Hasil Kongres Biasa PSSI: Daerah Jadi Ujung Tombak Sepak Bola Nasional

Kongres Biasa PSSI menghasilkan beberapa keputusan. Salah satunya daerah jadi ujung tombak sepak bola nasional.

Jun 5, 2025 - 04:10
 0
Hasil Kongres Biasa PSSI: Daerah Jadi Ujung Tombak Sepak Bola Nasional
Sekjen KOI Harry Warganegara (kiri), Mantan Ketua Umum PSSI Agum Gumelar (kedua kiri), Ketua Umum PSSI Erick Thohir (ketiga dari kiri), Director Regional Asia and Oceania FIFA Sanjeevan C Balasingam (ketiga kanan), General Secretary AFF Winston Lee (kedua kanan), dan Head of MA Division ASEAN Unit Siti Zuraina Abdullah (kanan) menyaksikan Ketua Umum KONI Marciano Norman (tengah) memukul gong pembukaan Kongres Biasa PSSI 2025 di Hotel The Ritz-Carlton, Jakarta, Rabu (4/6/2025). (ANTARA FOTO/Fauza

JAKARTA, METROSULAWESI.NET- Kongres Biasa PSSI menghasilkan beberapa keputusan. Salah satunya daerah jadi ujung tombak sepak bola nasional.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir mengatakan, salah satu hasil Kongres Biasa PSSI 2025 adanya perubahan Statuta PSSI, dari Statuta 2019 ke Statuta 2025, yang akan membuat daerah menjadi ujung tombak sepak bola nasional.

Dengan perubahan ini, Asosiasi Provinsi PSSI (Asprov), Asosiasi Kota (Askot), dan Asosiasi Kabupaten (Askab) akan menjadi pemegang peran besar untuk membangun sepak bola Indonesia secara merata.

"Dalam perubahan statuta itu, peran sepak bola nasional sekarang tidak hanya bergantung di nasional, tetapi kita berharap justru sekarang ujung tombaknya ke daerah-daerah," kata Erick, di Jakarta, Rabu 4 Juni 2025.

Erick mengatakan, peran Asprov akan menjadi sangat kuat. Nantinya ketua Asprov PSSI tetap dipilih secara terbuka. Selanjutnya, untuk membangun infrastrukturnya, pimpinan Asprov PSSI akan menunjuk yang namanya ketua Askot PSSI dan Askab PSSI .

"Selama ini ketika kita membangun sepak bola di daerah-daerah, sulit sekali koordinasi antara Asprov dan juga Kota,” ujar Erick.

“Dengan sekarang bersinergi seperti ini, ketika bicara nantinya Liga 4, itu akan di kota-kota selama empat bulan. Lalu nanti juaranya Liga 4 akan naik ke provinsi, itu kita putar ke Liga 3. Artinya apa, ada kesinambungan dan fleksibilitas," tambahnya.

Erick kemudian mengambil contoh Bali. Di sana ada sembilan kabupaten/kota, dengan jumlah klubnya sebanyak 50. Tetapi, hanya ada dua kota yang mempunyai klub yang jumlahnya 14. Artinya tujuh kota yang lain tidak cukup untuk melakukan kompetisi.

"Fleksibilitas ini selama ini sulit terjadi. Ada satu pulau di Kalimantan Timur lebih dekat dengan Kalimantan Utara, apa solusinya? Apa kita diamkan mereka tidak main bola, jarak lima jam? Kalau Asprov dan Askot bersatu, mereka bisa tukar supaya wilayah itu tidak masuk Kalimantan Timur tapi Kalimantan Utara karena jarak tempuhnya, semua karena biaya," kata Erick menambahkan.

"Kita ini 17.000 Kepulauan, ujung satu ke lain 8 jam. Kalau kita stigmanya by zona kaku dan sulit diatur, akhirnya jadi korban kita semua. Dengan tadi Asprovnya kuat, Askabnya ditunjuk, lalu ada peraturan daerah, Permendagri, Bupati Cup, Gubernur Cup, akhirnya APBD bisa. Ini yang kita putar kembali. Tidak mungkin membangun sepak bola semua dari pusat, tidak cukup dana," tambah dia.

Erick memaparkan hasil kedua dari Kongres Biasa adalah menetapkan Presiden Prabowo Subianto sebagai Dewan Kehormatan PSSI. Hal ini, kata Erick, adalah wujud bahwa PSSI dan pemerintah berjalan seiringan dalam memajukan sepak bola Indonesia.

Poin ketiga atau terakhir dari Kongres Biasa adalah PSSI akan melakukan revisi-revisi pada statuta seusai masukan dari Asprov. Nantinya, pihaknya akan mengadakan konsolidasi pada bulan Juni.

"Makanya setelah Juni ini kita adakan roadshow untuk konsolidasi sepak bola nasional. Jangan sepak bola kita berpikir satu generasi, harus regenerasi. Jangan juga dengan prestasi timnas di 2024 dan 2025 kita berpuas diri. Bangsa lain menggeliat. Kalau kita berpuas diri, kalah-kalahan lagi, main salah-salahan lagi," tutup dia. (ant)

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow