Quraish Shihab: Cahaya dari Lorong Al-Azhar yang Terus Menyinari Indonesia

Oleh: Mohsen Hasan A, Alumnus AlAzhar University, Cairo, Mesir

Nov 13, 2025 - 10:50
Nov 13, 2025 - 10:52
 0
Quraish Shihab: Cahaya dari Lorong Al-Azhar yang Terus Menyinari Indonesia
Mohsen Hasan A

DI tengah dinamika bangsa yang sarat polarisasi, Indonesia kembali diingatkan bahwa keteduhan intelektual masih memiliki tempat yang terhormat. Penganugerahan Habibie Prize 2025 kepada Prof. Dr. M. Quraish Shihab merupakan momen reflektif: negeri ini sesungguhnya mendambakan figur-figur yang menghadirkan agama dan ilmu pengetahuan sebagai ruang perjumpaan, bukan pertarungan.

Sebagai seseorang yang mengenal sosok beliau sejak awal 1980-an di Al-Azhar University, Kairo, saya menyaksikan sendiri benih kecemerlangan intelektual yang kini menjelma menjadi cahaya keilmuan bagi Indonesia.

Mahasiswa yang Menonjol di Pusat Peradaban Ilmu

Pada masa itu, Quraish Shihab adalah mahasiswa pascasarjana yang begitu serius dan disiplin. Di Al-Azhar institusi yang dikenal sangat ketat dalam menjaga standar akademik tidak mudah menarik perhatian para profesor. Namun Quraish Shihab melampaui ekspektasi.

Ia dihormati, bahkan dipuji oleh pembimbingnya, bukan karena popularitas atau karisma, tetapi karena ketajaman nalar, ketekunan membaca, dan keluasan wawasan tafsir. Ia memadukan tradisi ilmiah klasik dengan pendekatan modern yang sistematis.

Ketekunan inilah yang kelak melahirkan karya besar: Tafsir Al-Misbah, sebuah tafsir yang tidak hanya memaparkan makna ayat, tetapi membantu masyarakat memahami relevansi Al-Qur’an bagi kehidupan, negara, dan masyarakat modern.

Mempertemukan Teks Suci dengan Realitas Indonesia

Kedalaman ilmu Quraish Shihab tidak menjadikannya elitis. Ia menghadirkan keilmuan dalam bahasa yang sederhana, merangkul, dan sangat Indonesia. Di tangan beliau, tafsir bukan hanya disiplin akademik, tetapi jembatan antara ajaran Islam dengan dinamika sosial bangsa.

Beliau menunjukkan bahwa:

  • agama tidak lahir untuk menakut-nakuti,
  • perbedaan bukan ancaman,
  • dan nalar adalah bagian dari iman yang sehat.

Pendekatan seperti ini penting di negara besar seperti Indonesia yang majemuk, dimana stabilitas sosial sangat dipengaruhi oleh kualitas diskursus keagamaan. Quraish Shihab memberi contoh bahwa agama bisa hadir tanpa mengusik keberagaman, bahkan justru memperkuatnya.

Keteladanan Intelektual: Santun dalam Perbedaan

Quraish Shihab membuktikan bahwa ketegasan tidak harus keras, dan kebenaran tidak harus kasar. Dalam banyak perdebatan keagamaan, beliau mempertahankan prinsip ilmiah tanpa kehilangan adab. Ia tidak mengumbar fatwa yang memecah, tidak menggunakan agama sebagai alat kontrol sosial, dan tidak membakar emosi publik dengan isu-isu sensasional.

Inilah keteladanan yang makin sulit ditemukan: keberanian untuk tetap santun, saat dunia justru mengagungkan keberanian yang berisik.

Habibie Prize 2025: Pengakuan Terhadap Kecerdasan yang Menyejukkan

Habibie Prize bukan penghargaan biasa. Ia diberikan kepada tokoh-tokoh yang kontribusinya mengubah cara bangsa berpikir. Dengan memberikan penghargaan ini kepada Quraish Shihab, Indonesia menegaskan bahwa:

  • ilmu yang jernih lebih kuat dari opini yang gaduh,
  • kearifan lebih berharga dari popularitas sesaat,
  • dan agama yang mencerahkan adalah kebutuhan publik, bukan sekadar pilihan pribadi.

Penghargaan ini mengingatkan masyarakat bahwa peradaban hanya dapat tumbuh apabila ilmu, iman, dan etika berjalan seiring.

Dalam suasana sosial yang sering dibayangi ekstremisme, intoleransi, dan miskonsepsi agama, figur seperti Quraish Shihab sangat dibutuhkan. Ia menghadirkan ruang dialog yang sehat, ruang berpikir yang teduh, dan ruang spiritual yang inklusif.

Indonesia membutuhkan lebih banyak ulama seperti beliau: ulama yang menghidupkan tradisi ilmiah, membela akal sehat, menjaga adab, dan merawat kebinekaan.

Quraish Shihab telah menunjukkan bahwa keagamaan yang matang bukanlah yang paling keras suaranya, tetapi yang paling besar manfaatnya.

Akhirnya, Cahaya Itu Tetap Menyinari

Sebagai seseorang yang mengenal beliau sejak masa studinya di Kairo, saya melihat perjalanan panjangnya sebagai bukti bahwa ilmu yang diiringi ketekunan dan keikhlasan akan melahirkan warisan yang jauh melampaui zaman.

Dari lorong-lorong Al-Azhar hingga panggung penghargaan nasional, Quraish Shihab tetap menjadi sosok yang sama: rendah hati, jernih, dan istiqamah dalam mengabdi pada ilmu.

Figur seperti beliau bukan hanya aset umat Islam, tetapi aset kebangsaan. Dalam sosok Quraish Shihab, kita melihat cerminan masa depan Indonesia yang penuh harapan: cerdas, moderat, dan berkeadaban.

Kamis,13 November 2025

 

Apa Reaksimu?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow