Poltekkes Kemenkes Palu Latih Kader Kesehatan Jadi Agen Perubahan Anti Pernikahan Dini

Pernikahan dini masih menjadi momok di banyak wilayah, termasuk Kota Palu.

Jun 2, 2025 - 21:03
 0
Poltekkes Kemenkes Palu Latih Kader Kesehatan Jadi Agen Perubahan Anti Pernikahan Dini
Poltekkes Kemenkes Palu melaksanakan pengabdian masyarakat dengan menggandeng para kader kesehatan Kelurahan Baiya, untuk bergerak bersama melawan praktik pernikahan dini. FOTO: IST

PALU, METROSULAWESI.NET - Pernikahan dini masih menjadi momok di banyak wilayah, termasuk Kota Palu. Menyikapi hal itu, tim dosen Poltekkes Kemenkes Palu, Putri Mulia Sakti, M.Tr Keb, Diah Ayu Hartini, S.KM., M.Kes, Alftrida Semuel Ra'bung, S.Kep.,Ns.,M.Kep dan Bahja, S. Sit., M. Si, melaksanakan pengabdian masyarakat  dengan menggandeng para kader kesehatan Kelurahan Baiya,  untuk bergerak bersama melawan praktik tersebut.

Bertajuk “Melangkah Bersama Melawan Pernikahan Dini: Modul Terintegrasi untuk Transformasi Sosial di Komunitas”, kegiatan yang berlangsung pada Senin (2/6) ini diikuti oleh 30 kader kesehatan dari berbagai lingkungan di Kelurahan Baiya Kecamatan Tawaeli, Palu.

Menurut Putri Mulia Sakti, Ketua tim dalam kegiatan ini  pendekatan partisipatif kepada para kader menjadi hal yang penting.

" Para kader dibekali modul edukasi yang dirancang khusus untuk mengintegrasikan isu pernikahan dini dengan kesehatan reproduksi, perlindungan anak, dan pembangunan masyarakat" katanya.

Putri menambahkan bukan hanya teori, kegiatan ini juga dilengkapi sesi diskusi kelompok, simulasi penyuluhan, dan pembagian modul edukatif yang bisa digunakan langsung dalam kegiatan di lapangan.

“Kami ingin para kader jadi agen perubahan di tengah masyarakat. Bukan cuma menyampaikan informasi, tapi juga mampu memengaruhi pola pikir dan budaya yang selama ini mengakar,” ujar Putri.

Putri menyoroti bahwa budaya dan tradisi masih menjadi pendorong kuat praktik pernikahan dini. "Ada anggapan anak perempuan harus cepat menikah untuk menjaga nama baik keluarga. Bahkan masih banyak yang dijodohkan, " kata alumni Magister Kebidanan STIKES Dharma Husada Bandung ini. Tak hanya itu, tekanan sosial dari keluarga besar dan lingkungan sekitar juga turut memperkuat praktik ini.

Masih kata Putri dampak pernikahan dini sangat serius dan faktor pendidikan pun tak bisa diabaikan. "Semakin rendah pendidikan, makin tinggi risikonya. Banyak remaja yang putus sekolah dulu, baru menikah. Harusnya bisa sebaliknya, lanjut sekolah menjadi cara mencegah pernikahan dini, dampaknya mulai dari komplikasi kehamilan, aborsi tidak aman, hingga gangguan kesehatan mental seperti depresi dan stres akibat belum siap secara finansial maupun emosional. "Bukan cuma kehilangan masa remaja, tapi juga kesempatan membangun karier. Ini memperpanjang lingkaran kemiskinan." ujarnya.

Lebih jauh, ia mengingatkan bahwa pernikahan anak juga berdampak secara nasional. Studi menunjukkan, mencegah pernikahan dini bisa meningkatkan produktivitas dan penghasilan negara.

"Ini bukan cuma soal adat atau aturan, tapi soal masa depan generasi kita. Perlu kerja sama banyak pihak untuk terus mengedukasi masyarakat, " akhirnya.

Kegiatan ini pun mendapat sambutan positif dari warga dan pemerintah kelurahan. Mereka berharap inisiatif seperti ini bisa menjadi awal dari perubahan sosial yang nyata dan berkelanjutan.

"Kami sangat mengapresiasi kegiatan pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh Poltekkes Kemenkes Palu, khususnya dalam memberikan edukasi tentang bahaya pernikahan dini. Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi masyarakat kami, terutama bagi para remaja dan orang tua. Dengan adanya sosialisasi ini, kami semakin sadar bahwa pernikahan dini dapat berdampak negatif terhadap kesehatan fisik, mental, serta masa depan anak-anak kami. Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan menjangkau lebih banyak wilayah, agar semakin banyak masyarakat yang mendapatkan pemahaman yang benar mengenai pentingnya kesiapan usia dalam membangun keluarga." kata Yunita Susana. (tha)

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow