Indonesia dan Misi Kemanusiaan: Wibawa di Panggung Dunia

Oleh: Mohsen Hasan A., Pemerhati Sosial, Politik, Budaya, Isu Global - Dewan Pakar DPP Partai NasDem

Sep 22, 2025 - 21:08
 0
Indonesia dan Misi Kemanusiaan: Wibawa di Panggung Dunia

DALAM pernyataan sikap yang dibacakan oleh rektor UI Prof. Heri Hermansyah, para guru besar meminta Pemerintah Indonesia konsisten mengawal implementasi keputusan Sidang Umum PBB ke-80 hingga terwujudnya negara Palestina yang merdeka.

Para profesor ini meminta agar Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mereformasi Dewan Keamanan yang ada di lembaga tersebut.

“Kami berharap dukungan ini akan mendorong Presiden RI Prabowo Subianto untuk melakukan kalibrasi kebijakan luar negeri yang mempertemukan itikad mulia membela Palestina dengan semua tantangan yang ada, serta Indonesia tetap bertekad mengawal dan membersamai bangsa Palestina sampai merdeka,” kata Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Heri Hermansyah, saat membacakan pernyataan sikap tersebut, di Masjid Ukhuwah Islamiyah, Kampus UI Depok, Jumat.

Sejarah politik luar negeri Indonesia sejak awal kemerdekaan telah diletakkan di atas landasan yang kokoh: “bebas dan aktif”. Bung Karno, dalam pidato-pidato bersejarahnya, menegaskan bahwa kemerdekaan tidak boleh hanya dinikmati oleh segelintir bangsa, melainkan hak segala bangsa di dunia. Spirit inilah yang menjadikan Indonesia tidak pernah diam dalam menghadapi isu-isu global yang menyangkut kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian.

Di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, semangat itu kembali diuji, terutama terkait isu Palestina. Dukungan para guru besar Indonesia, yang dipelopori oleh Rektor Universitas Indonesia Prof. Dr. Heri, menuntut agar Indonesia lebih vokal memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Hal ini tidak sekadar simbol, melainkan cerminan harapan agar Indonesia kembali tampil sebagai aktor moral global.

Warisan Sukarno Dan  Konsistensi Sejarah

Pada era Sukarno, Indonesia dikenal sebagai negara yang berani menentang kolonialisme. Konferensi Asia Afrika (Bandung, 1955) menjadi bukti bahwa Indonesia mampu menghimpun kekuatan bangsa-bangsa dunia ketiga untuk menegaskan keadilan global. Indonesia bahkan berani keluar dari PBB pada 1965, sebagai bentuk kritik terhadap ketidakadilan internasional.

Bung Karno pernah berkata:  “Selama bangsa Palestina belum mendapatkan kemerdekaannya, maka selama itu pula bangsa Indonesia berdiri di garis terdepan menentang penjajahan di atas dunia.”

Warisan sejarah ini bukan hanya romantisme, melainkan pondasi moral bahwa Indonesia punya tanggung jawab memperjuangkan bangsa yang tertindas. Palestina adalah salah satu isu yang sejak awal sudah menjadi bagian dari politik luar negeri Indonesia.

Tantangan dan Peluang di Era Prabowo

Berbeda dari masa Sukarno, konteks global hari ini jauh lebih kompleks. Dunia menghadapi rivalitas Amerika Serikat–Tiongkok, konflik berlarut di Timur Tengah, serta tantangan kemanusiaan akibat perubahan iklim, krisis pangan, dan ketidaksetaraan ekonomi. Dalam lanskap ini, Indonesia berada pada posisi strategis:  Sebagai negara demokrasi terbesar di Asia Tenggara dengan penduduk mayoritas Muslim, suara Indonesia memiliki bobot moral yang signifikan; Sebagai middle power, Indonesia dihormati karena kemampuannya menjaga keseimbangan hubungan dengan blok Barat maupun Timur; Sebagai bagian dari G20 dan ASEAN, Indonesia punya ruang untuk mengintegrasikan isu kemanusiaan ke dalam agenda ekonomi dan keamanan global.

Presiden Prabowo, dengan latar belakang militer dan diplomasi praktis, menghadapi tantangan membangun citra Indonesia tidak sekadar sebagai kekuatan ekonomi, tetapi juga sebagai penjaga nurani dunia. Dukungan terhadap Palestina dapat menjadi pintu masuk untuk memperluas reputasi ini.

Wibawa Indonesia di PBB

Di forum internasional, khususnya PBB, suara Indonesia kerap ditunggu ketika membahas isu-isu kemerdekaan, perdamaian, dan hak asasi manusia. Jika Prabowo merespons seruan guru besar dengan sikap tegas mendukung Palestina, maka:  Indonesia akan kembali dipandang sebagai “the voice of the voiceless”; Peran Indonesia tidak hanya reaktif dalam voting resolusi, tetapi juga proaktif menawarkan roadmap solusi diplomasi; Hal ini akan memperkuat posisi tawar Indonesia dalam isu lain, mulai dari sengketa Laut China Selatan, perubahan iklim, hingga reformasi tata kelola global.

Dengan demikian, dukungan terhadap Palestina bukan semata gestur politik, melainkan strategi memperkuat wibawa Indonesia di mata dunia.

Indonesia Sebagai Pembawa Misi Kemanusiaan

Lebih jauh dari Palestina, dunia membutuhkan negara-negara seperti Indonesia untuk menjadi pengimbang suara kepentingan geopolitik. Ada tiga pilar yang bisa ditegaskan:  Kemanusiaan sebagai prioritas – Indonesia harus konsisten menolak segala bentuk genosida, penjajahan, dan penindasan; Keadilan sebagai dasar perdamaian – Tanpa keadilan, perdamaian hanya akan menjadi jargon. Indonesia bisa memimpin diplomasi yang menekankan distribusi sumber daya yang lebih adil; Solidaritas Global South – Sebagai negara berkembang, Indonesia mampu menjembatani kepentingan negara maju dan negara miskin, membangun aliansi yang lebih berorientasi pada kesejahteraan rakyat dunia.

Al-Qur’an menegaskan:  “Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (QS. Al-Maidah: 8)

Ayat ini mengajarkan bahwa prinsip keadilan harus menjadi landasan dalam setiap kebijakan, termasuk politik luar negeri.

Seruan Tegas

Seruan guru besar agar Presiden Prabowo tegas mendukung kemerdekaan Palestina adalah momentum penting. Dari sisi politik domestik, itu akan memperkuat legitimasi di mata rakyat. Dari sisi politik luar negeri, itu akan meneguhkan posisi Indonesia sebagai middle power yang memiliki keberanian moral. Dari sisi wibawa di PBB, itu akan menghidupkan kembali spirit Sukarno: bahwa Indonesia berdiri di garis depan memperjuangkan kemanusiaan dan keadilan.

Sebagaimana ditegaskan Bung Hatta: “Indonesia bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh umat manusia yang mendambakan kebebasan dan keadilan.”

Dengan langkah itu, Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negara besar secara geografis dan demografis, tetapi juga sebagai bangsa yang membawa cahaya kemanusiaan di panggung dunia. (*)

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow