Prabowo: Ada Delapan Sifat Pemimpin, Termasuk Siap Dimaki dan Difitnah
Presiden Prabowo Subianto menyebut ada delapan sifat seorang pemimpin, termasukm pindo jaladri, yaitu seorang pemimpin harus punya hati dan kesabaran yang diibaratkan seluas samudera sehingga dia pun harus siap mendapatkan caci-maki, dan fitnah dari orang-orang di sekitarnya.

JAKARTA, METROSULAWESI.NET- Presiden Prabowo Subianto menyebut ada delapan sifat seorang pemimpin, termasukm pindo jaladri, yaitu seorang pemimpin harus punya hati dan kesabaran yang diibaratkan seluas samudera sehingga dia pun harus siap mendapatkan caci-maki, dan fitnah dari orang-orang di sekitarnya.
Di hadapan para ketua umum partai politik dan sejumlah politikus, Presiden melanjutkan tujuh sifat pemimpin lainnya, yang diambil dari ilmu kepemimpinan Jawa (Hasta Brata) dan pernah dituliskan oleh Prabowo dalam bukunya berjudul "Kepemimpinan Militer", yaitu pindo candra, pindo kartika, pindo surya, pindo arga, pindo dahana, pindo bayu, dan pindo bahana.
"Kita ingat ajaran nenek moyang kita delapan sifat pemimpin, pemimpin (yang) pindo jaladri, harus bagaikan samudera, hatinya luas, pemimpin itu dimaki-maki (harus menyikapinya) seperti laut, samudera, kotoran bumi, keluar ditelan oleh samudera, yang keluar airnya bersih. Pemimpin harus siap dimaki-maki, siap disakiti, siap difitnah, siap di-framing, tetapi keluarnya harus yang bersih," kata Presiden Prabowo saat berbicara dalam acara kongres salah satu partai politik di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (20/7) malam.
Presiden kemudian menjelaskan arti pemimpin yang punya sifat pindo candra, yang diibaratkan seperti bulan memberi penerangan saat gelap.
"Bulan memberi kesejukan, memberi penerangan di kegelapan, bulan memberi penerangan dan kesejukan," sambung Prabowo.
Ketiga, pindo kartiko, diartikan sebagai pemimpin yang mampu memberikan pedoman dan arah.
"(Keempat) pindo surya, bagaikan matahari memberikan kehangatan, memberikan energi, memberi solusi. (Kelima) pindo arga, bagaikan gunung, kokoh, berpendirian, tidak goyah, kokoh, sekali-kali meletus perlu, pemimpin perlu meletus sekali-kali, iya dong, menghadapi koruptor, maling, ya kita boleh meletus, kokoh, diam, kokoh, (dan) sekali-kali boleh (meletus) untuk membersihkan dari kotoran-kotoran, dan bahaya, baik terhadap bangsa dan negara," ujar Presiden.
Selanjutnya, pindo dahana, yang diibaratkan oleh Prabowo seperti api.
"Bagaikan api membakar semangat, juga membakar kejahatan, membakar ketidakadilan, membakar korupsi, penipuan, membakar pengkhianatan, membakar semua yang tidak baik," sambung Presiden.
Ketujuh, pindo bayu, yaitu sifat pemimpin yang diibaratkan seperti angin. Menurut Presiden, pemimpin, sebagaimana angin, harus hadir dimana-mana.
"Angin ada di puncak gunung, ada di kolong jembatan, ada di lembah terdalam," ujar Presiden Prabowo.
Terakhir atau kedelapan, pindo bahana, yaitu pemimpin yang diibaratkan seperti bumi. "Bumi sumber kekuatan, tetapi siap diinjak, bumi rela diinjak, bumi memberi makan, bumi memberi energi, bumi memberi kekayaan. Ini ajaran nenek moyang kita ribuan tahun (yang lalu)," kata Prabowo.
Presiden juga menilai seorang pemimpin harus mempraktikkan tiga semboyan yang dipopulerkan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
"Ing ngarso sung tuladha di depan memberi contoh, harus memberi contoh pemimpin itu, (seperti) guru memberi contoh. Ing madyo mangun karso, di tengah-tengah ikut membangun, kerja, bukan omon-omon," ujar Presiden.
Presiden kemudian melanjutkan seorang pemimpin tidak hanya berlaku seperti guru yang memberikan pedoman dan arah, tetapi juga harus mampu menjadi kawan seperjuangan, pelindung, dan sosok yang mengayomi rakyat.
"Ingat, yang dipilih menjadi pemimpin adalah yang tadi, (yaitu) bisa memberi arah, bisa melindungi, bisa mengayomi, bisa memberi kehangatan, bisa menegakkan kebenaran, yang terutama tadi memberi rasa aman, dan memberi contoh," ujar Presiden Prabowo. (ant)
Apa Reaksimu?






