Lima Komunitas Pegiat di Poso Raih Penghargaan BRIN
Lima pegiat lokal dari Komunitas Tidak Production, yakni Ray Rare'a, Evan Gogani, Rayhasibuan, Basrul Idrus, dan Juniver Alkasih Yashiro Peso'a, berhasil meraih penghargaan di tingkat Nasional dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sepanjang periode 2024–2025.
POSO, METROSULAWESI.NET- Lima pegiat lokal dari Komunitas Tidak Production, yakni Ray Rare'a, Evan Gogani, Rayhasibuan, Basrul Idrus, dan Juniver Alkasih Yashiro Peso'a, berhasil meraih penghargaan di tingkat Nasional dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sepanjang periode 2024–2025. Penghargaan tersebut diberikan atas dedikasi mereka dalam mendokumentasikan pengetahuan lokal Tana Poso melalui karya-karya audiovisual.
Penghargaan ini diterima melalui Program Akuisisi Pengetahuan Lokal BRIN. Total tujuh dari delapan karya film dokumenter yang mereka produksi mendapat pengakuan.
Karya-karya tersebut berfokus pada isu-isu penting mengenai pangan lokal, tradisi penangkapan ikan yang ramah lingkungan, serta upaya konservasi dan pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan yang berbasis kearifan lokal di Poso.
Keberhasilan ini menjadi sorotan karena seluruh riset dan produksi karya dilakukan secara mandiri.
"Semua riset dan karya kami, kami produksi dengan dana pribadi, karena kami bangga akan Tana Poso dan kami ingin membagikan pengetahuan yang sangat penting dan informasi ini dapat diakses dengan mudah secara gratis," ujar perwakilan Komunitas Tidak Production.
Karya-karya yang berhasil meraih penghargaan tersebut kini dapat diakses secara publik dan gratis melalui kanal YouTube resmi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Dokumentasi ini tidak hanya berfungsi sebagai catatan akademis, tetapi juga sebagai media edukasi bagi masyarakat luas.
Adapun tujuh karya film dokumenter yang diakui oleh BRIN, antara lain
Flora dan fauna di kawasan danau Poso, Ituwu Masapi, Mosango, Inanco, Anasa, Morono dan Lembah Bada.
Selain berfokus di Poso, Komunitas Tidak Production juga telah merilis film dokumenter tentang Polohi Wasu (Benalu Batu) di Morowali Utara.
Komunitas ini menegaskan komitmennya untuk terus berkarya. "Apapun keterbatasan, kami akan terus melahirkan karya hasil riset akademis, audiovisual dan fotografi untuk Tana Poso yang kami cintai," tutup mereka, seraya mempersilakan masyarakat untuk mengikuti karya-karya mereka melalui akun sosial media komunitas. (pul)
Apa Reaksimu?


