Morowali dan Harapan Baru Hilirisasi Kelapa

MOROWALI selama bertahun-tahun dikenal sebagai jantung industri nikel nasional. Asap pabrik dan iring-iringan truk tambang menjadi pemandangan sehari-hari. Namun di balik hiruk-pikuk industri logam, daerah ini sesungguhnya menyimpan potensi lama yang nyaris terlupakan: kelapa.

Des 21, 2025 - 15:00
 0
Morowali dan Harapan Baru Hilirisasi Kelapa
ILUSTRASI - Seorang pekerja sedang memindahkan buah kelapa. (Foto: Dok)

Oleh: Akhsan Intje Makka*

MOROWALI selama bertahun-tahun dikenal sebagai jantung industri nikel nasional. Asap pabrik dan iring-iringan truk tambang menjadi pemandangan sehari-hari. Namun di balik hiruk-pikuk industri logam, daerah ini sesungguhnya menyimpan potensi lama yang nyaris terlupakan: kelapa.

Kini, potensi itu mulai dibangkitkan. Di salah satu kawasan strategis Kabupaten Morowali, tengah dibangun pabrik hilirisasi kelapa berskala besar dengan nilai investasi sekitar Rp1,6 triliun. Proyek ini menandai langkah penting perubahan arah pembangunan dari dominasi tambang menuju industri berbasis hasil kebun dan ekonomi rakyat.

Pabrik yang Mengolah Jutaan Harapan

Pabrik tersebut dirancang mampu mengolah hingga 500 juta butir kelapa per tahun. Hasilnya bukan lagi sekadar kopra, melainkan produk bernilai tambah tinggi: minyak kelapa, virgin coconut oil (VCO), santan, air kelapa kemasan, hingga bahan baku industri pangan dan kosmetik.

“Kami ingin memastikan kelapa dari Sulawesi Tengah tidak lagi keluar daerah dalam bentuk mentah,” ujar seorang pejabat daerah yang tidak bersedia disebutkan nama dan identitasnya yang terlibat dalam fasilitasi proyek ini. “Nilai tambahnya harus dinikmati masyarakat lokal.”

Target operasional penuh pabrik ini diproyeksikan pada 2026, seiring penyelesaian konstruksi dan penyiapan tenaga kerja lokal.

Petani Menunggu Perubahan Nyata

Bagi petani kelapa di Morowali, Bungku, hingga wilayah pesisir Sulawesi Tengah, kehadiran pabrik ini ibarat hujan setelah kemarau panjang. Selama ini, kelapa dijual dengan harga tidak menentu dan sangat bergantung pada tengkulak.

“Kalau panen banyak, harga justru turun. Kadang tidak sebanding dengan biaya angkut,” tutur Rahman, petani kelapa di wilayah pesisir Morowali. Ia berharap pabrik ini benar-benar menyerap kelapa rakyat, bukan hanya dari perkebunan besar.

Dengan industri pengolahan berada di daerah sendiri, rantai distribusi menjadi lebih pendek. Pemerintah daerah pun menjanjikan skema kemitraan agar petani kecil tetap menjadi bagian utama dari rantai pasok.

Diversifikasi Ekonomi Morowali

Pembangunan pabrik kelapa ini dipandang sebagai strategi diversifikasi ekonomi Morowali. Ketergantungan pada sektor pertambangan dinilai memiliki risiko jangka panjang baik secara lingkungan maupun sosial.

“Morowali tidak boleh hanya bergantung pada tambang. Hilirisasi kelapa adalah bentuk pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” kata seorang tokoh masyarakat setempat, Y. Mawuri.

Selain menyerap ribuan tenaga kerja lokal, industri ini diharapkan memicu pertumbuhan sektor lain: transportasi, UMKM pengolahan pangan, jasa logistik, hingga industri kemasan.

Lebih dari sekadar proyek industri, pabrik kelapa ini membawa pesan simbolik: hilirisasi tidak hanya milik tambang. Kelapa tanaman yang sejak lama tumbuh di pekarangan warga kini mendapat tempat strategis dalam kebijakan ekonomi nasional.

Di Morowali, hilirisasi menemukan wajah lokalnya. Ia tumbuh dari kebun rakyat, menyerap tenaga kerja desa, dan berpotensi mengangkat martabat petani yang selama ini berada di pinggir rantai nilai.

Jika proyek ini berjalan sesuai rencana, Morowali kelak tak hanya dikenal sebagai daerah nikel, tetapi juga sebagai sentra industri kelapa Indonesia timur tempat di mana hasil bumi tidak lagi pergi diam-diam, melainkan kembali sebagai kesejahteraan.

*) Pensiunan Wartawan RRI Palu

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow