Ketua APINDO Sulteng: Dunia Pendidikan Kita Harus Segera Meng-Update
Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sulawesi Tengah, Wijaya Chandra mengatakan, mutu pendidikan di Sulteng perlu ditingkatkan, terutama tenaga pengajarnya guna menghadapi perkembangan teknologi yang semakin maju.
PALU, METROSULAWESI.NET- Ketua Umum DPP Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Sulawesi Tengah, Wijaya Chandra mengatakan, mutu pendidikan di Sulteng perlu ditingkatkan, terutama tenaga pengajarnya guna menghadapi perkembangan teknologi yang semakin maju.
“Untuk 4.0, dunia pendidikan kita harus segera meng-update, karena pasti guru-guru yang lama belum siap untuk ini. Jadi harus di-upgrade juga kualitas guru,” kata Wijaya Chandra saat dimintai tanggapannya bagaimana menghadapi tantangan pasar tenaga kerja pada dewasa ini, Selasa 21 Oktober 2025.
Isu ini sempat menjadi bahasan utama dalam kegiatan The 5th Tripartite Labour Dialogue Indonesia–Switzerland yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan RI bekerja sama dengan SECO Switzerland di Jakarta, Selasa 21 Oktober 2025.
Ketua Bidang Perdagangan APINDO Anne Patricia Sutanto pada kesempatan itu, menyampaikan, tantangan pasar tenaga kerja saat ini adalah dominannya pekerja informal dan rendahnya tingkat pendidikan. Data terbaru menunjukkan sektor informal menyerap 55–60% tenaga kerja, dengan 59,4% atau sekitar 83 juta orang bekerja di sektor informal pada Februari 2025. Di kawasan ASEAN, hanya 9% pekerja Indonesia tergolong high skilled, lebih rendah dibanding Malaysia (25%), Filipina (24%), Thailand (14%), dan Vietnam (10%).
Menurut Wijaya Chandra, selain pendidikan, sektor informal juga harus bisa dihidupkan dengan program-program ketahanan pangan, Transmigrasi, dan lain-lainnya.
“Kekayaan holtikultura produktif kita, juga perikanan adalah sektor utama di luar pertambangan, juga perikanan laut darah, unggas dll. Ini sektor yang tidak akan pernah berkurang permintaannya, karena pertumbuhan manusia lebih tinggi dari mortalitas. Artinya permintaan pangan akan naik terus,” jelasnya.
Menurut Wijaya Chandra petumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh tingkat konsumsi masyarakat. Tingginya permintaan terhadap misalnya, Sarang burung, Ikan kerapu, Lobster, Rumput laut, Coklat, Cengkeh, Kelapa, Durian, sapi, kambing, dan lainnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
“Jadi klo kita fokus dengan semua itu, sudah bisa menaikkan pertumbuhan ekonomi jadi dua digit dan membuka puluhan ribu lapangan pekerjaan. Jadi tidak hanya fokus di sektor pertambangan,” ujarnya.
Hilirisasi Kelapa
Sebelumnya, Wijaya Chandra menegaskan komitmennya untuk memperkuat sektor hilirisasi kelapa sebagai bagian dari upaya membangun daya saing ekonomi daerah. Komitmen tersebut disampaikannyadalam kegiatan Misi Dagang dan Investasi antara Provinsi Jawa Timur dan Sulawesi Tengah yang digelar di Palu, Sabtu 18 Oktober 2025 lalu.
Dalam kegiatan yang mempertemukan lebih dari seratus pelaku usaha dari kedua provinsi itu, tercatat tiga kesepakatan dagang utama dengan total nilai mencapai Rp205,3 miliar, meliputi sektor industri, kelautan, dan perkebunan.
Kerja sama pertama ditandatangani antara PT Total Solusindo asal Sidoarjo, Jawa Timur, yang diwakili oleh Rachel Yunita, dengan APINDO Sulawesi Tengah yang diwakili oleh Wijaya Chandra. Kedua pihak menyepakati penjualan mesin pengurai sabut kelapa, briket arang tempurung, dan Virgin Coconut Oil (VCO) sebanyak 500 unit dengan nilai transaksi sebesar Rp32,5 miliar. (din)
Apa Reaksimu?


