Palestina dan Kita: Menyalakan Kembali Obor Kemanusiaan dan Keadilan

Mohsen Hasan A

Sep 14, 2025 - 07:23
 0
Palestina dan Kita: Menyalakan Kembali Obor Kemanusiaan dan Keadilan
Mohsen Hasan A

DI setiap sudut dunia, manusia membawa harapan yang sama: hidup damai, merdeka, dan bermartabat. Tidak ada bangsa yang lahir untuk dijajah, tidak ada keluarga yang ingin tumbuh dalam ketakutan, dan tidak ada anak yang pantas kehilangan masa depannya karena perang. Inilah nilai kemanusiaan yang melampaui batas agama, ras, dan kebangsaan.

Hari ini, dunia kembali disatukan oleh suara mayoritas Majelis Umum PBB yang mendukung lahirnya negara Palestina merdeka. Resolusi ini mungkin tidak mengikat secara hukum, tetapi memiliki makna moral yang besar: bahwa nurani kolektif umat manusia masih hidup, masih berani berkata bahwa keadilan harus ditegakkan.

Perjuangan rakyat Palestina sering dipandang dari kacamata politik, diplomasi, atau strategi militer. Namun, jauh di balik itu, ada sisi yang paling sederhana: kemanusiaan. Anak-anak yang ingin sekolah tanpa rasa takut, orang tua yang mendambakan tanah tempat mereka bisa hidup tenang, dan generasi muda yang ingin merajut mimpi sebagaimana pemuda di negeri lain.

Kita, sebagai manusia, tidak bisa menutup mata terhadap penderitaan ini. Kemanusiaan adalah bahasa universal. Ia tidak bertanya agama apa yang kita anut, bendera apa yang kita kibarkan, atau ideologi apa yang kita yakini. Kemanusiaan hanya bertanya: apakah engkau masih memiliki hati untuk peduli?


Sejarah membuktikan, peradaban besar runtuh bukan karena miskin sumber daya, melainkan karena hilangnya rasa keadilan. Ketidakadilan melahirkan luka, luka melahirkan perlawanan, dan perlawanan melahirkan konflik tanpa akhir.

Keadilan adalah nafas peradaban. Ia adalah fondasi bagi damai, dan damai adalah syarat bagi kemajuan. Karena itu, berdirinya negara Palestina bukan hanya urusan satu bangsa, melainkan ujian bagi nurani global: apakah dunia masih mampu menegakkan keadilan, atau kita membiarkan hukum rimba mengatur peradaban manusia?

Meski tantangan begitu besar penolakan politik, veto kekuatan besar, hingga perpecahan internal harapan untuk lahirnya negara Palestina tidak pernah padam. Seperti bara kecil di tengah angin kencang, ia tetap menyala, karena disulut oleh keyakinan jutaan manusia yang percaya pada masa depan yang lebih adil.

Dan harapan itu bukan hanya milik Palestina. Ia adalah milik kita semua. Sebab ketika sebuah bangsa dibiarkan tanpa keadilan, maka setiap bangsa pun terancam kehilangan kemanusiaannya.

Kita mungkin tidak duduk di kursi diplomasi PBB, tidak memegang pena untuk menandatangani resolusi, atau tidak berada di garis depan perjuangan. Tetapi kita semua memiliki bagian. Dengan menyuarakan keadilan, kita menolak untuk diam terhadap penindasan; Dengan mendidik generasi muda tentang empati, kita menanam benih peradaban yang lebih manusiawi; Dengan menolong sesama tanpa memandang latar belakang, kita sedang membangun dunia yang lebih adil.

Palestina adalah cermin bagi nurani dunia. Ia mengingatkan kita bahwa kemerdekaan bukan sekadar hak politik, melainkan hak dasar manusia. Ia menegaskan kembali bahwa keadilan bukan pilihan, melainkan kebutuhan.

Berdirinya negara Palestina mungkin masih dalam perjalanan panjang, tetapi setiap langkah menuju keadilan adalah langkah menuju kemanusiaan yang lebih utuh. Dan ketika kita berdiri di sisi kemanusiaan, maka sejatinya kita sedang memperjuangkan masa depan kita bersama.

Karena pada akhirnya, dunia yang adil bukan hanya hadiah bagi Palestina, melainkan warisan bagi seluruh umat manusia.

*) Mohsen Hasan A, Pemerhati Sosial,Politik,Budaya,Ekonomi & Isu Global - Dewan Pakar DPP Partai NasDem

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow