Warga Tanjung Karang Terima Penataan, tapi Tolak Relokasi

Pertemuan Bupati Donggala Vera Elena Laruni dengan warga Tanjung Karang Kelurahan Labuan Bajo pada Minggu 14 Desember 2025, tidak membuahkan hasil positif.

Des 16, 2025 - 15:30
 0  11
Warga Tanjung Karang Terima  Penataan, tapi Tolak Relokasi
Ibu Aziza (kiri), salah satu perwakilan masyarakat Tanjung Karang menyampaikan aspirasi saat Bupati Donggala Vera Elena Laruni mensosialisasikan rencana relokasi warga Tanjung Karang, Minggu 14 Desember 2025. Aziza dan warga lainnya menolak direlokasi. (Foto: METROSULAWESI/ Tamsyir Ramli)

DONGGALA, METROSULAWESI.NET - Pertemuan Bupati Donggala Vera Elena Laruni dengan warga Tanjung Karang Kelurahan Labuan Bajo pada Minggu 14 Desember 2025, tidak membuahkan hasil positif.

Penyebabnya dua RT yang berada di Tanjung Karang menolak untuk dipindahkan dari lokasi yang sudah puluhan tahun mereka tempati.

“Kami mau mencari dimana lagi? Dulu ini Tanjung Karang bukan tempat wisata. Ini tanah masyarakat waktu itu belum ada timbunan makanya terjadi abrasi. Tidak ada pemerintah waktu itu. Kami sendiri yang perbaiki. Tolong dipikirkan. tidak mungkin pondok kami dipindahkan ke gunung,” kata Ibu Aziza yang mengaku sudah tinggal 50 tahun di Tanjung Karang.

Senada dengan Azizah, Rusdi lebih mempertegas lagi. Di hadapan Bupati Vera, dia mengatakan jika pemda ingin menata tanjung karang silakan, tetapi untuk memindahkan mereka tidak setuju.

“Kami siap bayar pajak, jika untuk memperindah Tanjung Karang, tetapi kalau kami dipindahkan kami tidak setuju,” sebutnya.

Sementara itu ketua RT 2 RW 3, Topan yang dimintai tanggapan terkait penataan Tanjung Karang, mengatakan ia tidak setuju, apabila relokasi terjadi di wilayah kekuasaannya.

“Kami kampung Nelayan RT 2 Rw 3 tidak bisa dipisahkan pemukiman dengan laut. Kalau pun diganti untung oleh pemerintah, uang pasti habis, ini persoalan jangka panjang anak cucu kami, tidak bisa dijauhkan nelayan dengan lautnya,” katanya.

Opan sapaan akrabnya menyarankan pemerintah untuk tidak mengambil kebijakan yang keliru lagi.

“Contoh kebijakan keliru pemda pasar lama di kelurahan Boya dipindah ke kelurahan Ganti. Hasilnya apa mati pedagang, sunyi pembeli. Jangan sampai ini terjadi untuk kami warga Tanjung Karang kembali lagi dari nol. Seperti kalau kita isi bensin di Pertamina, operator bilang kita mulai dari angka nol ya,” tutupnya.

Reporter: Tamsyir Ramli
Editor: Udin Salim

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow