasi bulan berjalan yang masih sedikit berada di atas target menjadi resiko.
“Resiko yang dapat menahan daya beli masyarakat, sekaligus mempengaruhi keberlanjutan pertumbuhan ekonomi ke depan,” ujarnya.
Di sisi lain, pertumbuhan ekonomi yang tinggi perlu semakin inklusif agar manfaatnya dapat dirasakan secara lebih merata oleh seluruh lapisan masyarakat.
Upaya penurunan angka kemiskinan dan ketimpangan harus tetap diperkuat seiring dengan peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan yang menjadi komponen kunci dalam pembangunan.
Perkembangan zaman juga menuntut percepatan digitalisasi agar Sulawesi Tengah tetap relevan dan kompetitif di tingkat nasional maupun global.
Pemuatan elektronifikasi transaksi pemerintah serta peningkatan adopsi layanan keuang digital di masyarakat perlu terus didorong untuk memastikan daya saing ekonomi daerah semakin meningkat.
“Menanggapi tantangan-tantangan yang sedang kita hadapi, kantor perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Tengah bersama jajaran pemerintah daerah baik di tingkat provinsi maupun kabupaten-kota serta instansi terkait, senantiasa bersinergi melalui berbagai program strategis guna mewujudkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang berkelanjutan,” jelas Miftachul.
Sinergi pengendalian inflasi daerah dilaksanakan melalui TPID, Tim Pengendali Inflasi Daerah, dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan atau GNPIP dengan strategi 4K.
Hadir pada pertemuan tahunan BI tersebut, Gubernur diwakili Asisten Pemerintahan, para bupati, pimpinan OPD, mitra Bank Indonesia dan UMKM. (din)
Apa Reaksimu?


