Strategi Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Partai Politik dalam Rangka Mengabdi kepada Masyarakat

Oleh: Mohsen Hasan A, Pemerhati Sosial, Politik, Budaya & Isu Global

Nov 19, 2025 - 05:19
 0
Strategi Memperkuat Persatuan dan Kesatuan Partai Politik dalam Rangka Mengabdi kepada Masyarakat
Mohsen Hasan Alhinduan. FOTO: DOK PRIBADI

DI negara demokratis seperti Indonesia, partai politik adalah tulang punggung kehidupan berbangsa. Dari merekalah lahir para pemimpin, lahir kebijakan publik, dan lahir arah masa depan negeri ini. Namun, masih sering kita melihat partai politik justru sibuk dengan konflik internal, perebutan posisi, hingga perpecahan yang akhirnya menjauhkan mereka dari tugas utamanya: mengabdi kepada rakyat.

Maka muncul pertanyaan penting: bagaimana partai politik bisa memperkuat persatuan dan kesatuan di dalam tubuhnya, agar misi besar melayani masyarakat bisa benar-benar terwujud?

Satu Visi, Bukan Sekadar Satu Logo

Banyak partai memiliki slogan dan simbol yang indah. Namun, apakah kader-kadernya benar-benar memahami dan meyakini visi perjuangan partai itu? Inilah tantangan pertama.

Persatuan partai tidak akan kuat jika setiap kader berjalan dengan agenda masing-masing. Maka, penting bagi partai untuk menanamkan nilai, visi, dan ideologi secara terus-menerus—bukan hanya saat kampanye, tetapi dalam pelatihan, diskusi internal, dan pendidikan politik yang berkelanjutan.

Kepemimpinan yang Adil dan Terbuka

Konflik internal sering kali lahir bukan karena perbedaan gagasan, tapi karena ketidakadilan dalam distribusi peran dan kekuasaan. Seorang ketua umum atau pimpinan partai harus bisa menjadi pengayom, bukan sekadar pemegang kekuasaan.

Transparansi dalam proses kaderisasi, pemilihan calon legislatif, dan keputusan strategis akan membuat kader merasa dihargai. Kalau kader merasa diperhatikan dan punya ruang, maka loyalitas akan tumbuh secara alami.

Ruang Kritik dan Evaluasi Internal

Persatuan bukan berarti diam dan ikut semua keputusan. Justru partai yang sehat adalah partai yang menyediakan ruang kritik tanpa rasa takut. Buka ruang dialog. Adakan forum evaluasi rutin. Dengarkan suara dari bawah. Dari sanalah lahir koreksi dan penyempurnaan. Jika suara kader ditekan, maka perpecahan hanya tinggal menunggu waktu.

Budaya Saling Menguatkan, Bukan Menjatuhkan

Terlalu sering kita melihat sesama kader justru saling menyerang di depan publik. Ini tidak hanya merusak citra partai, tetapi juga merusak kepercayaan rakyat.

Sudah saatnya membangun budaya saling mendukung, bersaing dengan sehat, dan menghindari manuver yang hanya demi kepentingan pribadi. Persatuan partai dibangun bukan dari kesamaan selera, tapi dari komitmen bersama untuk menempatkan partai sebagai alat perjuangan rakyat—bukan kendaraan  ambisi semata.

Turun ke Masyarakat: Menyatu, Bukan Sekadar Muncul Saat Pemilu

Persatuan partai akan semakin kuat bila seluruh kader merasakan panggilan pengabdian yang sama: melayani masyarakat. Jangan tunggu masa kampanye untuk hadir. Turunlah ke desa, dengarkan rakyat, bantu selesaikan persoalan mereka. Ketika seluruh elemen partai punya semangat pengabdian yang nyata, maka konflik internal akan mengecil dengan sendirinya. Karena tidak ada waktu untuk bertengkar kalau semua sedang sibuk bekerja untuk rakyat.

Persatuan dan kesatuan partai politik bukan sekadar alat bertahan dalam kekuasaan. Ia adalah pondasi moral agar partai bisa hadir sebagai wakil sejati rakyat.

Tanpa persatuan, partai hanya akan menjadi rumah yang gaduh, jauh dari rakyat, dan kehilangan arah. Tapi jika seluruh elemen partai bersatu dalam visi dan pengabdian, maka partai akan menjadi kekuatan perubahan yang sesungguhnya. Karena pada akhirnya, politik yang luhur adalah politik yang berpihak—bukan pada diri sendiri, tapi pada rakyat. (*)

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow