Dukungan Dunia, Tapi Palestina Masih Tertawan

Oleh: Mohsen Hasan A. Pemerhati Sosial, Politik, Budaya & Isu Global - Direktur Studi Islam & Filsafat

Sep 18, 2025 - 09:53
 0
Dukungan Dunia, Tapi Palestina Masih Tertawan
Warga Palestina yang terusir dari Gaza utara pindah ke selatan, di Jalur Gaza tengah. FOTO: MAHMOUD ISSA

MENINGKATNYA dukungan internasional terhadap Palestina, termasuk gelombang pengakuan kenegaraan dari sejumlah negara Eropa dan gerakan solidaritas sipil di berbagai belahan dunia, seolah menjadi angin segar bagi perjuangan panjang bangsa tertindas itu. Namun, apakah dukungan dunia benar-benar akan membawa Palestina menuju kemerdekaan yang utuh dan perdamaian yang adil?

Sejarah panjang konflik Palestina-Israel telah membuktikan bahwa simpati global belum cukup. Dari resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertumpuk sampai aksi protes berjilid-jilid, Palestina tetap berada dalam cengkeraman blokade, pendudukan, dan kekerasan struktural. Gaza terus digempur. Tepi Barat dililit permukiman ilegal yang terus meluas. Sementara itu, dunia menyaksikan dengan pekat, dan dalam banyak hal, tetap diam.

Dalam skema politik global yang dikendalikan kekuatan besar, dukungan terhadap Palestina sering kali berhenti pada tataran simbolik. Pengakuan kenegaraan dari negara-negara seperti Spanyol, Irlandia, dan Norwegia, memang layak diapresiasi. Namun, di balik pengakuan itu, belum ada mekanisme politik dan ekonomi internasional yang cukup kuat untuk menekan Israel menghentikan pendudukan dan membuka jalan bagi solusi dua negara.

Amerika Serikat, dengan pengaruh veto-nya di Dewan Keamanan PBB, tetap menjadi penghalang utama bagi implementasi keadilan.Uni Eropa, meski sebagian mulai bersuara lebih lantang, masih terbelenggu oleh kalkulasi diplomatik dan relasi dagang yang erat dengan Israel. Bahkan negara-negara Arab, yang dulu berada di garda depan isu Palestina, kini banyak yang menjalin normalisasi hubungan dengan Tel Aviv.

Di sisi lain, Palestina juga menghadapi tantangan internal serius. Perpecahan antara Hamas dan Fatah, ketimpangan kekuasaan di Gaza dan Ramallah, serta krisis legitimasi dalam kepemimpinan Otoritas Palestina membuat perjuangan mereka kehilangan konsolidasi politik yang dibutuhkan dalam diplomasi internasional.

Pertanyaannya: bagaimana dunia bisa mendorong kemerdekaan Palestina jika rumahnya sendiri masih terbakar?

Kemerdekaan Palestina tidak bisa hanya menjadi slogan yang dikumandangkan saat perang meletus, lalu dilupakan saat kamera berhenti merekam. Dunia internasional harus lebih dari sekadar simpatik. Diperlukan keberanian politik untuk menjatuhkan sanksi, memutus pasokan senjata, dan memberi tekanan ekonomi terhadap Israel sebagaimana pernah dilakukan terhadap rezim apartheid Afrika Selatan.

Keadilan, bukan hanya perdamaian semu, adalah syarat utama bagi terciptanya perdamaian sejati. Dunia boleh bertepuk tangan atas pengakuan demi pengakuan terhadap negara Palestina. Tapi selama kibaran bendera itu belum disertai dengan kontrol penuh atas wilayah, batas, sumber daya, dan hak hidup rakyatnya, maka Palestina belum benar-benar merdeka.

Dan dunia, dalam diamnya, turut bersalah.

Jakarta; 19 Juli 2025

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow