Keracunan Makanan Terjadi di Sejumlah Daerah, KPAI Usul Evaluasi Program MBG
Kasus siswa keracunan makanan dari program Makan Bergizi Gratis terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Belum lama ini, ratusan siswa di dua daerah yakni di Palu dan Banggai Kepulauan di Sulawesi Tengah, terpaksa dilarikan ke rumah sakit setelah menyantap makanan dari program MBG. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta agar pemerintah mengevaluasi secara menyeluruh program MBG.

PALU, METROSULAWESI.NET- Kasus siswa keracunan makanan dari program Makan Bergizi Gratis terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Belum lama ini, ratusan siswa di dua daerah yakni di Palu dan Banggai Kepulauan di Sulawesi Tengah, terpaksa dilarikan ke rumah sakit setelah menyantap makanan dari program MBG.
Di Salakan, Kabupaten Banggai Kepuluan, masih ada puluhan siswa yang masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit di Salakan.
Menanggapi banyaknya kasus keracunan makanan tersebut, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta agar pemerintah mengevaluasi secara menyeluruh program MBG.
"Peristiwa keracunan makanan yang terus meningkat, kejadiannya bukan menurun ya. Satu kasus anak yang mengalami keracunan bagi KPAI sudah cukup banyak,” kata Wakil Ketua KPADI, Jasra Putra dalam keterangannya, Sabtu 20 September 2025.
“Artinya pemerintah perlu evaluasi menyeluruh program MBG," tambah Jasra.
Jasra pun kemudian meminta agar pemberian MBG dihentikan sementara waktu demi mencegah peningkatan angka keracunan.
"KPAI usul hentikan sementara, sampai instrumen panduan dan pengawasan yang sudah dibuat Badan Gizi Nasional benar-benar dilaksanakan dengan baik," kata Jasra.
Menurut Jasra, diperlukan pengawasan khusus untuk mencegah terjadinya keracunan makanan dari program MBG.
KPAI, CISDI, dan WVI sebelumnya pada 14 April sampai 23 Agustus 2025, telah melakukan survei suara anak untuk program MBG yang dilaksanakan di 12 provinsi dengan 1.624 responden anak dan anak disabilitas.
Survei tersebut menemukan beberapa hal penting. Salah satunya terkait kualitas makanan MBG.
"Yang kami temukan, pertama pesan responden anak tentang kewaspadaan mereka melihat kualitas makanan MBG," katanya.
Hasil survey dari DKPI menunjukkan, dari 1.624 responden anak, 583 anak di antaranya menerima makanan MBG sudah rusak, bau dan basi. Ironis, 11 responden menyatakan meski sudah rusak, bau dan basi, mereka tetap mengonsumsinya. (din)
Apa Reaksimu?






