Nadine Trinavya Toana, Lincah di Atas Roda, Berani Bermimpi di Usia 8 Tahun
Di tengah riuh sorak penonton pada Kejuaraan Sepatu Roda Antar Pelajar Se-Indonesia (RX Series) 2025 di Jakarta, langkah kecil namun mantap seorang atlet cilik menarik perhatian.
PALU, METROSULAWESI.NET - Di tengah riuh sorak penonton pada Kejuaraan Sepatu Roda Antar Pelajar Se-Indonesia (RX Series) 2025 di Jakarta, langkah kecil namun mantap seorang atlet cilik menarik perhatian. Dengan helm merah muda dan sepatu roda hijau toska yang mencolok, Nadine Trinavya Toana, siswi SDN 1 Palu berusia delapan tahun, meluncur dengan ketenangan yang jarang dimiliki anak seusianya.
Pada nomor Putri Beginner–Pemula (7–9 tahun), kategori dengan jumlah peserta terbanyak, 269 atlet dari seluruh Indonesia, Nadine tampil tanpa beban. Namun siapa sangka, justru dari ketenangan itulah lahir sebuah kejutan: Nadine keluar sebagai Juara 1. Hasil yang membuat namanya menjadi salah satu sorotan utama di antara ratusan atlet muda lainnya.
Tak banyak yang tahu bahwa perjalanan Nadine di dunia sepatu roda bermula sangat sederhana. Ayahnya, Riyan Toana, bercerita bahwa Nadine mulai tertarik pada olahraga ini sejak melihat anak-anak bermain di sekitar Lapangan Vatulemo Palu.
“Awalnya hanya saya belikan sepatu roda biasa untuk bermain sore. Tapi dari situ terlihat semangatnya berbeda. Ia cepat belajar, tidak pernah mengeluh saat jatuh, dan malah semakin berani,” kenang Riyan.
Keseriusan Nadine membuat kedua orangtuanya memutuskan untuk memasukkannya ke Palu Skating Akademi, salah satu klub yang aktif melakukan pembinaan atlet usia dini. Dari situlah bakat Nadine mulai terlihat nyata, kelincahan, ketenangan, dan keseimbangan yang kuat untuk anak seusianya.
Di RX Series 2025, Nadine mengikuti tiga nomor sekaligus. Hasilnya luar biasa untuk atlet usia delapan tahun:Juara 1 kategori Putri Beginner-Pemula (7–9 tahun, 269 peserta), 8 Besar kelas Putri Battle / SD A (175 peserta) dan top 10 Individual Time Trial / SD A (125 peserta).
Tiga nomor, tiga panggung, tiga pengalaman berbeda. Nadine tidak selalu menang, tapi dari semuanya ia belajar. Ketika kalah di babak delapan besar putri battle, Nadine keluar arena dengan senyum kecil.
Riyan Toana, sang ayah, adalah sosok yang selalu berdiri beberapa langkah di belakang Nadine, secara harfiah maupun makna. Selalu ada di pinggir lintasan, mengingatkan agar fokus, rileks, dan menikmati pertandingan.
“Kami sangat bersyukur dan bangga dengan hasil yang diraih Nadine. Ia berlatih cukup keras dan menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Semoga ini menjadi motivasi untuk terus berkembang dan berprestasi di event-event berikutnya,” ujarnya.
Bagi Riyan, prestasi bukan tujuan utama. Yang terpenting, Nadine tumbuh dengan keberanian mencoba, konsistensi berlatih, dan kemampuan untuk bangkit setiap kali jatuh.
Bagi Nadine sendiri, sepatu roda bukan hanya olahraga. Ini adalah dunia kecil yang membuatnya merasa bebas, membuatnya tertawa, sekaligus membuatnya bermimpi.
Di atas lintasan, Nadine Trinavya Toana mungkin hanya terlihat sebagai anak kecil yang sedang bermain. Tapi bagi Palu, Sulawesi Tengah, dan mungkin suatu hari Indonesia, langkah-langkah kecilnya di atas roda itu bisa jadi awal dari perjalanan panjang menuju podium-podium yang lebih tinggi. (adi pranata)
Apa Reaksimu?


