Polres Poso Gelar Doa Bersama dan Refleksi Akhir Tahun, Ketua FKUB Sulteng Sampaikan Pesan Moral
Polres Poso menggagas Doa Bersama dan Refleksi Akhir Tahun, guna merajut kebersamaan antar ummat beragama di Poso, Sabtu 27 Desember 2025. Acara yang semula direncanakan sebagai kegiatan internal berkembang menjadi forum lintas agama setelah komunikasi dengan berbagai elemen masyarakat.
POSO, METROSULAWESI.NET- Polres Poso menggagas Doa Bersama dan Refleksi Akhir Tahun, guna merajut kebersamaan antar ummat beragama di Poso, Sabtu 27 Desember 2025. Acara yang semula direncanakan sebagai kegiatan internal berkembang menjadi forum lintas agama setelah komunikasi dengan berbagai elemen masyarakat.
Kapolres Poso, AKBP Alowisius Londar, menekankan, rasa aman sesungguhnya memerlukan kebersamaan, kepercayaan, dan partisipasi aktif seluruh masyarakat.
“Tantangan terbesar adalah bagaimana Polres Poso mampu menghadirkan situasi yang membuat masyarakat dapat hidup dengan tenang—dapat beristirahat dengan nyaman, tanpa rasa takut, tanpa kekhawatiran," kata Kapolres.
Polres Poso kata Kapolres, mengharapkan kebersamaan dan sinergi antara aparat keamanan, pemerintah daerah, tokoh agama, dan warga dapat semakin diperkuat.
Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Sulawesi Tengah, H. Zainal Abidin menyampaikan pesan fundamental bahwa damai adalah pesan inti dari semua ajaran agama.
Melalui analisis mendalam, Zainal menunjukkan bahwa konsep damai muncul dalam berbagai tradisi beragama. Dalam Kristiani, ucapan "shalom" dalam bahasa Ibrani berarti damai dan sejahtera.
Sedangkan dalam Hinduisme, "Om Shanti Shanti Shanti Om" adalah doa memohon kedamaian kepada Tuhan. Islam yang berasal dari kata "salaam" juga mengajarkan keselamatan dan kedamaian. Begitu pula Buddhisme dengan doa "semoga semua makhluk hidup berbahagia."
“Jadi kalau kita jujur pada ajaran masing-masing, semua agama mengajarkan hal yang sama: kebajikan, cinta kasih, dan kedamaian," tegas Zainal.
Menurut Zainal, persoalan muncul bukan dari perbedaan agama, tetapi dari dilanggarnya komitmen. “Konflik itu bukan soal iman, tetapi soal komitmen, kejujuran, dan menepati janji. Jangan setiap konflik langsung dibungkus dengan label agama," ungkap Zainal.
Ia juga mengingatkan bahwa perbedaan pendapat di kalangan para ulama adalah hal wajar. Selama lahir dari niat mencari kebenaran dan kebaikan, perbedaan justru menunjukkan keluasan rahmat Allah dan keterbatasan manusia.
Manusia tidak mungkin sepenuhnya memahami rahasia Tuhan. Kita hanya bisa mendekat, berusaha, dan berserah," katanya.
Di penutupannya, Zainal menyampaikan pesan moral yang dalam. Agama bukan untuk memukul, melainkan merangkul. Bukan untuk menghina, melainkan membina. Bukan untuk menghujat, melainkan mengajak pada tobat. Agama bekerja dengan hati, bukan dengan makian.
"Biarlah ada perbedaan keyakinan dan agama. Biarlah setiap orang memiliki doa dan cara berdoanya masing-masing. Biarlah yang kita cari adalah rahmat dan kasih Tuhan Yang Maha Kuasa," pungkasnya.
Acara doa bersama ini mencerminkan komitmen Poso yang telah memiliki sejarah panjang kebersamaan untuk terus membangun dialog lintas agama.
Harapannya, Poso dapat kembali berkembang pesat dengan datangnya investor dan meningkatnya pembangunan, didukung oleh fondasi keamanan dan kedamaian yang kokoh. (pul).
Apa Reaksimu?


